MASIH TENTANGMU- Pernikahan di Surabaya Matahari kian beranjak naik. Memancarkan terik di hari itu. Tak ada awan kelabu yang berarak di angkasa. Langit biru indah, lumayan cerah. Namun berbanding terbalik dengan suasana hati Tony. Mendung kelam menggelapkan perasaannya. Rasa bersalah, bingung, takut kehilangan, juga rasa iba pada Alita berbaur jadi satu. Bayangan dua anaknya menjelma dan mencabik perasaan.Sampai kapan ia bisa menutupi kenyataan ini. Tentang pernikahannya dengan Alita dan tentang kehadiran bayi itu. Bagaimanapun anaknya bersama Alita tetap saudara biologis kedua anaknya dengan pernikahan pertamanya. Kapan ia sanggup jujur mengatakan semuanya pada istri dan dua anaknya. Setelah beristirahat lumayan lama, Tony bangkit untuk meneruskan perjalanan. Seberat apapun, ia harus tetap datang untuk menepati ucapannya. Meski Alita sama sekali tidak menghubungi untuk menanyakan keberangkatannya ke Surabaya.Tony tidak perlu repot-repot mencari alamat rumah Alita. Sebab dia dije
Pertanyaan tidak hanya sebatas itu. Kenapa Alita tidak menikah dengan lelaki keturunan bangsawan yang melamarnya. Laki-laki yang sangat dibanggakan oleh Pak Handoyo dan Alita sendiri. Namun mereka hanya bungkam, tak berani bertanya. Toh, laki-laki yang sekarang juga tak kalah tampan dari sebelumnya.Disaksikan ketua KUA setempat, Pak Handoyo sendiri yang menikahkan putrinya. Dijabat erat tangan pengantin pria."Saya nikahkan dan saya kawinkan Antony Faiq Setyawan bin Setyawan dengan puteri saya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas sepuluh gram dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin tersebut, tunai."Tony berkeringat dingin usai melepaskan pegangan tanga Pak Handoyo, setelah saksi mengatakan sah atas pernikahan mereka.Semua yang hadir bernapas lega karena acara berjalan lancar sesuai rencana. Tony gemetar saat menengadahkan tangan ketika Pak Naib membacakan doa. Dia memasuki satu fase
MASIH TENTANGMU- Hanya Wanita KeduaDea yakin tidak salah melihat. Wanita yang memakai baju hamil warna salem itu pasti Alita. Apa dia sudah menikah dan tinggal di apartemen ini juga? Diperhatikannya Alita hingga masuk ke minimarket. Tidak lama kemudian wanita itu keluar sambil menenteng belanjaan. Dea masih diam di tempat. Alita bukan lewat lift tempat Dea turun tadi. Wanita itu berjalan ke arah barat dan masuk lorong yang ada lift kedua di sana.Beberapa bulan tidak tahu kabarnya Alita, sekarang bertemu dan melihat wanita itu tengah berbadan dua. Dia menikah dengan siapa? Sama sekali Dea tidak mendengar pernikahannya. Dia sendiri mengasingkan diri, dari mana bisa tahu. Gama juga tidak cerita apapun padanya. Dugaan Dea pasti tidak salah, tubuh Alita menunjukkan hal itu. Agak berisi sekarang. Padahal selama ini dia selalu berpenampilan seksi karena tubuhnya memang ramping. Pakaian yang dipakainya juga baju khusus untuk ibu hamil. Sebab Dea pun memiliki baju hamil sama persis model
Alita menghela nafas panjang. Sedikit pun ia tidak boleh punya perasaan pada 'suaminya'. Itu merupakan hal terlarang baginya. Ia juga akan menepati janji, tidak bakalan mengganggu rumah tangga laki-laki itu. Sudah cukup Tony menunjukkan kesungguhannya dalam bertanggungjawab. Sebagai imbalan, Alita akan tetap diam di tempat persembunyiannya. Alita yang biasa selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan, kini akur pada keadaan. Dirinya sadar hanya wanita kedua yang sebenarnya tidak diinginkan. Makanya harus manut pada keputusan suaminya.Papa dan mamanya sudah mengunjunginya sebulan yang lalu. Memberikan sejumlah tabungan dan baju-baju hamil. Jadi Alita tak perlu repot-repot keluar untuk belanja pakaian. Bu Lani masih sempat membujuk Alita supaya kembali ke Surabaya saja. Namun sang anak menolak. Dia tidak akan sanggup berhadapan dengan sepupu dan teman-temannya. Sebelum ini sudah terlanjur berkoar-koar tentang pernikahannya dengan Gama.Lagi pula Tony mencarikan tempat tinggal yang
MASIH TENTANGMU- Bertahan "Assalamu'alaikum, Mama." Ucapan salam membuat Dea yang duduk di balkon spontan menoleh."Wa'alaikumsalam."Wanita itu bangkit dari duduknya dan tersenyum lebar. Suami dan anaknya muncul di pintu. Surprise. Gama tidak bilang kalau akan menjemput Antika sore itu. Antika memeluk perut besar mamanya. Mengusap dan mengecupnya. Gadis kecil terkejut saat adik di dalam perut Dea menyundulnya dari dalam. Sampai bibir Antika membentuk huruf O karena kaget. "Adek bergerak, Ma," ucapnya takjub dengan mata bercahaya.Dea tersenyum lantas mencium tangan sang suami yang menghampirinya. Gama merangkul kedua wanitanya sejenak, lantas pergi ke kamar untuk mandi dan salat asar.Antika mengikuti mamanya ke dapur untuk membuat minum. Dea mengambilkan buah anggur hijau dari kulkas untuk sang anak. Itu buah kesukaan Antika. Bocah perempuan itu bertanya tentang adik di perut sang mama. Juga bercerita tentang sekolah dan TPA. Ia bangga karena sering mendapatkan nilai 100. Antika
Tony sedang mengumpulkan keberanian untuk memberitahu istrinya. Jangan sampai Nadia tahu dari orang lain. Jarak rumah dan apartemen hanya satu jam perjalanan saja. Tidak mustahil mereka bisa bertemu kapan saja dan anak-anak pun akan tahu.Gama dan Tony ngobrol tentang bisnis mereka setelah memesan makanan. Gama bilang ia yang akan mentraktir. Sedangkan Dea dan Nadia berbincang seputar dunia perempuan, kehamilan dan anak-anak. Mereka berdua sekarang hanya sebagai ibu rumah tangga yang menghabiskan banyak waktu di rumah dan mengurus anak-anak.Makan, ngobrol, dan menunggui anak-anak bermain. Tidak terasa waktu sudah beranjak malam. Mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebelum kembali ke apartemen, Gama dan Dea mengantarkan Antika ke rumah kakek dan neneknya. Supaya besok pagi tidak terlambat ke sekolah. Sedangkan Tony juga langsung mengajak istri serta anaknya pulang ke rumah.***L***Alita mengerjabkan mata kala sinar matahari masuk melewati celah ventilasi kamarnya. Te
MASIH TENTANGMU- MaafJantung Alita berdetak lebih cepat. Tubuhnya sampai gemetar. Dulu Dea adalah orang yang paling dicarinya. Ingin sekali bertemu dan menghancurkan mantan sahabatnya itu. Tapi entah kenapa, kali ini tidak punya nyali untuk berhadapan dengannya. Alita mundur dua langkah, kemudian berbalik arah dan mendorong trolinya pergi dari sana."Lita."Panggilan itu akhirnya menghentikan langkah Alita. Lebih malu lagi kalau dia terbirit-birit pergi dari sana, padahal sudah dipergoki oleh Dea.Kedua perempuan itu saling berpandangan. Melihat tatapan Alita yang redup dan sayu, membuat Dea yakin kalau wanita itu tidak akan melakukan tindakan yang selama ini dikhawatirkan oleh sang suami.Alita meninggalkan trolinya kemudian menyalami Dea. Ujung bibirnya sampai berkedut saat dipaksa untuk tersenyum. "Apa kabar, Dea?""Kabar baik. Kamu sendiri apa kabar?"Wanita itu hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan Deandra. Dia makin canggung saat pandangan Dea ke area perutnya."Kamu tingg
"Tolong sampaikan permintaan maafku pada Gama.""InsyaAllah akan kusampaikan." Dada Dea berdesir saat mendengar kalimat itu. Mereka sama-sama menginginkan Gama beberapa bulan yang lalu. Sampai banyak drama terjadi di antara keduanya. Drama yang meninggalkan jejak luka.Namun Dea tidak tahu kapan akan menyampaikan permintaan maaf Alita pada suaminya. Yang pasti harus mencari momentum yang tepat untuk bicara.Keheningan terurai oleh bunyi telepon di saku gamis Dea. Gama melakukan video call seperti biasa. Membuat Dea kelabakan. Jika di angkat jelas bakalan ketahuan kalau dia sedang ada di bawah. Bersama Alita di kafe pula. "Maaf, aku harus pulang, Lit." Dea mengembalikan ponsel di saku gamis dan membiarkannya terus berpendar."I-iya."Dea bangkit dari duduknya. Membayar minuman mereka berdua, kemudian pergi menenteng belanjaan. Alita hanya bisa mengawasi dari kaca tembus pandang yang menjadi dinding kafe.Dua menit kemudian, Alita juga pergi dari sana. Ia tadi memang tidak bertanya Dea