"Mas akan menceraikan Alita sesuai kesepakatan yang kami buat. Mas nggak akan menduakanmu dengan perempuan mana pun, Nadia. Ikutlah mas ke Surabaya. Temani mas!" Tony memohon. Biar Nadia juga tahu kalau apa yang terjadi bukan sebuah perselingkuhan. Hanya sebentuk rasa tanggungjawab."Perempuan yang sedang nifas, tidak boleh dicerai, Mas. Tunggulah sampai dia suci dulu." Nadia hendak bangkit dari duduknya, tapi tangan Tony menahan lengannya."Mas nggak pernah menyentuhnya setelah pernikahan kami."Dada Nadia serasa teriris mendengarnya. Seharusnya kalimat itu membuat lega. Namun tetap saja sakit rasanya. Bagaimanapun perempuan itu sudah mengandung anak suaminya."Jika aku ikut pergi, bagaimana dengan anak-anak. Biar aku di rumah saja, Mas." Tolak Nadia sambil menarik tangannya dari genggaman Tony."Anak-anak sudah biasa kita tinggal, kan? Please, Nadia. Ini kali terakhir mas akan bertemu Alita dan keluarganya.""Apa mas akan menjatuhkan talak pada perempuan yang sedang nifas?"Tony dia
MASIH TENTANGMU- Di Antara Dua Perempuan Alita mengenali wajah itu dari foto yang ditunjukkan Dini padanya. Seorang perempuan yang telah dilukai hatinya. Duduk dengan anggun di samping lelaki yang menggoreskan kenangan paling buruk dalam pernikahan mereka."Mbak," sapa Alita lirih saat menyalami Nadia. Dadanya berdebar-debar saat tangan mereka saling menggenggam. Wanita yang paling ingin dihindari, akhirnya bertemu juga.Disambut dengan seulas senyum tulus dari bibir Nadia. Alita juga menyalami Tony. Kemudian duduk di samping sang mama.Tony mengucapkan permohonan maaf pada Pak Handoyo dan Bu Lany. Sebab telat datang mengunjungi mereka. Jujur karena anak-anak masih ulangan. Dengan bijaknya Bu Lany bilang tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya memang lebih baik Alita berpisah dari Tony. Untuk apa memaksakan laki-laki itu tetap bersama putrinya, jika ada perempuan lain yang akan terluka. Hidup di madu tidak semudah apa yang diomongkan orang. Dia tidak akan membiarkan Alita mempertar
Nadia termenung. Kenapa Alita seperti tidak begitu terbebani sama sekali dengan noda dalam hidupnya. Padahal sesuatu yang sangat berharga direnggut begitu saja. Sampai hamil dan keguguran. Tentu hal ini bisa menimbulkan trauma pada seorang perempuan, terlebih pada anak gadis yang masih perawan. Namun kelihatannya Alita tidak tertekan seperti yang Nadia bayangkan? Apa sebaik itu kah dia? Bahkan setelah berpisah pun, dia tidak akan memiliki akta cerai. Perawan tidak, janda pun tanpa bukti yang kuat.Pertanyaan itu memang nekat diutarakan oleh Nadia. Meski hatinya akan semakin remuk jika Alita meminta pertanggungjawaban secara penuh dan tidak ingin diceraikan. Melanggar kesepakatan yang konon sudah disepakati dengan suaminya.Namun Nadia sudah mempersiapkan diri jika pada akhirnya, jodoh dengan Tony harus selesai. Hatinya sudah seikhlas itu. Iklhas berpisah, bukan bermadu. Sebab dia tidak akan mampu untuk itu. Daripada menyakiti dirinya sendiri atau bahkan mungkin zolim pada madunya, buk
MASIH TENTANGMU- Posesif "Papa, jangan punya permintaan apapun setelah ini. Apalagi ada rencana membatalkan perceraian Lita dan Tony. Perceraian itu memang dibenci sama Allah. Tapi konteks pernikahan Lita dan Tony ini berbeda, Pa. Papa, harus ingat kesepakatan awal kita bagaimana. Papa, sendiri yang bilang hanya sampai anak itu lahir. Setelah Alita melahirkan, mereka akan bercerai. Sekarang Lita keguguran otomatis kesepakatan akan tetap berlanjut. Malah lebih cepat dari sebelumnya." Bu Lany membantah ucapan sang suami malam itu. Di kamar mereka.Di mana Pak Handoyo mengutarakan keinginannya agar Alita dan Tony tidak harus bercerai sekarang. Dengan alasan, Alita sudah ternoda dan Tony mesti bertanggungjawab. Apa kata kerabat kalau Alita begitu cepat berpisah dari suaminya.Lagi pun diam-diam Pak Handoyo juga mencari tahu banyak tentang Tony. Dia pebisnis yang sukses."Istrinya Tony baik, Ma. Mungkin tidak akan keberatan jika suaminya berpoligami. Kita lihat kan bagaimana sikap dia ta
Nadia mengembalikan ponsel ke dalam tasnya. Dia memperhatikan para pasien perempuan yang hampir semuanya berperut buncit. Ada anak-anak batita yang ikut menemani ibunya periksa. Membuat Nadia teringat beberapa tahun yang lalu. Dirinya juga seperti wanita itu. Irfan umur setahun, dia hamil lagi Misca. Jadi dalam kondisi hamil lima bulan sambil menggendong si sulung yang baru berumur setahun setengah. Irfan kalau rewel minta digendong bundanya. Tidak peduli dengan perut Nadia yang membesar.Sambil mengingat kenangan itu, Nadia memperhatikan para pasien yang keluar dan masuk ruang pemeriksaan. Ketika melihat Deandra, ia memanggil. "Mbak Dea."Dea yang didampingi sang mama menoleh. Melihat Nadia, wanita yang tengah sarat mengandung itu menghampiri."Ini mamaku, Mbak." Dea mengenalkan sang mama yang mengantarnya periksa. Gama tidak sempat karena harus rapat.Nadia mencium tangan Bu Wetty. "Mbak Nadia, mau periksa kehamilan juga?" tanya Dea kemudian duduk di sebelahnya. "Enggak. Aku mau n
MASIH TENTANGMU- Dunia Terasa SempitAlita berdiri di pembatas koridor mall. Memperhatikan bejubelnya pengunjung salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surabaya. Apalagi sekarang sudah masuk waktu liburan sekolah. Pusat bermain disesaki anak-anak dan orang tua yang menunggui.Sudah lama sekali dia tidak pernah datang ke salah satu mall ternama ini. Tunjungan Plaza Surabaya. Tempat dulu dia sering nongkrong dan cuci mata bersama teman-temannya. Setelah pindah ke Jogja, tempat itu tidak pernah di sambangi. Kalau pulang ke Surabaya, tidak pernah jalan ke mana-mana karena hanya dua sampai tiga hari saja di rumah. Dia tidak betah di Surabaya, buru-buru ingin kembali ke Jogja. Sebab ada Saga di sana. Kemudian ada Gama setelah mereka bertunangan. Namun sekarang, rasanya tidak ingin lagi menginjakkan kaki ke kota itu, tempat yang menggoreskan banyak luka.Alita melangkah pelan sambil melihat-lihat etalase yang memajang beberapa pernak-pernik. Juga toko pakaian, sepatu, jam tangan.
Bahkan kenapa masih sempat juga terbesit perasaan jatuh hati pada Tony. Saat pria itu menunjukkan rasa tanggungjawabnya. Kemudian sang mama mengingatkan supaya tidak membiarkan dirinya jatuh cinta pada pria beristri itu. "Setelah ini, kepada siapa lagi hati busuk ini akan jatuh cinta. Pada lelaki orang lagi? Atau pada pria hidung belang yang begitu iseng seperti suaminya Sasa tadi?" Alita menyesap kembali jus untuk melonggarkan tenggorokan yang rasanya tersekat. Lantas bangkit meninggalkan burger yang masih separuh. Niat hati ingin mencari hiburan, nyatanya malah menjadikan malamnya kian suram.***L***Jam setengah enam pagi Irfan dan Misca sudah rapi dan duduk di teras rumah. Di punggung mereka ada tas ransel masing-masing. Tentu saja berisi mainan dan segala printilan yang tidak boleh sampai ketinggalan.Tidak sabar untuk segera berangkat. Tapi kedua orang tuanya belum turun juga. Tony menghampiri sang istri kemudian membantunya menarik resleting gamis yang dipakai Nadia. Tak ha
MASIH TENTANGMU- Raden KecilDokter Angkasa menyalami Gama dan Tony. Kemudian tersenyum pada Dea dan Nadia. Wajahnya yang menyimpan penasaran itu terlihat tetap ramah.Dia ingat kalau Gama dan Tony ini pebisnis yang berkarir di bidang yang sama. Mungkin dari situlah mereka bisa saling kenal. Tapi kenapa pula bersamaan datang untuk konsultasi dengan mamanya."Udah lama ya kita nggak pernah bertemu, Mas Tony." Dokter Angkasa bicara pada Tony. Mereka memang kenal baik selama ini, karena dokter itu temannya Nadia."Ya. Dokter juga sangat sibuk. Padahal kami nunggu undangannya."Dokter Angkasa menjawab dengan senyuman. Dia tidak mungkin akan bilang kalau wanita yang sarat mengandung itu telah membuatnya patah hati.Dia tahu sedang dicemburui. Gama yang diam sambil menggenggam tangan istrinya terlihat tidak tenang. Wajahnya tampak tegang dan sesekali menoleh pada Dea."Sepagi ini dokter sudah di rumah sakit?" tanya Dea."Iya. Ada operasi darurat tadi."Melihat dokter Angkasa tampak ramah p