MASIH TENTANGMU- Jalan Terbaik -----------Maaf, Pak Tony. Aku pergi tanpa pamit dan tanpa minta pertimbangan lebih dulu. Aku pulang ke Surabaya. Di sanalah tempat yang sebenarnya tepat untukku. Jujur saja kalau aku tidak bakalan sanggup bertemu dengan istri, Pak Tony. Cepat atau lambat, pasti dia bakalan tahu tentang 'kesalahan' yang telah kita lakukan.Aku naik kereta api jam sepuluh pagi. Mungkin saat Pak Tony membaca surat ini, aku sudah sampai di Surabaya. Orang tuaku sudah setuju aku pulang. Malah menginginkanku agar pulang saja.Sesuai janjiku, aku akan pergi juga dari kehidupan Anda. Bahkan sebelum anak ini lahir. Jogja menyimpan banyak luka dalam hidupku. Memang semua yang terjadi karena kesalahanku sendiri. Mungkin, aku tidak akan pernah kembali ke sana.Aku sudah mengambil keputusan. Sekarang terserah Pak Tony, aku tidak memiliki tuntutan apa pun. Sudah banyak kesalahan yang kulakukan, yang membuat hancur hati orang lain. Sekarang aku tidak ingin membuat hancur hati wan
Kalimat terakhir dari sang mama itulah yang membuat Alita nekat pergi dari sana. Andai jatuh cinta lagi pun, ia yakin pasti akan terluka. Berapa kali ia jatuh cinta dan ujungnya hanya patah hati. Selalu seperti itu sejak dulu. Tampaknya ia memang tidak akan memiliki apa itu cinta sejati. Tidak akan merasakan bagaimana ia diperjuangkan dan dicintai.Alita tersenyum getir untuk dirinya sendiri. Apalagi Dini sudah cerita bagaimana baiknya istri Tony. Wanita salehah yang telah sebelas tahu mendampingi laki-laki itu dalam keadaan apapun. Mereka keluarga bahagia. Andai dia bukan Alita yang sekarang, tentu mana peduli dengan perasaan perempuan lain. Mungkin dengan beraninya dia akan menemui Nadia dan mengatakan semuanya. Namun niat buruk yang memerangkap dirinya membuat Alita sadar. Bahwa itu merupakan teguran sekaligus hukuman dari Tuhan untuknya.Pergi lebih baik sebelum ia jatuh cinta pada Tony yang hanya ingin menunjukkan tanggungjawabnya saja. Tidak mustahil ia akan jatuh cinta jika s
MASIH TENTANGMU- Disaat Semua Terungkap Usai membaca pesan, Tony langsung menghubungi nomer yang tertera. Seorang perempuan menjawabnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Bagaimana kondisi Alita sekarang, Bu?" "Alhamdulillah, dia baru selesai di kuret. Masih belum benar-benar sadar karena dalam pengaruh obat bius."Jam empat tadi, dia ke kamar mandi. Manggil saya karena ada flek. Kami menunggu pagi untuk periksa ke dokter. Tapi jam setengah enam, tiba-tiba dia pendarahan hebat. Saat sampai rumah sakit, dokternya bilang kalau janinnya sudah tidak bisa diselamatkan. Jadi harus segera diambil tindakan kuret."Tony diam. Tidak tahu bagaimana harus menyikapi kenyataan ini. Jika bahagia, ia seperti lelaki yang tidak punya hati nurani. Jika sedih, ia belum tentu menjadi ayah yang baik buat anak itu. Belum tentu menjadi ayah yang adil. Walaupun anak itu tidak bernasab padanya, tapi ia tetap punya tanggungjawab moral.Terdengar Bu Lany menghela nafas panjang."Mungkin ini yang terbaik
Setelah berbasa-basi sejenak. Dea diminta berbaring. Sang dokter memeriksa seperti biasanya. "Kepala baby sudah masuk panggul, posisi sempurna siap untuk dilahirkan. Air ketuban bagus dan cukup. Perbanyak istirahat saja, jangan kecapekan. Olahraga secukupnya agar persalinan nanti lancar." Dokter Rosy menjelaskan. Dea yang banyak bertanya. Sedangkan Gama hanya mendengarkan. Baginya sudah cukup jika istri dan calon anak mereka baik-baik saja. Mereka keluar ruangan usai pemeriksaan. Akhirnya di lorong rumah sakit mereka berpapasan dengan dokter Angkasa yang baru selesai visit pasien. Lelaki itu tersenyum ramah lalu menyalami Dea dan Gama. "Apa kabar?""Alhamdulillah, kabar baik, Dok. Dokter sendiri apa kabar?" tanya Dea dengan nada sumringah. Dan demi apapun, Gama tidak menyukainya."Baik juga. Sudah selesai periksa?" Dokter Angkasa memandang perut besar Dea. Membuat Gama ingin segera mengajak istrinya pergi dari sana."Sudah.""Semoga lahiran nanti lancar."Dea tersenyum dan mengang
MASIH TENTANGMU- Takut Kehilangan"Mas mencintaimu. Mencintai anak-anak kita. Percayalah, semua ini bukan kesengajaan. Maafkan mas, Nadia. Maaf!" Mohon Tony dengan wajah memelas. Justru dia yang lebih terpukul melihat Nadia tetap tenang setelah mengetahui semuanya.Nadia yang terus meneteskan air mata, tidak berkata apa-apa. Perempuan mana yang tidak hancur mendapati kenyataan seperti itu. Namun wajahnya begitu tenang. Meski jiwanya porak-poranda."Mas nggak pernah ada niat sedikitpun untuk menduakanmu. Maafkan mas.""Apa salah orang itu terhadapmu, Mas. Hingga kalian begitu ingin menghancurkannya?" Nadia malah menanyakan hal lain."Nggak ada. Mas yang salah. Semua sudah mas ceritakan malam itu. Kami lah yang jahat.""Siapa laki-laki itu?"Tony tidak mungkin akan memberitahu kalau pria itu adalah Gama. Seseorang yang sudah dikenal juga oleh Nadia. Bahkan dengan Dea pun Nadia akrab malam itu. Anak-anak juga sudah berkenalan dan bermain bersama."Dia lelaki yang baik. Kami lah yang bre
"Mas akan menceraikan Alita sesuai kesepakatan yang kami buat. Mas nggak akan menduakanmu dengan perempuan mana pun, Nadia. Ikutlah mas ke Surabaya. Temani mas!" Tony memohon. Biar Nadia juga tahu kalau apa yang terjadi bukan sebuah perselingkuhan. Hanya sebentuk rasa tanggungjawab."Perempuan yang sedang nifas, tidak boleh dicerai, Mas. Tunggulah sampai dia suci dulu." Nadia hendak bangkit dari duduknya, tapi tangan Tony menahan lengannya."Mas nggak pernah menyentuhnya setelah pernikahan kami."Dada Nadia serasa teriris mendengarnya. Seharusnya kalimat itu membuat lega. Namun tetap saja sakit rasanya. Bagaimanapun perempuan itu sudah mengandung anak suaminya."Jika aku ikut pergi, bagaimana dengan anak-anak. Biar aku di rumah saja, Mas." Tolak Nadia sambil menarik tangannya dari genggaman Tony."Anak-anak sudah biasa kita tinggal, kan? Please, Nadia. Ini kali terakhir mas akan bertemu Alita dan keluarganya.""Apa mas akan menjatuhkan talak pada perempuan yang sedang nifas?"Tony dia
MASIH TENTANGMU- Di Antara Dua Perempuan Alita mengenali wajah itu dari foto yang ditunjukkan Dini padanya. Seorang perempuan yang telah dilukai hatinya. Duduk dengan anggun di samping lelaki yang menggoreskan kenangan paling buruk dalam pernikahan mereka."Mbak," sapa Alita lirih saat menyalami Nadia. Dadanya berdebar-debar saat tangan mereka saling menggenggam. Wanita yang paling ingin dihindari, akhirnya bertemu juga.Disambut dengan seulas senyum tulus dari bibir Nadia. Alita juga menyalami Tony. Kemudian duduk di samping sang mama.Tony mengucapkan permohonan maaf pada Pak Handoyo dan Bu Lany. Sebab telat datang mengunjungi mereka. Jujur karena anak-anak masih ulangan. Dengan bijaknya Bu Lany bilang tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya memang lebih baik Alita berpisah dari Tony. Untuk apa memaksakan laki-laki itu tetap bersama putrinya, jika ada perempuan lain yang akan terluka. Hidup di madu tidak semudah apa yang diomongkan orang. Dia tidak akan membiarkan Alita mempertar
Nadia termenung. Kenapa Alita seperti tidak begitu terbebani sama sekali dengan noda dalam hidupnya. Padahal sesuatu yang sangat berharga direnggut begitu saja. Sampai hamil dan keguguran. Tentu hal ini bisa menimbulkan trauma pada seorang perempuan, terlebih pada anak gadis yang masih perawan. Namun kelihatannya Alita tidak tertekan seperti yang Nadia bayangkan? Apa sebaik itu kah dia? Bahkan setelah berpisah pun, dia tidak akan memiliki akta cerai. Perawan tidak, janda pun tanpa bukti yang kuat.Pertanyaan itu memang nekat diutarakan oleh Nadia. Meski hatinya akan semakin remuk jika Alita meminta pertanggungjawaban secara penuh dan tidak ingin diceraikan. Melanggar kesepakatan yang konon sudah disepakati dengan suaminya.Namun Nadia sudah mempersiapkan diri jika pada akhirnya, jodoh dengan Tony harus selesai. Hatinya sudah seikhlas itu. Iklhas berpisah, bukan bermadu. Sebab dia tidak akan mampu untuk itu. Daripada menyakiti dirinya sendiri atau bahkan mungkin zolim pada madunya, buk