Share

Bab 3

Menanggapi tuduhan baru yang begitu memojokkannya, Marvin makin berang terhadap Russel. “Kau! Kau adalah pembuat fitnah sehingga aku masuk penjara!” sentak Marvin mulai emosi.

Russel yang usianya lebih tua lima tahun dari Marvin jelas tidak terima. “Kau menuduhku pembuat fitnah?! Adik ipar macam apa kau ha?! Berani-beraninya kau bicara seperti itu!” Russel langsung duduk pas di hadapan Marvin.

Marvin menggagahkan diri dan berkata, “Aku punya bukti bahwa kau bersama Raymond yang merencanakan semuanya. Hanya saja, kalian licik, pengadilan tidak memutuskan kalian bersalah karena kalian bermain dengan uang.”

Russel menjawab lantang, “Ya jelas! Aku dan Raymond tidak bersalah karena bukti yang dikumpulkan oleh adikmu tidak kuat. Tuduhan kau adalah teroris bukan hanya dari kami semata. Kau harus ingat itu!” Russel membusungkan dadanya dan tidak ingin kalah gaya dari Marvin.

Russel punya keinginan kuat agar Marvin segera enyah dari Keluarga Winston secepatnya. Jika sudah terjadi, Harvard Corp baru akan memberikan bantuan dalam upaya penyediaan suplai minyak mentah untuk Winsoil.

Russel meneruskan. “Dalam waktu tiga bulan ke depan, jika Harvard Corp tidak menyuplai minyak mentah ke Winsoil, hampir dipastikan Winsoil, satu-satunya bisnis kecil milik Keluarga Winston ini, bisa bangkrut.”

Selaku manager umum Winsoil, dia punya peranan penting dalam perkembangan bisnis keluarganya, terlebih dia harus mampu mengatasi permasalahan yang ada jika ingin segera naik jabatan ke direksi. Selama satu tahun terakhir, Russel yang selalu diandalkan oleh ayahnya.

Segala upaya telah dikerahkan oleh Russel, baik cara positif, hingga cara kotor, semata-mata demi kepentingan keluarga dan dirinya pribadi. Bahkan, jika menendang Marvin dari Keluarga Winston merupakan cara terbaik, dia seorang diri yang akan melakukannya.

Russel menatap Marvin lurus-lurus dan berkata, “Aku menyesal telah menjadikanmu adik ipar. Aku kira kau akan menjadi pahlawan bagi keluarga kami, ternyata kau hanya pembawa sial, Marvin!” sungutnya sarkas. Matanya setajam silet.

Namun, Gennifer tidak terima suaminya dianggap pembawa sial. “Kak, bicara apa kau? Tolong hargai suamiku. Bagaimana pun, dia tetap saudara iparmu. Sekarang, jangan mentang-mentang dia .....”

Russel naik pitam dan langsung menyergah, “Diam kau, Gennifer! Ini urusan laki-laki!” Sembari menatap Marvin, dia mendengus jengkel, “Ya, sebelum dia menjadi terhina seperti sekarang!”

Marvin meluaskan pandangan kepada empat orang tersebut. “Russel berniat jahat padaku.”

Derick berang. “Marvin, apa yang kau bicarakan? Berhenti kau buat masalah lagi. Jelas-jelas pengadilan tidak menetapkan Russel bersalah.”

Elena menimpali, “Betul! Kau berhenti bilang kalau putraku telah menebar fitnah!”

Pada saat tuduhan teroris tersebut naik ke permukaan, memang ada banyak orang yang terlibat, sampai-sampai karyawan Rock Electra sendiri juga telah menaikkan tuduhan tersebut.

Dan terparah adalah dari pihak pemerintah. Karena isu terorisme merupakan isu yang paling berbahaya, pemerintah akan mengambil langkah cepat dan menindak tegas.

Keluarga Winston langsung melimpahkan tuduhan tersebut kepada pribadi Marvin seorang, tanpa mereka terlibat di dalamnya, alasannya karena Keluarga Winston tidak ingin terseret dalam kasus tersebut.

Cek-cok mulut antara Marvin dan Russel tak terelakkan. Situasi makin memanas.

“Jika kau masih menuduhku sebagai dalang fitnah itu, aku tidak akan pernah memaafkanmu!” sentak Russel sambil mengerutkan bibir karena terbawa emosi.

“Apapun keputusan pengadilan, kau tetap dalangnya, Russel! Aku akan buat perhitungan!” Marvin naik darahnya.

“Kau mengancamku ha?!”

“Itu bukan ancaman. Tapi pembuktian. Kita lihat nanti siapa yang memang salah.”

Russel berdiri. Dia mengecek ponselnya sebentar. ‘Seharusnya Raymond sudah datang. Lagi di mana dia?’ batinnya.

Dia menatap wajah Marvin dan berkata, “Apa yang mau kau buktikan, Ipar Sampah? Kau hanya mantan seorang napi yang tidak akan berguna. Bahkan, bisnis keluagamu sendiri sedang terpincang-pincang sekarang kekurangan dana.”

Info soal Rock Electra sedang krisis telah diketahui banyak orang di Gloriston. Tidak hanya kurang pasokan batu bara karena dibatasi oleh pemerintah, namun mereka juga kekurangan uang.

Semenjak kasus yang menimpa Marvin, Rock Electra tidak bisa mendapat pinjaman uang dari bank manapun di Chemisland. Begitu juga para investor, mereka takut menanamkan modal di sebuah perusahaan milik keluarga teroris.

Russel mengeluarkan ekspresi sedih dan menangis. “Kasihan sekarang Rock Electra. Menderita karena pria memalukan seperti dirimu, Marvin. Dan sekarang, kau ingin membuktikan bahwa kau bisa membantu Winsoil milik Keluarga Winston? Mimpi!” Russel mendengus kesal sambil mengucek kelopak matanya.

“Kita bertaruh!” tantang Marvin sambil melipat tangan di dada.

Russel tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut. “Ha-ha. Aku baru tahu kalau setahun di penjara bisa membuat otak menjadi rusak. Aku harap kau selalu makan ikan dan minum susu selama di dalam sel, Ipar Menyedihkan!”

Mendengar itu, Marvin menyeringai marah. “Kau! Jika berani, ayo kita bertaruh. Jika aku berhasil, kau harus mengundurkan diri dari jabatan manager umum, lalu digantikan saja oleh Gennifer.”

“Jika gagal, kau harus bercerai dari adikku!” Russel mendongakkan kepalanya sedikit seraya memberikan tatapan tajam.

“Oke!” balas Marvin sangat percaya diri.

Gennifer yang memang sudah cinta mati sama Marvin, jadi resah.

Selama satu tahun belakangan, Gennifer menjadi salah satu staf yang kurang berarti di Winsoil. Kerjanya cukup sibuk dan mobile, tetapi pihak keluarganya sangat meragukannya.

Meskipun sudah mati-matian membantu bisnis keluarganya, Gennifer tetap belum berhasil. Ada tawaran gila dari Keluarga Harvard, tetapi dia menolak, bahkan kupingnya terasa bising mendengarkan tawaran itu selama berbulan-bulan. Gennifer masih setia.

Dia menatap gelisah dan berkata lirih, “Suamiku, hentikan. Resikonya sangat besar. Apa kau rela bercerai dariku?” Mata Gennifer berkaca-kaca karena saking khawatirnya.

Marvin menoleh ke istrinya dan berkata lembut, “Gennifer, percayalah padaku. Winsoil masih punya waktu tiga bulan lagi untuk bertahan. Setelah itu, aku yang akan menutupi semua kekurangan Winsoil, tanpa harus meminta bantuan dari Keluarga Harvard.”

Marvin menatapnya sangat serius dan terus meyakinkan istrinya dengan sepenuh keyakinan. “Aku tidak ingin kau hanya menjadi alat yang dimainkan, baik oleh Russel, maupun oleh Raymond.”

Tiba-tiba Gennifer terhenyak. “Ak-aku tidak mengerti apa maksudmu, Marvin.” Matanya bertanya-tanya penuh heran. Apa maksudnya diperalat? Tapi suatu saat nanti Gennifer pasti akan mengetahuinya, cepat atau lambat.

Russel tidak setuju. Dia memandang kedua orang tuanya dan berkata, “Ayah, Ibu, saksikanlah menantu pilihan kalian berdua. Mulutnya begitu kotor!” Russel adalah satu-satunya orang yang dari awal sudah menaruh kebencian terhadap Marvin. Dia lah orang yang menghasut keluarganya agar turut membenci Marvin. Alasannya jelas, karena dia lebih setuju jika Keluarga Winston bergandengan dengan Keluarga Harvard.

Beberapa saat kemudian, ada Porsche merah masuk. “Selamat pagi, Keluarga Winston!” sapa Raymond, putra tunggal sang konglomerat, Harvard. Dia membawa mawar terbaik seharga seratus dollar buat Gennifer.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status