Setelah berbasa-basi sejenak. Dea diminta berbaring. Sang dokter memeriksa seperti biasanya. "Kepala baby sudah masuk panggul, posisi sempurna siap untuk dilahirkan. Air ketuban bagus dan cukup. Perbanyak istirahat saja, jangan kecapekan. Olahraga secukupnya agar persalinan nanti lancar." Dokter Rosy menjelaskan. Dea yang banyak bertanya. Sedangkan Gama hanya mendengarkan. Baginya sudah cukup jika istri dan calon anak mereka baik-baik saja. Mereka keluar ruangan usai pemeriksaan. Akhirnya di lorong rumah sakit mereka berpapasan dengan dokter Angkasa yang baru selesai visit pasien. Lelaki itu tersenyum ramah lalu menyalami Dea dan Gama. "Apa kabar?""Alhamdulillah, kabar baik, Dok. Dokter sendiri apa kabar?" tanya Dea dengan nada sumringah. Dan demi apapun, Gama tidak menyukainya."Baik juga. Sudah selesai periksa?" Dokter Angkasa memandang perut besar Dea. Membuat Gama ingin segera mengajak istrinya pergi dari sana."Sudah.""Semoga lahiran nanti lancar."Dea tersenyum dan mengang
MASIH TENTANGMU- Takut Kehilangan"Mas mencintaimu. Mencintai anak-anak kita. Percayalah, semua ini bukan kesengajaan. Maafkan mas, Nadia. Maaf!" Mohon Tony dengan wajah memelas. Justru dia yang lebih terpukul melihat Nadia tetap tenang setelah mengetahui semuanya.Nadia yang terus meneteskan air mata, tidak berkata apa-apa. Perempuan mana yang tidak hancur mendapati kenyataan seperti itu. Namun wajahnya begitu tenang. Meski jiwanya porak-poranda."Mas nggak pernah ada niat sedikitpun untuk menduakanmu. Maafkan mas.""Apa salah orang itu terhadapmu, Mas. Hingga kalian begitu ingin menghancurkannya?" Nadia malah menanyakan hal lain."Nggak ada. Mas yang salah. Semua sudah mas ceritakan malam itu. Kami lah yang jahat.""Siapa laki-laki itu?"Tony tidak mungkin akan memberitahu kalau pria itu adalah Gama. Seseorang yang sudah dikenal juga oleh Nadia. Bahkan dengan Dea pun Nadia akrab malam itu. Anak-anak juga sudah berkenalan dan bermain bersama."Dia lelaki yang baik. Kami lah yang bre
"Mas akan menceraikan Alita sesuai kesepakatan yang kami buat. Mas nggak akan menduakanmu dengan perempuan mana pun, Nadia. Ikutlah mas ke Surabaya. Temani mas!" Tony memohon. Biar Nadia juga tahu kalau apa yang terjadi bukan sebuah perselingkuhan. Hanya sebentuk rasa tanggungjawab."Perempuan yang sedang nifas, tidak boleh dicerai, Mas. Tunggulah sampai dia suci dulu." Nadia hendak bangkit dari duduknya, tapi tangan Tony menahan lengannya."Mas nggak pernah menyentuhnya setelah pernikahan kami."Dada Nadia serasa teriris mendengarnya. Seharusnya kalimat itu membuat lega. Namun tetap saja sakit rasanya. Bagaimanapun perempuan itu sudah mengandung anak suaminya."Jika aku ikut pergi, bagaimana dengan anak-anak. Biar aku di rumah saja, Mas." Tolak Nadia sambil menarik tangannya dari genggaman Tony."Anak-anak sudah biasa kita tinggal, kan? Please, Nadia. Ini kali terakhir mas akan bertemu Alita dan keluarganya.""Apa mas akan menjatuhkan talak pada perempuan yang sedang nifas?"Tony dia
MASIH TENTANGMU- Di Antara Dua Perempuan Alita mengenali wajah itu dari foto yang ditunjukkan Dini padanya. Seorang perempuan yang telah dilukai hatinya. Duduk dengan anggun di samping lelaki yang menggoreskan kenangan paling buruk dalam pernikahan mereka."Mbak," sapa Alita lirih saat menyalami Nadia. Dadanya berdebar-debar saat tangan mereka saling menggenggam. Wanita yang paling ingin dihindari, akhirnya bertemu juga.Disambut dengan seulas senyum tulus dari bibir Nadia. Alita juga menyalami Tony. Kemudian duduk di samping sang mama.Tony mengucapkan permohonan maaf pada Pak Handoyo dan Bu Lany. Sebab telat datang mengunjungi mereka. Jujur karena anak-anak masih ulangan. Dengan bijaknya Bu Lany bilang tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya memang lebih baik Alita berpisah dari Tony. Untuk apa memaksakan laki-laki itu tetap bersama putrinya, jika ada perempuan lain yang akan terluka. Hidup di madu tidak semudah apa yang diomongkan orang. Dia tidak akan membiarkan Alita mempertar
Nadia termenung. Kenapa Alita seperti tidak begitu terbebani sama sekali dengan noda dalam hidupnya. Padahal sesuatu yang sangat berharga direnggut begitu saja. Sampai hamil dan keguguran. Tentu hal ini bisa menimbulkan trauma pada seorang perempuan, terlebih pada anak gadis yang masih perawan. Namun kelihatannya Alita tidak tertekan seperti yang Nadia bayangkan? Apa sebaik itu kah dia? Bahkan setelah berpisah pun, dia tidak akan memiliki akta cerai. Perawan tidak, janda pun tanpa bukti yang kuat.Pertanyaan itu memang nekat diutarakan oleh Nadia. Meski hatinya akan semakin remuk jika Alita meminta pertanggungjawaban secara penuh dan tidak ingin diceraikan. Melanggar kesepakatan yang konon sudah disepakati dengan suaminya.Namun Nadia sudah mempersiapkan diri jika pada akhirnya, jodoh dengan Tony harus selesai. Hatinya sudah seikhlas itu. Iklhas berpisah, bukan bermadu. Sebab dia tidak akan mampu untuk itu. Daripada menyakiti dirinya sendiri atau bahkan mungkin zolim pada madunya, buk
MASIH TENTANGMU- Posesif "Papa, jangan punya permintaan apapun setelah ini. Apalagi ada rencana membatalkan perceraian Lita dan Tony. Perceraian itu memang dibenci sama Allah. Tapi konteks pernikahan Lita dan Tony ini berbeda, Pa. Papa, harus ingat kesepakatan awal kita bagaimana. Papa, sendiri yang bilang hanya sampai anak itu lahir. Setelah Alita melahirkan, mereka akan bercerai. Sekarang Lita keguguran otomatis kesepakatan akan tetap berlanjut. Malah lebih cepat dari sebelumnya." Bu Lany membantah ucapan sang suami malam itu. Di kamar mereka.Di mana Pak Handoyo mengutarakan keinginannya agar Alita dan Tony tidak harus bercerai sekarang. Dengan alasan, Alita sudah ternoda dan Tony mesti bertanggungjawab. Apa kata kerabat kalau Alita begitu cepat berpisah dari suaminya.Lagi pun diam-diam Pak Handoyo juga mencari tahu banyak tentang Tony. Dia pebisnis yang sukses."Istrinya Tony baik, Ma. Mungkin tidak akan keberatan jika suaminya berpoligami. Kita lihat kan bagaimana sikap dia ta
Nadia mengembalikan ponsel ke dalam tasnya. Dia memperhatikan para pasien perempuan yang hampir semuanya berperut buncit. Ada anak-anak batita yang ikut menemani ibunya periksa. Membuat Nadia teringat beberapa tahun yang lalu. Dirinya juga seperti wanita itu. Irfan umur setahun, dia hamil lagi Misca. Jadi dalam kondisi hamil lima bulan sambil menggendong si sulung yang baru berumur setahun setengah. Irfan kalau rewel minta digendong bundanya. Tidak peduli dengan perut Nadia yang membesar.Sambil mengingat kenangan itu, Nadia memperhatikan para pasien yang keluar dan masuk ruang pemeriksaan. Ketika melihat Deandra, ia memanggil. "Mbak Dea."Dea yang didampingi sang mama menoleh. Melihat Nadia, wanita yang tengah sarat mengandung itu menghampiri."Ini mamaku, Mbak." Dea mengenalkan sang mama yang mengantarnya periksa. Gama tidak sempat karena harus rapat.Nadia mencium tangan Bu Wetty. "Mbak Nadia, mau periksa kehamilan juga?" tanya Dea kemudian duduk di sebelahnya. "Enggak. Aku mau n
MASIH TENTANGMU- Dunia Terasa SempitAlita berdiri di pembatas koridor mall. Memperhatikan bejubelnya pengunjung salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Surabaya. Apalagi sekarang sudah masuk waktu liburan sekolah. Pusat bermain disesaki anak-anak dan orang tua yang menunggui.Sudah lama sekali dia tidak pernah datang ke salah satu mall ternama ini. Tunjungan Plaza Surabaya. Tempat dulu dia sering nongkrong dan cuci mata bersama teman-temannya. Setelah pindah ke Jogja, tempat itu tidak pernah di sambangi. Kalau pulang ke Surabaya, tidak pernah jalan ke mana-mana karena hanya dua sampai tiga hari saja di rumah. Dia tidak betah di Surabaya, buru-buru ingin kembali ke Jogja. Sebab ada Saga di sana. Kemudian ada Gama setelah mereka bertunangan. Namun sekarang, rasanya tidak ingin lagi menginjakkan kaki ke kota itu, tempat yang menggoreskan banyak luka.Alita melangkah pelan sambil melihat-lihat etalase yang memajang beberapa pernak-pernik. Juga toko pakaian, sepatu, jam tangan.