Brak!
Dengan kesan kuat yang dibuat-buat Helwi, nama seorang perempuan yang merupakan seorang lulusan kampus ternama langsung mendobrak pintu kamar seorang yang sama sekali tak ia kenal secara baik. Untuk itu hanya sekedar tahu.
Kenal, hanya saja tak sebenarnya. Tahu siapa orang tersebut akan tetapi tak kenal secara baik.
Kenal baik dan hanya sekedar tahu itu adalah dua hal yang berbeda.
Lantas apa yang didapatkan oleh gadis tersebut?
Ada dua orang laki-laki yang sedang bercumbu panas diatas ranjang. Dengan menahan diri sebaik mungkin, semacam pertahanan, dengan cepat--secepat yang ia bisa, perempuan itu langsung menarik kerah baju seorang laki-laki yang menjadi partner ranjang seseorang yang berada di bawahnya.
Sangat mendominasi, itulah yang terlintas pada sudut pikiran Helwi. Lantas entah karena apa malah ia yang harus menjadi orang malang dalam dunia ini sebab harus berurusan dengan orang yang sangat menijikkan tersebut.
"Pergi, atau ku laporkan kau pada nonya besar!"
Harusnya kata-kata yang keluar adalah kamu, bukan kau. Perempuan tersebut biasa bersikap sopan terhadap orang lain.
Suara menggelar sungguh bukanlah karakter seorang Helwi. Sejujurnya ia adalah perempuan berhati lembut dan sangat berhati-hati.
Akan tetapi sekarang mau tak mau ia harus berurusan dengan seorang yang sangat menyusahkan!?
Suara menggelar pun tak akan pernah cukup. Sungguh Helwi sangat muak!
"Helwi!"
Suara seseorang yang bicara itu bahkan lebih nyaring dari apa yang Helwi keluarkan.
Akan tetapi tanpa menghiraukan apapun Helwi pun langsung menyeret kasar tangan seseorang yang sangat merepotkan baginya. Siapa lagi kalau bukan orang yang sama menjijikkannya dengan orang yang berteriak menyebut namanya tadi.
Sang partner ranjang!
Hanya saja semua itu tentu saja tak semudah membalikkan telapak tangan. Apa yang terjadi setelah itu adalah Helwi kesulitan mengatasi tarikan tangan seseorang padanya yang ingin mengenyahkan laki-laki yang satunya lagi.
"Tuan Geri tolong sadar, saya sudah pusing dengan sikap Anda."
"Siapa yang menyuruh mu ikut campur urusanku!?"
"Tuan dan nyonya besar, tuan muda."
Plak!
Sudah biasa. Sungguh, semua perlakuan buruk sudah biasa Helwi dapatkan dari seseorang yang ia sebut dengan tuan muda. Bahkan pada banyak kesempatan, perempuan tersebut mendapat perlakuan yang lebih buruk lagi dari sebuah tamparan.
"Pergi sebelum aku mematahkan salah satu tanganmu."
Dingin dan syarat akan kemarahan, itulah nada bicara sang tuan muda.
"Saya tekankan Anda akan menyesal Tuan. Camkan itu!"
Baru saja Geri ingin kembali menampar wajah Helwi lagi, seseorang yang menjadi partner ranjangnya menghalangi perbuatan pemuda tersebut.
Sementara itu Geri yang melihat hal tersebut pun sontak langsung mendesah kuat.
Awalnya perempuan itu kira tubuhnya akan kesakitan hanya karena satu malam. Lebih tepatnya pada bagian wajah.
Satu tamparan Geri yang pertama saja masih terasa membekas pada wajah Helwi.
"Kamu beruntung kali ini, sekarang cepat pergi atau aku akan menghabisi mu sekarang juga," kata Geri dengan mudahnya.
"Tapi..."
"Nona, akan lebih baik jika Anda segera pergi. Saya tak bisa menahan terlalu lama."
Cih, ingin sekali rasanya Helwi meludahi wajah sok berkuasa yang ada di hadapannya. Namun apalah daya Helwi tak bisa berbuat banyak.
Jika memang sudah begini, akan lebih baik kalau perempuan tersebut segera pergi dari tempat tersebut. Jika tidak maka ada banyak hal yang terjadi kalau ia tak segera pergi.
Sangat merepotkan.
Tanpa ada yang tahu bahwa dari kejadian itulah terjadi hal yang membawa banyak perubahan dalam masing-masing kehidupan.
Baik antara Helwi, Geri maupun seseorang yang menjadi partner ranjang, tak akan pernah ada yang tahu.
Hidup itu keras dan tak berperasaan. Itulah hal terjadi. Semua akan lebih buruk atau tidak sama sekali.
Tak ada yang tahu.
***
Saat ini Helwi hanya bisa menatap nanar wajah polesan penuh make up pada wajahnya. Hari dimana seseorang menikah yang biasanya menjad sesuatu yang membahagiakan dalam kehidupan dan juga sebagai sejarah perjalanan hidup.
Hanya saja apa yang terjadi saat ini adalah sebuah pengabdian malah berujung pada sebuah malapetaka yang tak berkesudahan.
Kejadian yang menjadi sebuah kegilaan yang nyata, yang mampu mengubah takdir kehidupan.
Tak akan ada orang yang tahu.
Ceklek.
Helwi sama sekali tak melihat pada seseorang yang datang tersebut. Terserah dengan apa yang terjadi yang jelas perempuan itu hanya ingin tetap berada pada tempatnya saja.
Mengabaikan eksistensi orang yang baru saja membuka pintu.
Bahkan jika perlu bersikap bahwa ia sedang sendirian.
"Cepat mandi."
Pada akhirnya Helwi pun melihat pada orang yang bicara itu. Tanpa membuang banyak waktu Helwi langsung pergi.
Bahkan keadaan, situasi dan kondisi sama sekali tak berpihak padanya. Begitupun dengan seseorang yang sama sekali tak menghiraukan keberadaannya.
Sebuah pernikahan yang tak berdasarkan apapun, itulah yang terjadi.
Pernikahan yang tak ada artinya. Yang ada hanyalah keterpaksaan.
"Menyebalkan, bagaimana caraku untuk melepaskan benda ini?"
Helwi sedang bicara pada diri sendiri saat ia tak bisa membuka kancing resleting gaun pernikahan. Siapa yang bisa dimintai bantuan?
"Apa harus tuan Geri, ah tidak, aku tak bisa melakukan itu. Tapi..."
Setelah memejamkan mata cukup lama pada akhirnya Helwi pun memutuskan untuk menggunting gaun. Toh tak akan ada orang yang marah, tentu saja.
Tidak akan pernah ada yang marah.
"Apa yang kau lakukan?"
Seketika itu juga Helwi yang baru saja ingin mengunting gaun pun jadi melihat pada sumber suara.
Pertanyaannya, kenapa orang yang seharusnya tak akan pergi menghampiri perempuan tersebut bisa berada disana?
Aneh kan?
Begitu pun yang dipikirkan oleh Helwi sekarang.
Ada apakah gerangan?
"Ada apa?" tanya Helwi yang langsung melihat orang yang tiba-tiba datang menghampirinya.
Apalagi yang akan terjadi terjadi setelah itu?
Tiba-tiba mata Helwi pun langsung membelak kaget saat melihat Geri, seseorang yang ia panggil dengan 'tuan muda', perlahan mendekatinya sambil membuka satu persatu kancing baju.
What the hell?!
Mereka memang sudah menikah, akan tetapi hal itu terjadi hanya karena keterpaksaan. Walaupun tak ada surat kontrak pernikahan atau sesuatu seperti itu, tetap saja keduanya tak akan pernah bisa menjalani kehidupan pernikahan dengan normal.
Tak akan pernah.
Lalu ya sungguh, Helwi yakin 100% bahwa orang yang sering ia panggil tuan tersebut pasti tak akan berbuat macam-macam.
Secara kan orientasi seksualnya berbeda haluan. Tapi..., kenapa sekarang malah bersikap begitu?
"Eeh Geri, kamu mau apa?"
Selesai sudah, saat ini Helwi pun hanya memikirkan hal yang macam-macam. Tak hanya itu sebuah nama pun juga keluar dengan sendirinya.
Benar, kedua orang itu berasal dari kampus yang sama hingga memang pantas hanya menggunakan panggilan nama.
Itu adalah hal yang wajar.
Sementara itu Helwi adalah anak dari salah satu pengawal kepercayaan keluarga Fahrezi. Nama keluarga yang punya perusahaan terkenal tersebut adalah Fahrezi. Nama keluarga yang disandang oleh Geri.
Lantas semenjak ayah Helwi meninggal, maka sejak itulah keluarga Fahrezi pun mengangga Helw sebagai anak sendiri.
Alasannya adalah karena keluarga Fahrezi tak punya anak perempuan, mereka hanya punya satu anak laki-laki alias tunggal.
Biaya kuliah, hidup dan lain sebagainya ditanggung oleh keluarga baik tersebut. Bahkan walaupun kepala keluarga Fahrezi tak mengadopsi Helwi dengan memasukkan perempuan tersebut pada kartu keluarga, setiap kali ada pertemuan ataupun rapat, maka tuan atau nonya Fahrezi lah yang akan datang.
Geri dan Helwi pun juga dibesarkan dari kecil sampai dewasa secara bersama-sama, maka dua orangtua tersebut sudah bersikap biasa saja terhadap keduanya.
Anak baik, itulah gelar yang didapatkan oleh Helwi secara tak langsung.
Lantas, sebagai bentuk balas budi, Helwi pun menjadi penjaga, teman sekaligus orang yang mengawasi pergerakan Geri.
Tak ada yang menyuruh perempuan itu menyebut Tuan muda, Tuan dan Nyonya. Malahan yang ada adalah Kakak, Papa dan Mama.
Hanya saja, Helwi sudah terbiasa dengan sebutan yang ia gunakan. Maka dari ia akan tetap menggunakan kata-kata itu.
Hingga ya akan tetap terus begitu, bahkan di depan tuan dan nonya Fahrezi sekalipun.
Tak masalah, selama Helwi merasa nyaman, maka tak akan ada yang keberatan. Termasuk tuan dan nyonya Fahrezi sekalipun.
Helwi cukup sadar diri untuk tak sembarangan memanggil nama seseorang. Terlebih itu adalah orang yang sangat dihormatinya.
Karenanyalah ia akan terus memanggil dengan sebutan tuan, nonya dan tuan muda.
Lalu sekarang, kata 'tuan muda' yang sering Helwi gunakan pun tak lagi terdengar dari mulutnya. Berganti dengan hanya nama saja.
"Siapa yang menyuruhmu untuk menerima pernikahan ini!? Apa yang sedang kau pikirkan, menginginkan harta, kan!?"
"Jaga mulut Anda, Tuan!"
Seketika itu juga Helwi jadi terlihat sangat gila dengan apa yang terjadi. Memang benar-benar gila.
"Kau!"
Helwi pun sontak langsung memejamkan matanya. Bukan karena pasrah, akan tetapi lebih ke arah takut.
*****
Helwi sontak menahan napas saat Geri tiba-tiba sudah berada tepat dihadapan wajahnya.Bisa tebak apa yang terjadi, Geri tak jadi menampar wajah Helwi. Namun sebagai gantinya adalah lelaki tersebut pun segara mengunci pergerakan perempuan itu.Gila, hal itulah yang langsung Helwi pikirkan.Geri adalah laki-laki yang punya kelainan orientasi seksual, lantas apa yang akan pemuda itu lakukan?"Kamu adalah bunga mawar yang beracun, Helwi. Aku tak menyangka malah berakhir dengan perempuan menijikkan seperti mu. Tapi kamu sering memberiku saran, nasihat dan wejangan, kan. Untuk itu bagaimana kalau kita membuktikannya bersama. Kelainan orientasi seksual ku bisa sembuh atau tidak."Selama ini Geri tak pernah bicara begitu pada Helwi. Tak pernah sekalipun, lantas sekarang malah bicara..., membuktikan?Seperti perkataan orang itu, bahwa apa yang terjadi adalah sebuah racun yang menyebar ke seluruh tubuh. Memakan secara perlahan-lahan namun pasti. Semua
"Helwi!" Geri yang langsung menendang pintu kamar mandi saat Helwi berhasil keluar dari tempat tersebut.Sebuah rencana kabur yang tersusun cukup rapi hingga seorang Helwi akhirnya bisa keluar.Helwi sontak langsung berhenti ditempat saat melihat pintu kamar yang ternyata tertutup rapat dengan anak kunci yang sudah tak lagi berada di tempatnya. Baiklah, ada banyak hal yang harus perempuan itu lakukan.Pertama adalah mengendalikan monster gila yang sedang mengamuk tersebut.Membuktikan?Helwi harus membuktikan. Akan tetapi tak harus dengan merelakan keperawatannya juga kan!?Hanya saja..., adakah pilihan yang bisa perempuan itu punya?Ada banyak orang yang tak punya kesempatan untuk memilih, salah satunya adalah Helwi, seorang gadis malang.Hidup dan takdir benar-benar tak adil terhadap perempuan satu itu.Baiklah, Helwi harus membuat sebuah keputusan yang tepat. Sekarang atau tidak sama sekali!Hidup dengan ora
"Kau menghinaku, Helwi?" tanya Geri dengan wajah tanpa ekspresi."Tidak bukan Geri, aku hanya..."Belum sempat Helwi menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Geri pun kembali menyatukan bibir keduanya. Hanya saja kali ini dengan tempo yang lebih cepat dari yang pertama.Terburu-buru serta diikuti oleh nafsu, yang entah kapan, hal tersebut bisa saja akan semakin membuat Geri kehilangan akal.Melupakan niat awal yang ingin mencoba gaya bercinta yang baru."Ge..., ri."Dengan susah payah Helwi menyebut perkataan tersebut. Hanya saja walau apa yang Helwi katakan, ciuman penuh nafsu Geri tak berhenti juga.Sudahlah, dengan ini Helwi hanya bisa pasrah terhadap keadaan.Walau apapun yang terjadi, Helwi harus memperjuangkan kehidupan normal impiannya. Untuk itu mau tak tahu ataupun seamatiran apapun ia, Helwi harus bisa membuat Geri tertarik dengan aktivitas malam pertama mereka.Jikapun tak tertarik, setidaknya Helwi har
Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.Masih ada keadilan walau secuil.Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
21+ hanya untuk orang yang sudah menikah.Warning!!!Mohon bijaklah dalam memilih bacaan. Terima kasih.***Tak lama setelah itu jari-jari nakal Geri pun langsung menurunkan celana dalam Helwi. Untuk hal yang seperti ini Geri memang sudah sangat berpengalaman.Geri dengan apa yang ia pikirkan akan terus bertindak bahkan melebihi batas. Ia suka dengan apa yang terlihat."Sial, kamu sudah basah sayang," ujar Geri yang dengan lembut mengusap bagian luar bibir vagina Helwi.Hal itu tentu saja membuat desahan perempuan tersebut keluar begitu saja. Perlakuan Geri memberikan efek gila pada tubuh Helwi!"Geri, aku tersiksa entah karena apa. Aku tidak tahu," ujar Helwi pada sela-sela desahannya.Sebuah ungkapan kepolosan."Kamu tahu, itu berarti respon tubuhmu nyata. Kamu normal, sayang.""Akh," pekik Helwi tiba-tiba saat tanpa aba-aba Geri melesakkan dua sekaligus jarinya.Vagina Helwi masih sangat sensitif
Perhatian!Cerita dewasa yang hanya untuk orang yang sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih.***Helwi pun perlahan membuka mata. Cahaya lampu neon adalah hal pertama yang perempuan itu lihat. Ia pun segera bangkit saat merasa perutnya lapar. Hanya saja Helwi pun langsung meringis saat merasa rasa sakit pada bagian selangkangan."Akh."Bertepatan dengan itu juga suara pintu terbuka pun terdengar. Helwi yang merasa sakit tak terlalu peduli dengan siapa yang datang tersebut. Ia masih terlalu sakit hanya sekedar melihat dan memastikan sekalipun."Makan, biar aku yang menyuapimu."Helwi hanya bisa mengerjapkan mata lamat-lamat saat melihat Geri yang tiba-tiba berada di depannya.Selain itu, bagaimana bisa orang seperti Geri malah tiba-tiba bersikap baik padanya?Itu terlihat sangat mustahil!Pasti ada udang di balik batu. Ya, itulah yang terjadi."Apa yang kamu inginka
Plak!Sebuah tamparan pun mendarat tepat pada wajah Geri. Tentu saja, ia pantas mendapatkan itu."Apa yang kamu lakukan terhadap Helwi!?"Tuan dan nyonya Fahrezi sudah tak bisa melakukan apapun lagi. Marah dan marah, hanya itu yang terpikirkan oleh kedua orang tersebut.Geri sudah sangat keterlaluan. Gila dan akan terus begitu. Apa yang mereka lihat saat itu adalah hal yang sangat tak bisa diterima akal!"Apa yang ingin kalian katakan, terserah dengan apa yang terjadi yang jelas aku sama sekali tak peduli. Kami sudah menikah, jadi wajar melakukan hubungan seks.""Dasar anak yang tidak tahu diuntung!"Sebuah tamparan akan mendarat pada wajah Geri jika saja sang Mama tak mencegah hal tersebut terjadi. Walau apapun yang terjadi, orang tua satu itu tak ingin hal yang lebih buruk lagi terjadi dalam keluarga mereka."Geri, kamu sudah mengambil hal berharga dalam hidup Helwi. Kalau kamu berani menyakitinya, maka kami akan mencor
Perhatian!Cerita hanya untuk orang dewasa dan sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih banyak.***Saat ini apa yang terjadi saat itu adalah Helwi yang bersiap-siap akan pergi ke perusahaan. Berdasarkan rencana yang ia susun, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu.Sesaat setelah makan tadi, Helwi langsung makan agar tak bertemu dengan sepasang orang yang sangat menjijikkan. Sayang ia harus terjebak dengan orang-orang seperti itu.Sebuah nasib yang sangat tak malang dan gila."Mau kemana kamu?"Langkah Helwi jadi terhenti oleh suara seseorang. Orang yang memanggil itu adalah Geri. Ia sedang sarapan pagi.Ada yang bertanya dimana keberadaan Jimmy?Seorang mafia dan CEO itu punya banyak kesibukan. Jadi ia harus pandai-pandai memberi alasan yang masuk akal. Ya, itulah yang terjadi, lalu Geri pun hanya percaya.Sangat mudah.
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.Masih ada keadilan walau secuil.Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang