Tony sedang mengumpulkan keberanian untuk memberitahu istrinya. Jangan sampai Nadia tahu dari orang lain. Jarak rumah dan apartemen hanya satu jam perjalanan saja. Tidak mustahil mereka bisa bertemu kapan saja dan anak-anak pun akan tahu.Gama dan Tony ngobrol tentang bisnis mereka setelah memesan makanan. Gama bilang ia yang akan mentraktir. Sedangkan Dea dan Nadia berbincang seputar dunia perempuan, kehamilan dan anak-anak. Mereka berdua sekarang hanya sebagai ibu rumah tangga yang menghabiskan banyak waktu di rumah dan mengurus anak-anak.Makan, ngobrol, dan menunggui anak-anak bermain. Tidak terasa waktu sudah beranjak malam. Mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebelum kembali ke apartemen, Gama dan Dea mengantarkan Antika ke rumah kakek dan neneknya. Supaya besok pagi tidak terlambat ke sekolah. Sedangkan Tony juga langsung mengajak istri serta anaknya pulang ke rumah.***L***Alita mengerjabkan mata kala sinar matahari masuk melewati celah ventilasi kamarnya. Te
MASIH TENTANGMU- MaafJantung Alita berdetak lebih cepat. Tubuhnya sampai gemetar. Dulu Dea adalah orang yang paling dicarinya. Ingin sekali bertemu dan menghancurkan mantan sahabatnya itu. Tapi entah kenapa, kali ini tidak punya nyali untuk berhadapan dengannya. Alita mundur dua langkah, kemudian berbalik arah dan mendorong trolinya pergi dari sana."Lita."Panggilan itu akhirnya menghentikan langkah Alita. Lebih malu lagi kalau dia terbirit-birit pergi dari sana, padahal sudah dipergoki oleh Dea.Kedua perempuan itu saling berpandangan. Melihat tatapan Alita yang redup dan sayu, membuat Dea yakin kalau wanita itu tidak akan melakukan tindakan yang selama ini dikhawatirkan oleh sang suami.Alita meninggalkan trolinya kemudian menyalami Dea. Ujung bibirnya sampai berkedut saat dipaksa untuk tersenyum. "Apa kabar, Dea?""Kabar baik. Kamu sendiri apa kabar?"Wanita itu hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan Deandra. Dia makin canggung saat pandangan Dea ke area perutnya."Kamu tingg
"Tolong sampaikan permintaan maafku pada Gama.""InsyaAllah akan kusampaikan." Dada Dea berdesir saat mendengar kalimat itu. Mereka sama-sama menginginkan Gama beberapa bulan yang lalu. Sampai banyak drama terjadi di antara keduanya. Drama yang meninggalkan jejak luka.Namun Dea tidak tahu kapan akan menyampaikan permintaan maaf Alita pada suaminya. Yang pasti harus mencari momentum yang tepat untuk bicara.Keheningan terurai oleh bunyi telepon di saku gamis Dea. Gama melakukan video call seperti biasa. Membuat Dea kelabakan. Jika di angkat jelas bakalan ketahuan kalau dia sedang ada di bawah. Bersama Alita di kafe pula. "Maaf, aku harus pulang, Lit." Dea mengembalikan ponsel di saku gamis dan membiarkannya terus berpendar."I-iya."Dea bangkit dari duduknya. Membayar minuman mereka berdua, kemudian pergi menenteng belanjaan. Alita hanya bisa mengawasi dari kaca tembus pandang yang menjadi dinding kafe.Dua menit kemudian, Alita juga pergi dari sana. Ia tadi memang tidak bertanya Dea
MASIH TENTANGMU- Belum Sanggup Lelaki itu tersenyum menatap lekat wajah istrinya. Menyibakkan helaian rambut yang sebagian menutupi pipi. Wanitanya juga tersenyum memandang sang suami yang pelipisnya masih basah berpeluh.Malam itu Tony mengajak istrinya keluar. Booking sebuah kamar hotel untuk menghabiskan waktu berdua. Meninggalkan anak-anak bersama pembantu di rumah. Ini bukan untuk kali pertama. Mereka sering melakukannya. Semalam saja di hotel tanpa anak-anak. Begitulah Tony memperlakukan istrinya. Sekalipun dalam dunia bisnis sering sekali melawan arah. Namun dia seorang suami yang sayang keluarga. Bahkan seorang mafia terkejam pun, pasti memiliki cinta sejati.Dikecupnya kening Nadia. "I love you," bisiknya pelan sambil memeluk raga tanpa busana yang berlindung di bawah selimut.Nadia menyusupkan wajah ke dada suaminya.Tony semakin berat ingin jujur pada sang istri. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana terluka dan hancurnya wanita yang kini berada dalam dekapan. Momen yang
"Mas, bangun. Salat subuh terus kita pulang. Nanti anak-anak nungguin." Nadia berkata lirih sambil mengusap lembut pipi suaminya. Tony yang belum lama terlelap, membuka mata. "Jam berapa?""Jam empat. Yuk, bangun. Kita salat terus bersiap pulang."Beberapa saat setelah mengerjabkan mata, Tony bangkit dari pembaringan. Selesai mandi langsung berwudhu. Nadia sudah menunggunya. Mukena sudah dipakai dan dua sajadah sudah terbentang di samping tempat tidur.Saat keluar kamar mandi, Tony disambut senyum manis istrinya. Wanita itu selalu menyenangkan hati. Bahkan teman-temannya bilang, ia beruntung memiliki istri yang tidak hanya cantik, tapi juga salehah."Nggak ada yang kurang bagimu. Istri salehah, karir bagus, dan anak-anak yang menawan. Jaga itu, Bro."Dia tidak berselingkuh, tapi dia terjebak.Setelah salam, diam-diam Tony meneteskan air mata. Dia tidak akan sanggup mengatakan kebenaran itu pada istrinya. Karena tidak sanggup kehilangan wanita yang duduk di belakangnya ini. Nadia be
MASIH TENTANGMU- Jalan Terbaik -----------Maaf, Pak Tony. Aku pergi tanpa pamit dan tanpa minta pertimbangan lebih dulu. Aku pulang ke Surabaya. Di sanalah tempat yang sebenarnya tepat untukku. Jujur saja kalau aku tidak bakalan sanggup bertemu dengan istri, Pak Tony. Cepat atau lambat, pasti dia bakalan tahu tentang 'kesalahan' yang telah kita lakukan.Aku naik kereta api jam sepuluh pagi. Mungkin saat Pak Tony membaca surat ini, aku sudah sampai di Surabaya. Orang tuaku sudah setuju aku pulang. Malah menginginkanku agar pulang saja.Sesuai janjiku, aku akan pergi juga dari kehidupan Anda. Bahkan sebelum anak ini lahir. Jogja menyimpan banyak luka dalam hidupku. Memang semua yang terjadi karena kesalahanku sendiri. Mungkin, aku tidak akan pernah kembali ke sana.Aku sudah mengambil keputusan. Sekarang terserah Pak Tony, aku tidak memiliki tuntutan apa pun. Sudah banyak kesalahan yang kulakukan, yang membuat hancur hati orang lain. Sekarang aku tidak ingin membuat hancur hati wan
Kalimat terakhir dari sang mama itulah yang membuat Alita nekat pergi dari sana. Andai jatuh cinta lagi pun, ia yakin pasti akan terluka. Berapa kali ia jatuh cinta dan ujungnya hanya patah hati. Selalu seperti itu sejak dulu. Tampaknya ia memang tidak akan memiliki apa itu cinta sejati. Tidak akan merasakan bagaimana ia diperjuangkan dan dicintai.Alita tersenyum getir untuk dirinya sendiri. Apalagi Dini sudah cerita bagaimana baiknya istri Tony. Wanita salehah yang telah sebelas tahu mendampingi laki-laki itu dalam keadaan apapun. Mereka keluarga bahagia. Andai dia bukan Alita yang sekarang, tentu mana peduli dengan perasaan perempuan lain. Mungkin dengan beraninya dia akan menemui Nadia dan mengatakan semuanya. Namun niat buruk yang memerangkap dirinya membuat Alita sadar. Bahwa itu merupakan teguran sekaligus hukuman dari Tuhan untuknya.Pergi lebih baik sebelum ia jatuh cinta pada Tony yang hanya ingin menunjukkan tanggungjawabnya saja. Tidak mustahil ia akan jatuh cinta jika s
MASIH TENTANGMU- Disaat Semua Terungkap Usai membaca pesan, Tony langsung menghubungi nomer yang tertera. Seorang perempuan menjawabnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Bagaimana kondisi Alita sekarang, Bu?" "Alhamdulillah, dia baru selesai di kuret. Masih belum benar-benar sadar karena dalam pengaruh obat bius."Jam empat tadi, dia ke kamar mandi. Manggil saya karena ada flek. Kami menunggu pagi untuk periksa ke dokter. Tapi jam setengah enam, tiba-tiba dia pendarahan hebat. Saat sampai rumah sakit, dokternya bilang kalau janinnya sudah tidak bisa diselamatkan. Jadi harus segera diambil tindakan kuret."Tony diam. Tidak tahu bagaimana harus menyikapi kenyataan ini. Jika bahagia, ia seperti lelaki yang tidak punya hati nurani. Jika sedih, ia belum tentu menjadi ayah yang baik buat anak itu. Belum tentu menjadi ayah yang adil. Walaupun anak itu tidak bernasab padanya, tapi ia tetap punya tanggungjawab moral.Terdengar Bu Lany menghela nafas panjang."Mungkin ini yang terbaik