“Nah, kamu baru saja mengakuinya kamu terpana padanya. Aku dan Adam benar-benar berakhir, terserah kamu percaya atau tidak. Yang jelas malam ini aku tidak menerima segala ocehanmu yang tidak jelas.”
Attar mulai panik ketika istrinya membuka pintu kamar. “Hey, mau ke mana?” Ia segera bangun dari posisinya. Ditahannya pintu itu dengan satu tangannya sebelum istrinya keluar. “Kamu tidak akan meninggalkan kamar ini,” desisnya tegas.
“Aku tidak akan tidur dengan orang yang tidak percaya padaku,” kata Ruby sambil menatap mata Attar dalam-dalam. “Lagipula aku sudah jarang tidur dengan Eda.”
“Oh, begitu ya?”
Sikap Attar benar-benar tidak bisa ditebak. Dibukanya pintu kamar itu. “Silakan keluar, Nyonya Hardana. Tapi pintu ini akan selalu terbuka ketika Anda mengetuk lagi.”
Kalimat yang penuh percaya diri itu semakin meningkatkan tekad Ruby untuk melakukan sebaliknya. “
Attar melempar map itu dengan gemas. Seharusnya sekarang ia sudah pulang dari kantor. Namun ada seseorang yang mengirimnya beberapa foto dirinya bersama Emilia.Ia menelepon Fariz untuk meminta konfirmasi mengenai foto itu. Dari suaranya Fariz terdengar tidak tahu-menahu. “Ya Tuhan, untuk apa aku punya foto kamu dengan mendiang istriku? Salah sambung, Bung! Malam-malam begini mengganggu orang tidur saja!” Prak, terdengar suara telepon dibanting dari seberang sana.Kurang ajar. Wakil direkturnya memperlakukannya seperti ini? Oh, tidak, topiknya barusan bukan mengenai pekerjaan, jadi wajar saja Fariz merasa terganggu.Attar langsung membuang map itu ke keranjang sampah. Benar-benar menggelikan. Bagaimana bisa ada orang yang menerornya seperti ini. Besok sekretarisnya harus diintrogasinya mengenai map tanpa nama pengirim itu.Dari kantor Attar tidak langsung ke rumah. Dia merindukan suasana pub di mana sudah lama sekali ia tidak datang k
“Kakek yang mengajak saya ke klub malam Kakek di sana,” kata Attar sama dinginnya. “Kakek yang bilang saya layak mendapatkan hiburan semacam itu karena saya berhasil menembus Stanford.”“Saat itu Kakek tidak tahu betapa bodohnya kamu mendefinisikan hiburan! Kamu justru mengencaninya, sampai Kakek sadar kamu mulai serius padanya ketika kamu menelepon kami dari Amerika ingin menikahinya begitu lulus. Dan kamu lihat sendiri, bukan? Selama kamu di sana dia justru berselingkuh dengan sepupumu sendiri!”“Saat itu saya sudah ikhlas melepaskannya, tapi Kakek sepertinya belum cukup sampai di sana.”“Jangan kurang ajar padaku, Tara. Selama ini kamu adalah cucu kesayanganku, dan akan selalu menjadi begitu. Alasanku melakukannya sama seperti mengapa kamu membunuh ayah Ruby.”“Emilia bukan orang yang jahat.”“Tentu saja. Dia bukan orang yang jahat sampai membutakan Fariz cucu
Keluargamu. Keluargaku. Apakah ini yang dinamakan perkawinan? Bukankah teorinya pernikahan adalah penyatuan dua keluarga? Mengapa kesan mereka baru dijodohkan sangat terlihat sekarang?Ruby memalingkan wajahnya agar suaminya tidak melihat air matanya. Posisinya yang membelakangi suaminya itu biasanya memancing Attar untuk memeluk istrinya.Namun itu tidak dilakukannya. Attar memilih diam terjebak dengan pikirannya sendiri. Sementara Ruby menangis dalam diam. Kalau ada lomba pemilihan menahan nyeri untuk diri sendiri, Ruby pasti langsung juara satu.Dia tidak sudi menampilkan kesedihannya di depan suaminya. Tidak peduli sudah berapa lama mereka bersama, seperti ada yang menahan Ruby untuk tidak terlihat lemah di depan suaminya. Ia tahu, kalau Attar sedang seperti monster begini, ia akan menusuknya lebih dalam lagi. Lebih baik Ruby pura-pura tidur saja.Pertengkaran seperti ini mengingatkan Ruby pada masa remajanya yang dihabiskan mendengarkan keri
“Sudah dari dua jam yang lalu ia berangkat kok, Iz,” jawab Ruby.“Oh, begitu ya. Aku sudah menelepon ponselnya berkali-kali, tidak diangkat. Kukira dia sakit.”“Dia belum ada di kantor?”“Belum, Ruby. Mungkin sebentar lagi… Oh, tuh dia. Maaf, Ruby, Attar baru saja datang. Terima kasih atas waktunya by the way.” Mungkinkah sebelum ke kantor Attar pergi ke sebuah tempat? Ke mana? Ke rumah pacar barunya?Ruby tidak sempat memikirkannya ketika Mbok mengajaknya masak. Kalau sudah urusan makanan, Ruby paling senang. Ia tidak lagi memikirkan suaminya.**Ruby tiba di rumah hampir jam tujuh. Ia terkejut ketika ia memasukkan mobilnya ke garasi, ia sempat melihat di halaman depan sudah ada mobil yang biasa dipakai suaminya.Ia masuk sambil menenteng enam plastik belanjaan. Ditaruhnya semua plastik di dapur, dan meminta Bi Minah untuk memilah-milah belanjaannya, terutama mak
Attar tidak suka membohongi dirinya lebih jauh lagi.Seorang wanita harus meninggal karena menyukainya. Seorang wanita yang dicintai oleh sepupunya.Kalau orang itu tidak sensitif dan rasional, mungkin sudah melupakan hal itu dan menjalani hidup yang ada. Namun kalau orang itu adalah Attar, lain lagi ceritanya. Dia tidak akan tenang sampai ia mendapatkan maaf dari pihak keluarga Emilia.Ia tahu siapa yang mengirim foto-foto mesranya ketika ia masih berpacaran dengan Emilia. Anak buahnya mengirimkan gambar Sandra yang direkam di CCTV dan alamat yang ia isi di daftar tamu gedung kantornya.Entah apa motif wanita itu. Attar mencoba untuk menemuinya. Setiap pagi ia menemui Sandra di rumah wanita itu, namun Sandra mengelak karena ia ada acara di luar. Attar mengikutinya, dan ternyata ia memang tidak bisa lepas dari masa lalu.Setiap pagi ia selalu datang ke makam Emilia. Ia berusaha untuk menekan Sandra untuk mengatakan apa yang ia rencanakan bersama Fa
Ruby kembali ke kamar sementaranya itu. Ia berharap hanya sementara saja tidur di sana. Berharap suaminya kembali menghangatkan jiwanya yang tengah terbelunggu kebingungan mencari kepastian.Ia mencoba untuk tidur di balik selimutnya yang tebal. Dipasangnya lagu Fall Again-nya Glenn Lewis di ponselnya agar ia cepat terlelap. Lagu itu lagu yang selalu menjadi favoritnya dan suaminya.Air matanya mengalir. Kenangan itu kembali. Di mana suaminya selalu menampung air matanya di bibir pria itu. Membenamkan wajahnya di pria itu dan merasakan kenyerian di hati suaminya setiap melihatnya menangis. Suaminya yang romantis itu sudah tak ada.Tangan suaminya yang hangat membelai wajahnya. Ya, ia tahu. Sekarang ia berada di dalam mimpi yang indah. Di mana ketika ia membuka matanya dan suaminya tengah memandangnya dengan sendu.Atau mungkin tidak.Bau pria yang sangat khas itu menyengat hidungnya. Mungkinkah dia bermimpi di kala matanya yang tengah basa
“Aku sudah tahu semuanya, Attar,” kata Ruby dengan air mata yang mengalir deras ke pipinya. Dia tidak peduli lagi harus menginjak harga dirinya di depan suaminya. Rasanya sakit sekali menahan kesedihan itu dalam hatinya. “Kamu setiap hari ke sana. Itu alasanmu setiap pergi berangkat lebih pagi dan pulang larut malam. Kamu datang ke rumahnya. Itu pula alasanmu berubah.”“Sayang…”“Jangan panggil itu lagi kalau yang kamu inginkan adalah membunuhku.”“Aku sama sekali tidak ingin membunuhmu,” kata Attar tegas sekaligus putus asa. “Say..ng, Ruby, dengar aku. Aku tidak memungkiri bahwa perubahan sikapku dikarenakan masa laluku. Dan aku juga tidak menyangkal aku sempat dekat dengan Sandra. Aku minta maaf. Tapi aku bersumpah, Ruby, yang kulakukan sekarang adalah menolongnya dari masalah yang sedang menimpanya, tidak ada alasan lain!”“Menolongnya dari apa?!” Rasanya kalau a
Penebusan rasa bersalah. Bah! Kalau Attar mau, dia bisa saja meninggalkan Ruby begitu saja, bahkan tak ingin mengenalnya di New York lagi. Dia bisa saja membiarkan semua orang mencap istrinya sebagai pembunuh ayahnya sendiri. Dia bisa saja mengambil kesucian istrinya dan lari begitu saja karena Ruby meninggalkannya di hari pernikahan. Dia bisa saja….Semuanya ia lakukan karena ia mencintai istrinya. Ia mengorbankan kebebasannya, pekerjaannya, semuanya untuk istrinya. Tapi apa yang Ruby katakan padanya? Ucapan Ruby yang nyelekit itu membuat Attar jengkel.Ingin Attar mengatakan yang sebenarnya. Bahwa yang kini dilakukannya adalah menolong Sandra dengan mempertemukan wanita itu dengan sepupunya. Fariz menghilang tanpa jejak, dan Attar tidak ingin membuat Tante Tania khawatir. Kini Attar tahu apa yang menyebabkan Fariz kecelakaan. Dia memang mabuk dan dipukuli, tapi ada alasan yang jauh lebih buruk daripada itu.Namun Attar memilih untuk diam setela