Si kembar Syai dan Gara menjadi pusat perhatian. Kembar identik itu membuat gemas setiap orang yang memandang. Mereka tampak akur dan lucu. Jika salah satu dari mereka ada yang menjahili, kembarannya akan datang membela. Antika tidak kesulitan beradaptasi. Anak kecil paling gampang untuk berbaur.Jam sepuluh malam sebagian sudah pamitan pulang, yang sebagian lagi menginap di rumah Mbah Kakungnya. Saga dan Gama memilih pulang. Karena besok harus bekerja dan anak-anak sekolah. Shaka juga sudah masuk PAUD sekarang ini. Keluarga Pak Beny yang menginap di sana.***L***Inilah kali pertama, Dea menginjakkan kaki di rumah milik sang suami. Hunian yang persis mereka impikan dulu. Ternyata Gama merealisasikannya meski saat itu mereka sudah bercerai."Rumah impianmu," ucap Gama sambil memeluk Dea dari belakang. Saat itu Antika sudah tidur dan Dea berdiri di balik pintu geser yang menghubungkan ruang tamu dan balkon di lantai dua."Kenapa mas realisasikan, padahal kita sudah bercerai." Dea ber
MASIH TENTANGMU- Tanggungjawab Dua orang yang duduk berhadapan itu saling diam. Kekhawatiran Tony tentang kehamilan Alita kini menjadi kenyataan. Setiap hari ia kepikiran tentang hal itu selama sebulan ini. Berharap bahwa gadis itu tidak sampai hamil. Toh mereka juga sekali saja melakukannya. Namun kenyataan berkata sebaliknya.Di atas meja ada empat testpack yang disodorkan Alita. Itu sudah menjadi bukti akurat tentang kehamilan staf di depannya. Wajah Alita menunjukkan keputusasaan."Aku tahu kalau Pak Tony nggak mungkin menikahiku. Tapi tolong bantu aku. Apa yang harus aku lakukan? Jika digugurkan, temani aku untuk melakukannya."Tony kaget dengan kata 'digugurkan'. Dia tahu resiko apa jika melakukan pengguguran kandungan. Bisa jadi nyawa sebagai taruhannya. Apalagi janin itu sungguh kuat. Dia tidak luruh meski Alita sudah berusaha melenyapkannya. Jika hal itu terjadi, ia pun akan ikut menanggung dosanya.Dosa? Kenapa baru sekarang ia memikirkan tentang dosa. Waktu hendak menjeba
Namun jika beberapa tahun lagi sang istri akhirnya tahu, apa mungkin bisa mengerti? Belum tentu. Justru prahara besar bisa saja terjadi. Karena Tony merahasiakan hal itu sekian lama. Sekarang atau pun nanti, peristiwa buruk itu pasti terjadi.Tony bak makan buah simalakama. Maju kena, mundur kena, bahkan diam pun salah juga. Apa ini balasan untuk setiap kecurangan yang ia lakukan terhadap pesaing bisnis? Tapi kenapa tidak keruntuhan bisnisnya saja yang ia terima. Justru ia terjebak dari sesuatu yang tidak disangka. Securang apapun, baru kali ini ia bermain-main dengan obat perang*ang dan perempuan.Ketika hendak bangkit dari duduk, ponselnya berdering. Arsistennya menelepon."Halo.""Maaf, Pak Tony. Saya hanya ingin mengingatkan kalau besok pagi jam sembilan, Pak Tony ada jadwal meeting di kantor Pak Gama. Saya tadi mau ke ruangan bapak, tapi ada Bu Alita di dalam.""Ya. Besok dari rumah saya langsung ke kantor Pak Gama.""Ya, Pak. Saya permisi dulu. Selamat petang."Tony meletakkan k
MASIH TENTANGMU- JanjiSuasana tegang di ruangan tertutup di sebuah kafe pinggiran kota. Makanan yang dipesan di atas meja hanya dicicipi sedikit lalu dibiarkan dingin.Alita memandang kosong pada salah satu lukisan abstrak di dinding depannya. Bu Lani diam memperhatikan meja, Pak Handoyo berkali-kali menarik napas panjang, sedangkan Tony gelisah dengan saling menautkan jemarinya di atas meja. Bagaimana bisa ia akan menuruti permintaan papanya Alita. Ini sama saja mengkhianati lagi istrinya secara diam-diam. Kesalahan sore itu masih menjadi momok menakutkan baginya. Sekarang ia pun harus mendengar permintaan dari Pak Handoyo."Saya tahu ini sebuah kecelakaan karena ulah kalian sendiri. Tapi saya tidak menuntut penuh pertanggungjawaban Nak Tony pada bayi itu. Saya bisa membiayainya. Saya hanya ingin Nak Tony menikahi Alita secara siri di Surabaya. Biar keluarga kami tahu kalau Alita sudah menikah. Setelah anak itu lahir, kalian bisa bercerai dan saya akan membawa pulang Lita dan anakn
Saat Alita di periksa, Bu Lani yang mendampinginya. Sedangkan Tony sok sibuk dengan ponsel dan sesekali melihat layar USG yang menempel di dinding. Tidak memandang sama sekali di atas brankar. Dadanya berdesir saat di layar ia melihat jelas kantung janin yang kemarin berusaha dilenyapkan oleh Alita. Itu benihnya. Sekali saja mereka melakukan dalam keadaan pengaruh obat, nyatanya jika Tuhan berkehendak, jadilah embrio itu.Bu Lani bernapas lega, saat hasil pemeriksaan baik-baik saja. Ia sangat khawatir karena Alita sudah melakukan berbagai cara supaya bayinya gugur. Wanita itu minta vitamin yang terbaik, supaya tidak terjadi kecacatan pada bayi itu nantinya. Mumpung masih kecil, harus diupayakan supaya nutrisinya tercukupi.Selesai periksa, mereka mampir makan malam di sebuah restoran. "Lusa kami akan kembali ke Surabaya, Nak Tony. Saya titip Alita," kata Pak Handoyo sambil makan. Terpaksa ia harus merendahkan suaranya meski sangat kecewa. Tak ada pilihan selain mengalah. Bagaimanapun
MASIH TENTANGMU- Pernikahan di Surabaya Matahari kian beranjak naik. Memancarkan terik di hari itu. Tak ada awan kelabu yang berarak di angkasa. Langit biru indah, lumayan cerah. Namun berbanding terbalik dengan suasana hati Tony. Mendung kelam menggelapkan perasaannya. Rasa bersalah, bingung, takut kehilangan, juga rasa iba pada Alita berbaur jadi satu. Bayangan dua anaknya menjelma dan mencabik perasaan.Sampai kapan ia bisa menutupi kenyataan ini. Tentang pernikahannya dengan Alita dan tentang kehadiran bayi itu. Bagaimanapun anaknya bersama Alita tetap saudara biologis kedua anaknya dengan pernikahan pertamanya. Kapan ia sanggup jujur mengatakan semuanya pada istri dan dua anaknya. Setelah beristirahat lumayan lama, Tony bangkit untuk meneruskan perjalanan. Seberat apapun, ia harus tetap datang untuk menepati ucapannya. Meski Alita sama sekali tidak menghubungi untuk menanyakan keberangkatannya ke Surabaya.Tony tidak perlu repot-repot mencari alamat rumah Alita. Sebab dia dije
Pertanyaan tidak hanya sebatas itu. Kenapa Alita tidak menikah dengan lelaki keturunan bangsawan yang melamarnya. Laki-laki yang sangat dibanggakan oleh Pak Handoyo dan Alita sendiri. Namun mereka hanya bungkam, tak berani bertanya. Toh, laki-laki yang sekarang juga tak kalah tampan dari sebelumnya.Disaksikan ketua KUA setempat, Pak Handoyo sendiri yang menikahkan putrinya. Dijabat erat tangan pengantin pria."Saya nikahkan dan saya kawinkan Antony Faiq Setyawan bin Setyawan dengan puteri saya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas sepuluh gram dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin tersebut, tunai."Tony berkeringat dingin usai melepaskan pegangan tanga Pak Handoyo, setelah saksi mengatakan sah atas pernikahan mereka.Semua yang hadir bernapas lega karena acara berjalan lancar sesuai rencana. Tony gemetar saat menengadahkan tangan ketika Pak Naib membacakan doa. Dia memasuki satu fase
MASIH TENTANGMU- Hanya Wanita KeduaDea yakin tidak salah melihat. Wanita yang memakai baju hamil warna salem itu pasti Alita. Apa dia sudah menikah dan tinggal di apartemen ini juga? Diperhatikannya Alita hingga masuk ke minimarket. Tidak lama kemudian wanita itu keluar sambil menenteng belanjaan. Dea masih diam di tempat. Alita bukan lewat lift tempat Dea turun tadi. Wanita itu berjalan ke arah barat dan masuk lorong yang ada lift kedua di sana.Beberapa bulan tidak tahu kabarnya Alita, sekarang bertemu dan melihat wanita itu tengah berbadan dua. Dia menikah dengan siapa? Sama sekali Dea tidak mendengar pernikahannya. Dia sendiri mengasingkan diri, dari mana bisa tahu. Gama juga tidak cerita apapun padanya. Dugaan Dea pasti tidak salah, tubuh Alita menunjukkan hal itu. Agak berisi sekarang. Padahal selama ini dia selalu berpenampilan seksi karena tubuhnya memang ramping. Pakaian yang dipakainya juga baju khusus untuk ibu hamil. Sebab Dea pun memiliki baju hamil sama persis model
Paginya, Alita berkemas-kemas dibantu oleh Naufal. Sesekali mereka saling pandang dan melempar senyum. Rambut Alita terurai sebawah bahu dan masih setengah basah."Akhir pekan ini, kita lihat rumah di Grand Permata," kata Naufal menghampiri istrinya dan membantu mengunci travel bag."Kamu sudah tahu Grand Permata, kan?""Iya, aku pernah lewat sana.""Kamu suka nggak tempat itu?""Suka.""Ada juga di Singosari Residen. Tapi kejauhan kalau ke kantor. Di sana pemandangannya juga menarik. Bagaimana?""Aku ngikut saja. Mana yang terbaik buat kita.""Oke. Nanti kita lihat dua-duanya. Jadi kamu bisa membuat pilihan. Kalau di Singosari Residen memang lebih tenang tempatnya. Adem karena di kelilingi perbukitan. Cuman agak jauh dari kantor. Sebelum mendapatkan rumah, kita tinggal di kosanku sambil cari kontrakan rumah untuk sementara.""Ya." Alita tersenyum. Kemudian mengecek laci, memperhatikan gantungan baju, dan masuk ke kamar mandi untuk memastikan tidak ada barang mereka yang tertinggal.T
MASIH TENTANGMU- Hidup BaruJam dua ketika tamu sudah mulai senggang. Alita menghampiri Dea dan Melati yang duduk ngobrol, terpisah dari rombongan Pak Norman."Makasih banget kalian menyempatkan datang dari Jogja ke Surabaya," ucapnya sambil duduk di kursi depan dua wanita itu. Agak susah duduk karena memakai jarik yang sangat sempit. Makanya Dea membantu memegangi tangan Alita agar tidak terjengkang."Sama-sama," jawab Dea dan Melati hampir bersamaan."Setelah ini kamu dan suamimu tinggal di Malang?" tanya Melati."Iya. Kami berdua kerja di sana.""Kamu sudah lama pulang ke Surabaya?" tanya Melati lagi Dijawab anggukan kepala oleh Alita. Melati malah tidak tahu banyak tentang Alita, semenjak pakdhenya Alita masuk penjara. Apalagi setelah putus pertunangan dari Gama, Alita tidak pernah lagi datang ke kafenya. Dea sendiri tidak pernah membahas pertemuannya dengan Alita pada siapa-siapa. Kecuali pada sang suami, itu pun baru seminggu yang lalu. "Bentar aku mau ke toilet," pamit Melat
Jogjakarta, dua minggu kemudian."Undangan dari siapa, Mas?" Dea meraih undangan yang baru diletakkan oleh Gama di hadapannya. Dia membaca nama yang tertera. Tidak ada foto calon pengantin dalam undangan itu."Dari Alita?" Dea kaget. "Ya. Saga yang ngasih tadi. Seminggu lagi Lita nikah di Surabaya. Kata Saga, Naufal itu teman kuliah mereka dulu.""Calonnya dari Surabaya juga?"Gama mengangguk, tapi dia heran melihat wajah sang istri tampak bingung dan berulang kali memperhatikan undangan mewah kombinasi warna putih dan kuning keemasan di tangannya. "Sayang, kenapa?"Dea meletakkan undangan di atas meja riasnya."Mas, waktu aku hamil delapan bulan dan tinggal di apartemen. Sebenarnya aku bertemu dengan Alita yang tinggal di apartemen itu juga."Ganti Gama yang terkejut. "Beneran?"Dea mengangguk."Kenapa nggak cerita sama mas?""Karena Mas pasti langsung mengajakku pindah dan nggak boleh lagi bertemu dengan Lita. Waktu itu dia sudah berubah baik. Dia minta maaf padaku sambil nangis.
MASIH TENTANGMU- The Wedding Pagi yang cerah, suasana yang indah. Rumah Pak Handoyo begitu meriah. Senyum suami istri itu sangat sumringah. Menyambut tamu dari keluarga Naufal dan dari beberapa kerabat mereka sendiri yang di undang ke rumah. Tak ada yang ditutupi lagi kalau pernikahan Alita dengan Tony sudah selesai empat bulan yang lalu.Mereka mengerti dan tidak pernah bertanya secara detail.Tentang keguguran itu pun kerabat tidak ada yang tahu. ART saja yang tahu, tapi mereka juga tutup mulut. Tidak ada yang jadi 'lambe turah'. Sebab sadar karena di sana hanya bekerja dan digaji tidak murah. Pak Handoyo dan Bu Lany juga sangat baik sebagai majikan.Alita memakai gamis warna khaki dengan hiasan bordir di bagian kerah dan kancing depan. Memakai jilbab polos warna senada. Naufal memakai kemeja warna abu-abu. Acara dadakan yang membuat mereka tidak sempat menyelaraskan outfit untuk lamaran. Juga tidak ada backdrop. Namun tidak mengurangi kegembiraan hari itu.Orang tua Alita dan ke
Pagi-pagi sekali Gama bersama keluarganya sudah sampai di rumah Pak Norman. Ia juga sudah check out dari vila. Pagi ini bersama keluarga kecil Saga, mereka akan kembali ke Jogja. Liburan telah selesai dan besok waktunya kembali ke kantor.Pak Norman menciumi bocah-bocah satu per satu. Alangkah bahagianya. Di hari tua bisa memiliki cucu sebanyak itu. Termasuk anak-anak Gama direngkuh tak ubahnya seperti cucu sendiri. Gama adalah bagian dari Ariani. Perempuan yang memiliki tempat tersendiri di hatinya.Bu Rista dan Kartini juga menyempatkan menggendong si kembar yang sangat lucu. Juga si bayi Akhandra yang mencuri perhatiannya. Tiga hari ini menjadi momen yang sangat indah. Mereka berkumpul bersama dan membuat rumah besarnya sangat ramai."Kami pamit, Om, Tante." Gama mencium tangan Pak Norman dan Bu Rista. Diikuti oleh Dea. Juga berpamitan pada Akbar dan Tini.Saga dan Melati melakukan hal yang sama. Hingga mereka berpisah di halaman rumah. Dua mobil meninggalkan pekarangan disertai la
MASIH TENTANGMU- Janji yang Ditepati"Itu Saga." Naufal melihat teman lamanya."Iya. Tapi kita pergi saja." Alita berbalik dan melangkah cepat. Naufal pun menjajari langkahnya. Mereka menuruni eskalator dan Alita tak lagi menoleh ke belakang.Bukan hal mudah bertemu mereka lagi. Mungkin menjauh juga tidak mempengaruhi apapun. Dirinya bukan siapa-siapa dan bisa jadi sudah dilupakan. Justru kalau tiba-tiba ia muncul, mungkin akan merusak suasana. Sebab di sana pun juga ada Akbar bersama istrinya. Mereka sedang bahagia menikmati kebersamaan.Rupanya Gama juga membawa istri dan anaknya menyambut pergantian tahun di Malang. Keluarga Saga tinggal di Lawang. Mungkin mereka tadi tengah jalan-jalan. Kenapa bumi ini terasa sempit."Kita keluar saja dari Trans*art kalau gitu." Naufal memutuskan karena melihat Alita yang tidak nyaman dan terlihat cemas.Ia bisa memahaminya. Tentu bertemu mereka lagi adalah sesuatu yang tidak mudah setelah banyak peristiwa tertoreh dalam hubungan mereka."Kita m
Naufal dan Alita lantas makan tanpa percakapan. Makan dengan cepat agar sampai pantai tidak kesiangan. Butuh waktu dua jam untuk sampai di Balaikambang.Alita yang menghindari banyak orang dalam waktu empat bulan ini. Namun terasa nyaman saat bepergian bersama Naufal. Sebenarnya dialah teman laki-laki yang bisa diajak ngobrol enak sejak dulu. Sosok yang bisa dipercaya. Saking percayanya sampai mereka melakukan one night stand.Bromo. Sebenarnya di bulan Desember dan awal Januari begini, Bromo sedang indah-indahnya. Savana dengan rerumputan yang menghijau karena terguyur hujan, setelah kekeringan selama musim kemarau. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak percakapan. Sesekali mengulas apa yang dilihatnya di sepanjang perjalanan. Tentunya pemandangan yang menyejukkan mata.Dua jam kemudian mereka sudah menyusuri pantai dengan pesona pasir putih dan pemandangan air laut yang kebiruan. Suasana teduh karena mendung memayungi angkasa, meski hari sudah siang.Tahun baru, pengunjung mem
MASIH TENTANGMU- 71 Serius Alita belum bisa tidur meski sudah jam sebelas malam. Sebentar lagi pergantian tahun. Sejam lagi sudah tahun yang berbeda. Namun kehidupannya masih tetap sama.Ia ingat Naufal. Tidak mengira saja, ia bertemu lagi dengan Naufal di kota ini.Memang bisa saja mereka bertemu, karena sama-sama berasal dari Surabaya. Namun statusnya yang masih single membuat Alita seakan tak percaya. Apa sekali saja dia tidak pernah pacaran?Dan kata-kata Naufal tadi masih diingatnya. Laki-laki itu merasa sangat bersalah terhadap apa yang telah mereka lakukan dulu. Tidak hanya merasa bersalah, tapi juga ingin bertanggungjawab. Bertanggungjawab seperti apa? Hendak menikahinya? Padahal dirinya terlalu kotor. Memang Naufal yang pertama kali mengambil segalanya. Tapi bukan alasan itu yang membuat Alita tetap sendiri sampai saat ini. Naufal belum tahu sejahat apa dirinya selama sebelas tahun.Wanita melamun lalu menoleh saat ponselnya di nakas berpendar. Siapa yang menelpon malam-ma
Alita tersenyum getir. Naufal tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Memang di biodata itu tertulis belum menikah, padahal dirinya sudah janda. Sebab mau mengganti identitas, dia tidak punya akta perceraian."Kamu sudah menikah? Aku khawatir kalau sedang jalan sama suami orang." Alita memberanikan diri untuk bertanya.Naufal dengan cepat menggeleng. "Nggak usah khawatir. Kamu duduk dengan laki-laki yang masih jomblo." Senyum mengakhiri ucapannya.Di usia tiga puluh empat tahun, Naufal juga masih belum menikah? Dia bukan lelaki kurang pergaulan, bukan pria buruk rupa, karirnya juga mentereng. Tapi belum menikah."Kenapa belum nikah?" Alita mulai enjoy. Dulu pun mereka adalah sahabat yang sangat akrab dan biasa ngobrol tentang apapun."Kamu juga belum menikah? Kenapa?"Alita tersenyum getir."Karena perbuatanku waktu itu?" tanya Naufal dengan wajah sendu. Ada sesal dan rasa bersalah tampak di sana. Meski harus membongkar kisah lama, tapi ia mesti mengutarakannya. Sebab ia menyesalinya hing