Kalimat terakhir dari sang mama itulah yang membuat Alita nekat pergi dari sana. Andai jatuh cinta lagi pun, ia yakin pasti akan terluka. Berapa kali ia jatuh cinta dan ujungnya hanya patah hati. Selalu seperti itu sejak dulu. Tampaknya ia memang tidak akan memiliki apa itu cinta sejati. Tidak akan merasakan bagaimana ia diperjuangkan dan dicintai.Alita tersenyum getir untuk dirinya sendiri. Apalagi Dini sudah cerita bagaimana baiknya istri Tony. Wanita salehah yang telah sebelas tahu mendampingi laki-laki itu dalam keadaan apapun. Mereka keluarga bahagia. Andai dia bukan Alita yang sekarang, tentu mana peduli dengan perasaan perempuan lain. Mungkin dengan beraninya dia akan menemui Nadia dan mengatakan semuanya. Namun niat buruk yang memerangkap dirinya membuat Alita sadar. Bahwa itu merupakan teguran sekaligus hukuman dari Tuhan untuknya.Pergi lebih baik sebelum ia jatuh cinta pada Tony yang hanya ingin menunjukkan tanggungjawabnya saja. Tidak mustahil ia akan jatuh cinta jika s
MASIH TENTANGMU- Disaat Semua Terungkap Usai membaca pesan, Tony langsung menghubungi nomer yang tertera. Seorang perempuan menjawabnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Bagaimana kondisi Alita sekarang, Bu?" "Alhamdulillah, dia baru selesai di kuret. Masih belum benar-benar sadar karena dalam pengaruh obat bius."Jam empat tadi, dia ke kamar mandi. Manggil saya karena ada flek. Kami menunggu pagi untuk periksa ke dokter. Tapi jam setengah enam, tiba-tiba dia pendarahan hebat. Saat sampai rumah sakit, dokternya bilang kalau janinnya sudah tidak bisa diselamatkan. Jadi harus segera diambil tindakan kuret."Tony diam. Tidak tahu bagaimana harus menyikapi kenyataan ini. Jika bahagia, ia seperti lelaki yang tidak punya hati nurani. Jika sedih, ia belum tentu menjadi ayah yang baik buat anak itu. Belum tentu menjadi ayah yang adil. Walaupun anak itu tidak bernasab padanya, tapi ia tetap punya tanggungjawab moral.Terdengar Bu Lany menghela nafas panjang."Mungkin ini yang terbaik
Setelah berbasa-basi sejenak. Dea diminta berbaring. Sang dokter memeriksa seperti biasanya. "Kepala baby sudah masuk panggul, posisi sempurna siap untuk dilahirkan. Air ketuban bagus dan cukup. Perbanyak istirahat saja, jangan kecapekan. Olahraga secukupnya agar persalinan nanti lancar." Dokter Rosy menjelaskan. Dea yang banyak bertanya. Sedangkan Gama hanya mendengarkan. Baginya sudah cukup jika istri dan calon anak mereka baik-baik saja. Mereka keluar ruangan usai pemeriksaan. Akhirnya di lorong rumah sakit mereka berpapasan dengan dokter Angkasa yang baru selesai visit pasien. Lelaki itu tersenyum ramah lalu menyalami Dea dan Gama. "Apa kabar?""Alhamdulillah, kabar baik, Dok. Dokter sendiri apa kabar?" tanya Dea dengan nada sumringah. Dan demi apapun, Gama tidak menyukainya."Baik juga. Sudah selesai periksa?" Dokter Angkasa memandang perut besar Dea. Membuat Gama ingin segera mengajak istrinya pergi dari sana."Sudah.""Semoga lahiran nanti lancar."Dea tersenyum dan mengang
MASIH TENTANGMU- Takut Kehilangan"Mas mencintaimu. Mencintai anak-anak kita. Percayalah, semua ini bukan kesengajaan. Maafkan mas, Nadia. Maaf!" Mohon Tony dengan wajah memelas. Justru dia yang lebih terpukul melihat Nadia tetap tenang setelah mengetahui semuanya.Nadia yang terus meneteskan air mata, tidak berkata apa-apa. Perempuan mana yang tidak hancur mendapati kenyataan seperti itu. Namun wajahnya begitu tenang. Meski jiwanya porak-poranda."Mas nggak pernah ada niat sedikitpun untuk menduakanmu. Maafkan mas.""Apa salah orang itu terhadapmu, Mas. Hingga kalian begitu ingin menghancurkannya?" Nadia malah menanyakan hal lain."Nggak ada. Mas yang salah. Semua sudah mas ceritakan malam itu. Kami lah yang jahat.""Siapa laki-laki itu?"Tony tidak mungkin akan memberitahu kalau pria itu adalah Gama. Seseorang yang sudah dikenal juga oleh Nadia. Bahkan dengan Dea pun Nadia akrab malam itu. Anak-anak juga sudah berkenalan dan bermain bersama."Dia lelaki yang baik. Kami lah yang bre
"Mas akan menceraikan Alita sesuai kesepakatan yang kami buat. Mas nggak akan menduakanmu dengan perempuan mana pun, Nadia. Ikutlah mas ke Surabaya. Temani mas!" Tony memohon. Biar Nadia juga tahu kalau apa yang terjadi bukan sebuah perselingkuhan. Hanya sebentuk rasa tanggungjawab."Perempuan yang sedang nifas, tidak boleh dicerai, Mas. Tunggulah sampai dia suci dulu." Nadia hendak bangkit dari duduknya, tapi tangan Tony menahan lengannya."Mas nggak pernah menyentuhnya setelah pernikahan kami."Dada Nadia serasa teriris mendengarnya. Seharusnya kalimat itu membuat lega. Namun tetap saja sakit rasanya. Bagaimanapun perempuan itu sudah mengandung anak suaminya."Jika aku ikut pergi, bagaimana dengan anak-anak. Biar aku di rumah saja, Mas." Tolak Nadia sambil menarik tangannya dari genggaman Tony."Anak-anak sudah biasa kita tinggal, kan? Please, Nadia. Ini kali terakhir mas akan bertemu Alita dan keluarganya.""Apa mas akan menjatuhkan talak pada perempuan yang sedang nifas?"Tony dia
MASIH TENTANGMU- Di Antara Dua Perempuan Alita mengenali wajah itu dari foto yang ditunjukkan Dini padanya. Seorang perempuan yang telah dilukai hatinya. Duduk dengan anggun di samping lelaki yang menggoreskan kenangan paling buruk dalam pernikahan mereka."Mbak," sapa Alita lirih saat menyalami Nadia. Dadanya berdebar-debar saat tangan mereka saling menggenggam. Wanita yang paling ingin dihindari, akhirnya bertemu juga.Disambut dengan seulas senyum tulus dari bibir Nadia. Alita juga menyalami Tony. Kemudian duduk di samping sang mama.Tony mengucapkan permohonan maaf pada Pak Handoyo dan Bu Lany. Sebab telat datang mengunjungi mereka. Jujur karena anak-anak masih ulangan. Dengan bijaknya Bu Lany bilang tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya memang lebih baik Alita berpisah dari Tony. Untuk apa memaksakan laki-laki itu tetap bersama putrinya, jika ada perempuan lain yang akan terluka. Hidup di madu tidak semudah apa yang diomongkan orang. Dia tidak akan membiarkan Alita mempertar
Nadia termenung. Kenapa Alita seperti tidak begitu terbebani sama sekali dengan noda dalam hidupnya. Padahal sesuatu yang sangat berharga direnggut begitu saja. Sampai hamil dan keguguran. Tentu hal ini bisa menimbulkan trauma pada seorang perempuan, terlebih pada anak gadis yang masih perawan. Namun kelihatannya Alita tidak tertekan seperti yang Nadia bayangkan? Apa sebaik itu kah dia? Bahkan setelah berpisah pun, dia tidak akan memiliki akta cerai. Perawan tidak, janda pun tanpa bukti yang kuat.Pertanyaan itu memang nekat diutarakan oleh Nadia. Meski hatinya akan semakin remuk jika Alita meminta pertanggungjawaban secara penuh dan tidak ingin diceraikan. Melanggar kesepakatan yang konon sudah disepakati dengan suaminya.Namun Nadia sudah mempersiapkan diri jika pada akhirnya, jodoh dengan Tony harus selesai. Hatinya sudah seikhlas itu. Iklhas berpisah, bukan bermadu. Sebab dia tidak akan mampu untuk itu. Daripada menyakiti dirinya sendiri atau bahkan mungkin zolim pada madunya, buk
MASIH TENTANGMU- Posesif "Papa, jangan punya permintaan apapun setelah ini. Apalagi ada rencana membatalkan perceraian Lita dan Tony. Perceraian itu memang dibenci sama Allah. Tapi konteks pernikahan Lita dan Tony ini berbeda, Pa. Papa, harus ingat kesepakatan awal kita bagaimana. Papa, sendiri yang bilang hanya sampai anak itu lahir. Setelah Alita melahirkan, mereka akan bercerai. Sekarang Lita keguguran otomatis kesepakatan akan tetap berlanjut. Malah lebih cepat dari sebelumnya." Bu Lany membantah ucapan sang suami malam itu. Di kamar mereka.Di mana Pak Handoyo mengutarakan keinginannya agar Alita dan Tony tidak harus bercerai sekarang. Dengan alasan, Alita sudah ternoda dan Tony mesti bertanggungjawab. Apa kata kerabat kalau Alita begitu cepat berpisah dari suaminya.Lagi pun diam-diam Pak Handoyo juga mencari tahu banyak tentang Tony. Dia pebisnis yang sukses."Istrinya Tony baik, Ma. Mungkin tidak akan keberatan jika suaminya berpoligami. Kita lihat kan bagaimana sikap dia ta
Paginya, Alita berkemas-kemas dibantu oleh Naufal. Sesekali mereka saling pandang dan melempar senyum. Rambut Alita terurai sebawah bahu dan masih setengah basah."Akhir pekan ini, kita lihat rumah di Grand Permata," kata Naufal menghampiri istrinya dan membantu mengunci travel bag."Kamu sudah tahu Grand Permata, kan?""Iya, aku pernah lewat sana.""Kamu suka nggak tempat itu?""Suka.""Ada juga di Singosari Residen. Tapi kejauhan kalau ke kantor. Di sana pemandangannya juga menarik. Bagaimana?""Aku ngikut saja. Mana yang terbaik buat kita.""Oke. Nanti kita lihat dua-duanya. Jadi kamu bisa membuat pilihan. Kalau di Singosari Residen memang lebih tenang tempatnya. Adem karena di kelilingi perbukitan. Cuman agak jauh dari kantor. Sebelum mendapatkan rumah, kita tinggal di kosanku sambil cari kontrakan rumah untuk sementara.""Ya." Alita tersenyum. Kemudian mengecek laci, memperhatikan gantungan baju, dan masuk ke kamar mandi untuk memastikan tidak ada barang mereka yang tertinggal.T
MASIH TENTANGMU- Hidup BaruJam dua ketika tamu sudah mulai senggang. Alita menghampiri Dea dan Melati yang duduk ngobrol, terpisah dari rombongan Pak Norman."Makasih banget kalian menyempatkan datang dari Jogja ke Surabaya," ucapnya sambil duduk di kursi depan dua wanita itu. Agak susah duduk karena memakai jarik yang sangat sempit. Makanya Dea membantu memegangi tangan Alita agar tidak terjengkang."Sama-sama," jawab Dea dan Melati hampir bersamaan."Setelah ini kamu dan suamimu tinggal di Malang?" tanya Melati."Iya. Kami berdua kerja di sana.""Kamu sudah lama pulang ke Surabaya?" tanya Melati lagi Dijawab anggukan kepala oleh Alita. Melati malah tidak tahu banyak tentang Alita, semenjak pakdhenya Alita masuk penjara. Apalagi setelah putus pertunangan dari Gama, Alita tidak pernah lagi datang ke kafenya. Dea sendiri tidak pernah membahas pertemuannya dengan Alita pada siapa-siapa. Kecuali pada sang suami, itu pun baru seminggu yang lalu. "Bentar aku mau ke toilet," pamit Melat
Jogjakarta, dua minggu kemudian."Undangan dari siapa, Mas?" Dea meraih undangan yang baru diletakkan oleh Gama di hadapannya. Dia membaca nama yang tertera. Tidak ada foto calon pengantin dalam undangan itu."Dari Alita?" Dea kaget. "Ya. Saga yang ngasih tadi. Seminggu lagi Lita nikah di Surabaya. Kata Saga, Naufal itu teman kuliah mereka dulu.""Calonnya dari Surabaya juga?"Gama mengangguk, tapi dia heran melihat wajah sang istri tampak bingung dan berulang kali memperhatikan undangan mewah kombinasi warna putih dan kuning keemasan di tangannya. "Sayang, kenapa?"Dea meletakkan undangan di atas meja riasnya."Mas, waktu aku hamil delapan bulan dan tinggal di apartemen. Sebenarnya aku bertemu dengan Alita yang tinggal di apartemen itu juga."Ganti Gama yang terkejut. "Beneran?"Dea mengangguk."Kenapa nggak cerita sama mas?""Karena Mas pasti langsung mengajakku pindah dan nggak boleh lagi bertemu dengan Lita. Waktu itu dia sudah berubah baik. Dia minta maaf padaku sambil nangis.
MASIH TENTANGMU- The Wedding Pagi yang cerah, suasana yang indah. Rumah Pak Handoyo begitu meriah. Senyum suami istri itu sangat sumringah. Menyambut tamu dari keluarga Naufal dan dari beberapa kerabat mereka sendiri yang di undang ke rumah. Tak ada yang ditutupi lagi kalau pernikahan Alita dengan Tony sudah selesai empat bulan yang lalu.Mereka mengerti dan tidak pernah bertanya secara detail.Tentang keguguran itu pun kerabat tidak ada yang tahu. ART saja yang tahu, tapi mereka juga tutup mulut. Tidak ada yang jadi 'lambe turah'. Sebab sadar karena di sana hanya bekerja dan digaji tidak murah. Pak Handoyo dan Bu Lany juga sangat baik sebagai majikan.Alita memakai gamis warna khaki dengan hiasan bordir di bagian kerah dan kancing depan. Memakai jilbab polos warna senada. Naufal memakai kemeja warna abu-abu. Acara dadakan yang membuat mereka tidak sempat menyelaraskan outfit untuk lamaran. Juga tidak ada backdrop. Namun tidak mengurangi kegembiraan hari itu.Orang tua Alita dan ke
Pagi-pagi sekali Gama bersama keluarganya sudah sampai di rumah Pak Norman. Ia juga sudah check out dari vila. Pagi ini bersama keluarga kecil Saga, mereka akan kembali ke Jogja. Liburan telah selesai dan besok waktunya kembali ke kantor.Pak Norman menciumi bocah-bocah satu per satu. Alangkah bahagianya. Di hari tua bisa memiliki cucu sebanyak itu. Termasuk anak-anak Gama direngkuh tak ubahnya seperti cucu sendiri. Gama adalah bagian dari Ariani. Perempuan yang memiliki tempat tersendiri di hatinya.Bu Rista dan Kartini juga menyempatkan menggendong si kembar yang sangat lucu. Juga si bayi Akhandra yang mencuri perhatiannya. Tiga hari ini menjadi momen yang sangat indah. Mereka berkumpul bersama dan membuat rumah besarnya sangat ramai."Kami pamit, Om, Tante." Gama mencium tangan Pak Norman dan Bu Rista. Diikuti oleh Dea. Juga berpamitan pada Akbar dan Tini.Saga dan Melati melakukan hal yang sama. Hingga mereka berpisah di halaman rumah. Dua mobil meninggalkan pekarangan disertai la
MASIH TENTANGMU- Janji yang Ditepati"Itu Saga." Naufal melihat teman lamanya."Iya. Tapi kita pergi saja." Alita berbalik dan melangkah cepat. Naufal pun menjajari langkahnya. Mereka menuruni eskalator dan Alita tak lagi menoleh ke belakang.Bukan hal mudah bertemu mereka lagi. Mungkin menjauh juga tidak mempengaruhi apapun. Dirinya bukan siapa-siapa dan bisa jadi sudah dilupakan. Justru kalau tiba-tiba ia muncul, mungkin akan merusak suasana. Sebab di sana pun juga ada Akbar bersama istrinya. Mereka sedang bahagia menikmati kebersamaan.Rupanya Gama juga membawa istri dan anaknya menyambut pergantian tahun di Malang. Keluarga Saga tinggal di Lawang. Mungkin mereka tadi tengah jalan-jalan. Kenapa bumi ini terasa sempit."Kita keluar saja dari Trans*art kalau gitu." Naufal memutuskan karena melihat Alita yang tidak nyaman dan terlihat cemas.Ia bisa memahaminya. Tentu bertemu mereka lagi adalah sesuatu yang tidak mudah setelah banyak peristiwa tertoreh dalam hubungan mereka."Kita m
Naufal dan Alita lantas makan tanpa percakapan. Makan dengan cepat agar sampai pantai tidak kesiangan. Butuh waktu dua jam untuk sampai di Balaikambang.Alita yang menghindari banyak orang dalam waktu empat bulan ini. Namun terasa nyaman saat bepergian bersama Naufal. Sebenarnya dialah teman laki-laki yang bisa diajak ngobrol enak sejak dulu. Sosok yang bisa dipercaya. Saking percayanya sampai mereka melakukan one night stand.Bromo. Sebenarnya di bulan Desember dan awal Januari begini, Bromo sedang indah-indahnya. Savana dengan rerumputan yang menghijau karena terguyur hujan, setelah kekeringan selama musim kemarau. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak percakapan. Sesekali mengulas apa yang dilihatnya di sepanjang perjalanan. Tentunya pemandangan yang menyejukkan mata.Dua jam kemudian mereka sudah menyusuri pantai dengan pesona pasir putih dan pemandangan air laut yang kebiruan. Suasana teduh karena mendung memayungi angkasa, meski hari sudah siang.Tahun baru, pengunjung mem
MASIH TENTANGMU- 71 Serius Alita belum bisa tidur meski sudah jam sebelas malam. Sebentar lagi pergantian tahun. Sejam lagi sudah tahun yang berbeda. Namun kehidupannya masih tetap sama.Ia ingat Naufal. Tidak mengira saja, ia bertemu lagi dengan Naufal di kota ini.Memang bisa saja mereka bertemu, karena sama-sama berasal dari Surabaya. Namun statusnya yang masih single membuat Alita seakan tak percaya. Apa sekali saja dia tidak pernah pacaran?Dan kata-kata Naufal tadi masih diingatnya. Laki-laki itu merasa sangat bersalah terhadap apa yang telah mereka lakukan dulu. Tidak hanya merasa bersalah, tapi juga ingin bertanggungjawab. Bertanggungjawab seperti apa? Hendak menikahinya? Padahal dirinya terlalu kotor. Memang Naufal yang pertama kali mengambil segalanya. Tapi bukan alasan itu yang membuat Alita tetap sendiri sampai saat ini. Naufal belum tahu sejahat apa dirinya selama sebelas tahun.Wanita melamun lalu menoleh saat ponselnya di nakas berpendar. Siapa yang menelpon malam-ma
Alita tersenyum getir. Naufal tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Memang di biodata itu tertulis belum menikah, padahal dirinya sudah janda. Sebab mau mengganti identitas, dia tidak punya akta perceraian."Kamu sudah menikah? Aku khawatir kalau sedang jalan sama suami orang." Alita memberanikan diri untuk bertanya.Naufal dengan cepat menggeleng. "Nggak usah khawatir. Kamu duduk dengan laki-laki yang masih jomblo." Senyum mengakhiri ucapannya.Di usia tiga puluh empat tahun, Naufal juga masih belum menikah? Dia bukan lelaki kurang pergaulan, bukan pria buruk rupa, karirnya juga mentereng. Tapi belum menikah."Kenapa belum nikah?" Alita mulai enjoy. Dulu pun mereka adalah sahabat yang sangat akrab dan biasa ngobrol tentang apapun."Kamu juga belum menikah? Kenapa?"Alita tersenyum getir."Karena perbuatanku waktu itu?" tanya Naufal dengan wajah sendu. Ada sesal dan rasa bersalah tampak di sana. Meski harus membongkar kisah lama, tapi ia mesti mengutarakannya. Sebab ia menyesalinya hing