Penebusan rasa bersalah. Bah! Kalau Attar mau, dia bisa saja meninggalkan Ruby begitu saja, bahkan tak ingin mengenalnya di New York lagi. Dia bisa saja membiarkan semua orang mencap istrinya sebagai pembunuh ayahnya sendiri. Dia bisa saja mengambil kesucian istrinya dan lari begitu saja karena Ruby meninggalkannya di hari pernikahan. Dia bisa saja….
Semuanya ia lakukan karena ia mencintai istrinya. Ia mengorbankan kebebasannya, pekerjaannya, semuanya untuk istrinya. Tapi apa yang Ruby katakan padanya? Ucapan Ruby yang nyelekit itu membuat Attar jengkel.
Ingin Attar mengatakan yang sebenarnya. Bahwa yang kini dilakukannya adalah menolong Sandra dengan mempertemukan wanita itu dengan sepupunya. Fariz menghilang tanpa jejak, dan Attar tidak ingin membuat Tante Tania khawatir. Kini Attar tahu apa yang menyebabkan Fariz kecelakaan. Dia memang mabuk dan dipukuli, tapi ada alasan yang jauh lebih buruk daripada itu.
Namun Attar memilih untuk diam setela
Di dalam benakku, aku akan selalu menjadi wanita yang dicintainya.Setelah shalat subuh ponsel suaminya berdering sekali. Ditengoknya suaminya yang masih tidur. Dengan gerakan perlahan Ruby turun dari tempat tidur dan meraih ponsel suaminya di meja rias.SMS dari Sandra? Ruby tidak suka usil, tapi dia penasaran seperti apa hubungan suaminya dengan pacarnya ini.Trims, Attar, sampaikan maafku pada istrimu. Aku tidak mau jadi beban bagi keluarga kalian. Aku tak bisa mengatakannya sekarang karena aku akan ke Majalengka. Kuharap istrimu bisa datang.Majalengka? Dia mengharapkan aku datang ke acara apa? Apakah suaminya berniat untuk menikahi Sandra diam-diam di kampung halaman suaminya? Cepat-cepat Ruby menaruh ponsel suaminya di meja rias. Kalau suaminya bertanya mengapa pesannya sudah dibuka, dijawabnya saja tak sengaja.Sandra meminta maaf padanya karena ia akan menjadi istri kedua suaminya. Dan nanti Attar akan meminta restu dariny
“Rasanya sulit sekali meninggalkanmu dalam keadaan begini,” kata Attar terus terang. “Benarkah gadis kecil yang tak berhenti menatap ikan arwananya tak ingin menatapku lagi?”Hati Ruby seperti teriris Attar mengingatkannya pada masa lalunya begitu. Attar sudah memperhatikannya sejak ia remaja. Sejak Ruby bahkan tak mengerti apa itu cinta. Sekarang pun ia ragu ia tahu makna cinta itu.Cinta. Apakah ia mencintai Attar? Suatu dulu dia sangat yakin dia sangat mencintai suaminya. Ia tak ingin suaminya lama-lama meninggalkannya. Ia tidak suka suaminya pergi dengan wanita lain. Ia mengkhawatirkan suaminya ketika sesuatu yang buruk menimpa suaminya.Tapi, sekarang, Ruby hanya ingin berpisah. Ini sangat berat untuknya. Attar benar. Kalau mereka melanjutkan pernikahan ini, mereka hanya menciptakan neraka baru. Ruby takkan percaya lagi pada suaminya, akan merasa jijik berdekatan dengan suaminya, tak bisa pura-pura baik-baik saja, dan untuk apa menja
Haruskah cinta terbagi? Mengapa harus membagi ketika satu saja cukup? Atau memang itu masalahnya. Karena satu cinta saja tidak cukup, cinta yang lain menawarkan kehangatan yang dapat membakar sukma setiap manusia.Tapi yang jelas bukan sukma suamiku.Ruby tidak sanggup tidur di kamarnya sendiri. Dia tidak mau merasa kesepian dengan bau Attar di kamar itu. Tak mampu meredam keinginannya untuk menatap suaminya yang biasa terlelap di sebelahnya.Ia menyelusup ke kamar tamu tempat suaminya tidur. Attar sudah tidur di balik selimutnya. Napasnya sangat teratur ketika Ruby mengecup bibirnya. Ruby duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangan kanan suaminya. Sebentar lagi, ia tidak akan menyalami tangan suaminya lagi.Mungkinkah laki-laki yang mengidamkanku berzina dengan wanita lain. Attar pandai berdusta, tetapi Ruby tidak bisa memercayainya ketika suaminya sendiri yang mengaku dia telah berhubungan dengan wanita lain. Ruby menyesal, mengapa dia menghakimi sua
Kejijikan dalam benak Ruby akan suaminya tak ada lagi. Berganti dengan rasa hampa. Dia tidak bisa lagi membalas pelukan suaminya, tidak menikmati aroma tubuh suaminya, tak ada niat untuk bersandar di dada suaminya yang kokoh. Dia hanya ingin berlari ke tempat yang jauh, melupakan semuanya untuk beberapa waktu.Suaminya yang ia kenal optimis itu tak mampu mempertahankan rumah tangga mereka. Tak ada lagi harapan bagi Ruby untuk memperbaiki hubungan ini.“Dan aku tidak menuntut jawabanmu, Attar Putra Hardana,” kata Ruby di balik bahu suaminya. “Pergilah. Jangan khawatir, aku akan meminta Mbok dan Bibi mengganti tugas yang biasa kulakukan di rumah.”Trenyuh hati Attar mendengarnya. Istrinya yang sabar. Istrinya yang setia. Masih memikirkan kepentingannya. Attar mengeratkan pelukannya dengan air mata yang mulai menggenangi matanya. “Cinta, aku…” Attar tak bisa berkata apa-apa. Kenangan masa lalu datang padanya. Gadis kecil d
Attar memasukkan mobilnya dengan kalap. Dia bahkan tidak sempat untuk menutup pintu mobilnya, dan segera berlari ke dalam rumah. Dibukanya pintu kamar, dan yang ia takutkan terjadi.Tidak ada istrinya di sana. Di balkon. Di kamar mandi. Seperti orang yang kehilangan arah, Attar berlari mengelilingi rumahnya, sampai ia kembali lagi ke kamarnya dan mengecek lemari.Baju-baju istrinya sudah tidak ada di sana. Tuhan, tidak. Attar membuka brankas. Surat-surat penting istrinya, seperti akta kelahiran, ijazah, serta perhiasan yang diberikan suaminya sudah tak ada. Hanya buku nikah. Attar membuka kotak cincin nikah mereka. Mereka memang tidak suka memakai cincin kawin, takut hilang, kata Ruby dulu.Di sana hanya ada cincin milik Attar.Attar terduduk lemas di lantai. Di mana kamu, Ruby. Mengapa harus meninggalkanku seperti ini, Sayang? Tidak tahukah kamu, kalau kali ini aku masih memintamu untuk memaafkanku? Aku khilaf, Cinta. Aku tak bisa hidup tanpamu, Nia.
Ingin sekali Attar menjawab segala teka-teki itu. Tapi, dia tidak sempat. Dia membayangkan istrinya. Ia mengecek brankas sekali lagi, dan tak ada paspor istrinya dan Eda di sana. Istrinya telah pergi ke luar negeri.Mengapa kamu tega meninggalkanku seperti ini, renung Attar. Bagaimana bisa kamu ikhlas diceraikan seperti itu, kalau benar kamu mencintaiku? Tuhan tahu aku sangat cinta padamu, tapi mengapa Ia tidak membiarkanmu kuat hingga akhir, Sayang?Attar akan mencari istrinya, tapi tidak sekarang. Nyeri di dada kirinya tidak bisa ditahan. Dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Rasa sakit itu seakan menaik-turun jantungnya, dan dia tidak bisa meredam kesakitannya lagi.Attar tak sadarkan diri untuk beberapa bulan akibat serangan jantung yang dialaminya.**Hasyim menggeleng. “Anakmu sudah keterlaluan pada istrinya, Lik,” katanya murung. “Armand.. Emilia… Telah meracuninya hingga dia tega menalak Rubinia.&
Istrinya yang penasaran bertanya padanya ada apa. Malik hanya menggeleng. “Kamu tahu kan, Papa selalu khawatir dengan Attar?” Malik tersenyum miris, mengingat Attar bukan cucu kandung Hasyim. “Sulit baginya menerima Attar harus heart attack begini.”“Aku bahkan tidak tahu Attar punya kelainan di jantungnya, Pa,” kata Lenny sedih. “Ibu macam apa aku ini. Sayang sekali aku tak bisa berbagi dengan Ruby mengingat dia sedang hamil.”Malik mengangguk. Hanya ia dan Hasyim yang tahu mengenai perceraian itu. Di depan keluarga yang lain, Hasyim memberitahu bahwa Ruby sedang tinggal di rumah keluarganya.“Jangan menyalahkan dirimu begitu, Ma,” sahut Malik. “Kurasa Attar hanya serangan ringan saja.” Tentu saja aku ragu. Ini pasti karena perceraian yang terpaksa harus dilakukannya.“Tapi bagaimana bisa? Orang serangan jantung biasanya karena sesuatu yang buruk telah terjadi
“Ya, untuk apa jadi pengacara kalau harus pendiam dan jaim?!” Bhisma tertawa. “Lalu, apa rencanamu setelah mendapatkan uang itu? Pindah ke luar negeri?”Ruby mengangguk. “Aku akan tinggal di Singapura. Aku punya rumah yang dibelikan Kakek sebelum aku menikah. Di sana juga ada cabang Edora di Marina Square. Setidaknya, aku akan bertemu dengan abangku beberapa bulan sekali.”“Good idea. Kapan? Begitu kamu mendapatkan uang?”“Ya. Aku akan meminta Attar untuk datang ke sana ketika aku melahirkan nanti. Dia pasti bela-belain datang ke sana untuk mengadzankan anaknya.”“Baiklah, setelah ini akan kucari orang untuk membeli mobil sport-mu. Banyak klienku yang punya uang sebanyak itu. Dan tidak perlu khawatir, mereka orang asing yang tinggal di sini, bukan koruptor!”Ruby tertawa. “Thanks.”“Apakah aku boleh menemanimu di Singapura? Pi