Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!
Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.
Masih ada keadilan walau secuil.
Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.
Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.
Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?
Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.
Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.
Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang mereka lakukan. Hanya saja walau apapun yang terjadi, satu hal yang pasti, Helwi pun punya hak veto tersendiri.
Terlebih kedua orang tersut akan pindah tempat tinggal ke sebuah apartemen yang dipersiapkan keluarga Fahrezi sebagai hadiah pernikahan. Untuk itu Helwi akan lebih mudah mencapai kebebasannya.
Hari itu adalah hari terakhir bagi sepasang pengantin baru tersebut berada dalam kediaman mewah milik keluarga Fahrezi.
Sekarang..., nikmat mana yang kau dustakan?
"Sayang, bagaimana malam pertama kalian?" tanya seorang wanita paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan nonya Fahrezi.
Sontak pertanyaan tersebut pun membuat Helwi tersedak. Tentu saja, mereka sedang makan saat itu.
Sedang makan saja apa yang Helwi dapatkan adalah sebuah pertanyaan mencolok di pagi hari?
Untung saat itu Helwi tidak sedang makan makanan yang terlalu berat, hanya sebuah roti kesukaannya.
Kalau makanan berat mungkin akan tersangkut pada kerongkongannya.
"Ma tolong jangan bahas malam pertama saat sarapan," ujar Geri sedingin mungkin.
Apa yang sedang dipikirkan oleh sang Mama benar-benar merepotkan. Pagi-pagi sudah main tanya mengenai malam pertama.
Seakan-akan sudah tidak ada lagi tema lain yang lebih bermutu daripada hal tersebut.
"Tak masalah Geri, Mamamu hanya bertanya biasa," ujar sang Papa terhadap pembicaraan tersebut.
"Itu terlalu sensitif Pa, apa kalian tidak malu?" balas Geri yang menatap tanpa ekspresi pada sang Papa.
Sedari dulu hubungan keluarga tersebut memang tak baik satu sama lain. Baik Geri maupun orangtunya hanya mementingkan ego dan kepentingan masing-masing.
Tak ada yang mau mengalah, semua hanya terjadi begitu saja hingga tak pernah ada titik terang.
Hanya satu yang pasti, Geri telah salah melangkah hingga berakhir menjadi seorang guy.
Lalu hal itulah yang membuat Tuan dan Nyonya Fahrezi pun memutuskan untuk menikahkan Geri dengan seorang perempuan yang sangat mereka percaya.
Dengan harapan, sifat dan kelainan Geri bisa sembuh dan menjadi orang normal.
"Kami tak malu jika membicarakan masalah kelainan seksual yang terjadi padamu, Geri," jawab sang Papa sambil menatap tajam.
Cring!
Pada akhirnya Geri pun meletakkan sendok kemudian berniat pergi dari meja makan. Tak lupa ia pun juga meraih tangan Helwi untuk ikut bersamanya.
Tempat makan tersebut menjadi sangat memuakkan!!!
"Besok kami akan pergi ke apartemen yang Papa dan Mama berikan dan aku sudah kenyang."
Setelah mengatakan itu Geri pun berniat untuk membawa Helwi untuk ikut bersamanya. Padahal Helwi sendiri sama sekali belum selesai makan.
Tak mau peduli terhadap apapun yang terjadi, Geri hanya ingin segera pergi dari tempat tersebut.
"Geri, apa kamu tak ingin memimpin perusahaan? Mau Papa berikan perusahaan kepada sepupu mu atau setidaknya sekertaris ya?"
Detik itu juga Geri pun langsung menghentikan langkah kaki. Memimpin perusahaan, tentu saja ia mau. Setelah sekian lama baru kali ini sang Papa akhirnya menyinggung soal menjadi pemimpin.
Tentu saja, itu adalah salah satu keuntungan Geri menerima perintah sakral sebuah pernikahan. Kalau tidak, mana mungkin ia menerima begitu saja keputusan sepihak dan gila tersebut.
Geri dengan segala sifat angkuh dan percaya dirinya.
"Apa masih ada syarat lain yang harus ku penuhi untuk memindahkan perusahaan atas namaku? Apa yang kalian inginkan, seorang cucu?"
Entah karena apa, Helwi spontan langsung mengepalkan tangan kuat saat mendengar Geri yang dengan mudahnya menyebut kata syarat dan cucu.
Memangnya ia adalah mesin penghasil anak yang hanya untuk mendapatkan sebuah nama dan pengakuan diatas kertas?
Sebuah pemenuhan syarat belaka. Tak ada artinya!
"Geri jaga mulutmu!"
"Apa, bukankah aku benar, kalau sudah menikah kalian pasti akan minta cucu kan. Setiap orangtua menginginkan itu saat anaknya sudah menikah!"
Plak!
Helwi hanya bisa mematung ditempat saat melihat adegan drama kolosal tampar-menampar. Perempuan satu itu tak tahu secara pasti apa yang harus ia lakukan saat itu.
"Inilah sebabnya Papa tidak bisa mempercayakan perusahaan padamu Geri, kamu terlalu mudah bicara sesenaknya. Tidak pernahkah kamu berpikir akibat dari apa yang kamu katakan?"
"Pukul, pukul saja sesuka Papa. Kalian lah yang membuatku jadi begini. Apa yang ku butuhkan itu adalah kasih sayang, bukannya harta dan kekuasaan yang kalian gadang-gandangkan. Aku mencari kebahagiaan dan kepuasan sendiri hingga salah melangkah."
"Dasar anak tak tahu diuntung!"
Niat tuan Fahrezi yang ingin menampar wajah Geri pun terhenti oleh nonya Fahrezi yang langsung menghentikan pergerakan sang suami.
"Sudah Pa."
"Saya akan berusaha lebih keras lagi, Tuan dan Nyonya. Jadi tolong jangan berkelahi."
Meski dengan suara yang terasa tercekat di tenggorokan, pada akhirnya Helwi pun bisa menyelesaikan kalimat.
Ia sangat ingin menangis akan tetapi air mata itupun juga terasa menyangkut pada pelupuk mata. Lagipula, Helwi juga tak akan membiarkan cairan bening tersebut keluar pada saat-saat seperti ini.
Helwi tak akan pernah membiarkan hal tersebut terjadi!
"Helwi, sayang, jangan bicara begitu."
Saat sang Mama ingin menyentuh wajah menantu tersebut, akan tetapi Geri sudah lebih dulu menarik Helwi menjauh agar sang Mama tak bisa merealisasikan niatnya.
"Kalian sudah menyerahkan Helwi padaku. Akan ku coba melihat peruntungan nasib antara kami, hanya saja ku tekankan, setelah ini jangan pernah mengingkari apa yang sudah kalian katakan. Jika tidak, bersiaplah untuk kehilangan garis keturunan. Keluarga kita hanya bisa punya anak sedikit saja, kan. Jika tidak, aku yakin kalian akan sangat ingin punya anak lagi."
"Kalau saja. Jika kami mau, kami bisa mengadopsi Geri. Jauh sebelum kamu masih kecil."
Geri terdiam, benar juga. Jika itu terjadi sudah dipastikan sebuah masalah yang lebih buruk lagi akan terjadi saat itu juga.
Lalu bersamaan dengan itu Geri pun melihat pada Helwi yang seperti menjadi patung manekin. Tak bernapas, pasti perempuan tersebut melakukan kegiatan bodoh tersebut.
Orang pintar itu bisa terlihat bodoh dan dungu dalam banyak kesempatan.
Sangat ironis.
"Kamu, bernapas. Jangan mau jadi orang bodoh yang sebenarnya pintar."
"Hah..."
Benar kan apa yang Geri pikirkan. Helwi terlalu banyak makan micin hingga sering bodoh. Padahal sungguh, orang itu pintar bahkan melebihi Geri. Saat kuliah punya IPK diatas rata-rata dan tentu juga diatas Geri.
"Sayang."
"Kami akan melanjutkan makan di kamar saja. Ada yang harus ku bicarakan dengan Helwi."
"Jangan bersikap buruk pada Helwi, Geri," ujar sang Papa yang terus menatap Geri intens.
"Ck, jika kalian memang benar-benar baik, harusnya biarkan orang ini menghirup udara kekebasan bukannya malah memberi ia tanggung jawab dan harapan yang mencekik."
Setelah mengatakan itu Geri pun segera pergi dari tempat tersebut. Entah apalagi yang akan terjadi, yang jelas ia ingin segera pergi dari tempat itu saja.
"Makanlah, anggap saja aku sedang baik. Nanti setelah ini aku akan bersikap seperti biasanya," kata Geri yang menyodorkan satu piring makanan untuk Helwi.
Makanan tersebut baru saja diantarkan oleh asisten rumah.
"Tuan sendiri, apa tidak mau makan?" cicit Helwi dengan wajah yang tertunduk dalam.
Ia sedang menahan air mata yang sangat menyebalkan.
"Jangan cengeng! Atau aku akan melakukan hal buruk."
"Memangnya apa yang akan Tuan lakukan?" tanya Helwi yang akhirnya mendongkrakkan wajah demi melihat wajah sang tuan muda yang saat itu sudah sah menjadi suaminya.
Detik itu juga mata lembut Helwi bertemu pandang dengan tatapan super tajam dari seorang Geri.
So, apalagi yang akan terjadi setelah itu...?
Hanya beberapa orang yang akan tahu, termasuk author. Hehehe.
*****
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
Perhatian!Cerita hanya untuk orang dewasa dan sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih banyak.***Saat ini apa yang terjadi saat itu adalah Helwi yang bersiap-siap akan pergi ke perusahaan. Berdasarkan rencana yang ia susun, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu.Sesaat setelah makan tadi, Helwi langsung makan agar tak bertemu dengan sepasang orang yang sangat menjijikkan. Sayang ia harus terjebak dengan orang-orang seperti itu.Sebuah nasib yang sangat tak malang dan gila."Mau kemana kamu?"Langkah Helwi jadi terhenti oleh suara seseorang. Orang yang memanggil itu adalah Geri. Ia sedang sarapan pagi.Ada yang bertanya dimana keberadaan Jimmy?Seorang mafia dan CEO itu punya banyak kesibukan. Jadi ia harus pandai-pandai memberi alasan yang masuk akal. Ya, itulah yang terjadi, lalu Geri pun hanya percaya.Sangat mudah.
Plak!Sebuah tamparan pun mendarat tepat pada wajah Geri. Tentu saja, ia pantas mendapatkan itu."Apa yang kamu lakukan terhadap Helwi!?"Tuan dan nyonya Fahrezi sudah tak bisa melakukan apapun lagi. Marah dan marah, hanya itu yang terpikirkan oleh kedua orang tersebut.Geri sudah sangat keterlaluan. Gila dan akan terus begitu. Apa yang mereka lihat saat itu adalah hal yang sangat tak bisa diterima akal!"Apa yang ingin kalian katakan, terserah dengan apa yang terjadi yang jelas aku sama sekali tak peduli. Kami sudah menikah, jadi wajar melakukan hubungan seks.""Dasar anak yang tidak tahu diuntung!"Sebuah tamparan akan mendarat pada wajah Geri jika saja sang Mama tak mencegah hal tersebut terjadi. Walau apapun yang terjadi, orang tua satu itu tak ingin hal yang lebih buruk lagi terjadi dalam keluarga mereka."Geri, kamu sudah mengambil hal berharga dalam hidup Helwi. Kalau kamu berani menyakitinya, maka kami akan mencor
Perhatian!Cerita dewasa yang hanya untuk orang yang sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih.***Helwi pun perlahan membuka mata. Cahaya lampu neon adalah hal pertama yang perempuan itu lihat. Ia pun segera bangkit saat merasa perutnya lapar. Hanya saja Helwi pun langsung meringis saat merasa rasa sakit pada bagian selangkangan."Akh."Bertepatan dengan itu juga suara pintu terbuka pun terdengar. Helwi yang merasa sakit tak terlalu peduli dengan siapa yang datang tersebut. Ia masih terlalu sakit hanya sekedar melihat dan memastikan sekalipun."Makan, biar aku yang menyuapimu."Helwi hanya bisa mengerjapkan mata lamat-lamat saat melihat Geri yang tiba-tiba berada di depannya.Selain itu, bagaimana bisa orang seperti Geri malah tiba-tiba bersikap baik padanya?Itu terlihat sangat mustahil!Pasti ada udang di balik batu. Ya, itulah yang terjadi."Apa yang kamu inginka
21+ hanya untuk orang yang sudah menikah.Warning!!!Mohon bijaklah dalam memilih bacaan. Terima kasih.***Tak lama setelah itu jari-jari nakal Geri pun langsung menurunkan celana dalam Helwi. Untuk hal yang seperti ini Geri memang sudah sangat berpengalaman.Geri dengan apa yang ia pikirkan akan terus bertindak bahkan melebihi batas. Ia suka dengan apa yang terlihat."Sial, kamu sudah basah sayang," ujar Geri yang dengan lembut mengusap bagian luar bibir vagina Helwi.Hal itu tentu saja membuat desahan perempuan tersebut keluar begitu saja. Perlakuan Geri memberikan efek gila pada tubuh Helwi!"Geri, aku tersiksa entah karena apa. Aku tidak tahu," ujar Helwi pada sela-sela desahannya.Sebuah ungkapan kepolosan."Kamu tahu, itu berarti respon tubuhmu nyata. Kamu normal, sayang.""Akh," pekik Helwi tiba-tiba saat tanpa aba-aba Geri melesakkan dua sekaligus jarinya.Vagina Helwi masih sangat sensitif
21+ hanya untuk orang yang sudah menikah.Warning!!!Mohon bijaklah dalam memilih bacaan. Terima kasih.***Tak lama setelah itu jari-jari nakal Geri pun langsung menurunkan celana dalam Helwi. Untuk hal yang seperti ini Geri memang sudah sangat berpengalaman.Geri dengan apa yang ia pikirkan akan terus bertindak bahkan melebihi batas. Ia suka dengan apa yang terlihat."Sial, kamu sudah basah sayang," ujar Geri yang dengan lembut mengusap bagian luar bibir vagina Helwi.Hal itu tentu saja membuat desahan perempuan tersebut keluar begitu saja. Perlakuan Geri memberikan efek gila pada tubuh Helwi!"Geri, aku tersiksa entah karena apa. Aku tidak tahu," ujar Helwi pada sela-sela desahannya.Sebuah ungkapan kepolosan."Kamu tahu, itu berarti respon tubuhmu nyata. Kamu normal, sayang.""Akh," pekik Helwi tiba-tiba saat tanpa aba-aba Geri melesakkan dua sekaligus jarinya.Vagina Helwi masih sangat sensitif
Perhatian!Cerita dewasa yang hanya untuk orang yang sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih.***Helwi pun perlahan membuka mata. Cahaya lampu neon adalah hal pertama yang perempuan itu lihat. Ia pun segera bangkit saat merasa perutnya lapar. Hanya saja Helwi pun langsung meringis saat merasa rasa sakit pada bagian selangkangan."Akh."Bertepatan dengan itu juga suara pintu terbuka pun terdengar. Helwi yang merasa sakit tak terlalu peduli dengan siapa yang datang tersebut. Ia masih terlalu sakit hanya sekedar melihat dan memastikan sekalipun."Makan, biar aku yang menyuapimu."Helwi hanya bisa mengerjapkan mata lamat-lamat saat melihat Geri yang tiba-tiba berada di depannya.Selain itu, bagaimana bisa orang seperti Geri malah tiba-tiba bersikap baik padanya?Itu terlihat sangat mustahil!Pasti ada udang di balik batu. Ya, itulah yang terjadi."Apa yang kamu inginka
Plak!Sebuah tamparan pun mendarat tepat pada wajah Geri. Tentu saja, ia pantas mendapatkan itu."Apa yang kamu lakukan terhadap Helwi!?"Tuan dan nyonya Fahrezi sudah tak bisa melakukan apapun lagi. Marah dan marah, hanya itu yang terpikirkan oleh kedua orang tersebut.Geri sudah sangat keterlaluan. Gila dan akan terus begitu. Apa yang mereka lihat saat itu adalah hal yang sangat tak bisa diterima akal!"Apa yang ingin kalian katakan, terserah dengan apa yang terjadi yang jelas aku sama sekali tak peduli. Kami sudah menikah, jadi wajar melakukan hubungan seks.""Dasar anak yang tidak tahu diuntung!"Sebuah tamparan akan mendarat pada wajah Geri jika saja sang Mama tak mencegah hal tersebut terjadi. Walau apapun yang terjadi, orang tua satu itu tak ingin hal yang lebih buruk lagi terjadi dalam keluarga mereka."Geri, kamu sudah mengambil hal berharga dalam hidup Helwi. Kalau kamu berani menyakitinya, maka kami akan mencor
Perhatian!Cerita hanya untuk orang dewasa dan sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih banyak.***Saat ini apa yang terjadi saat itu adalah Helwi yang bersiap-siap akan pergi ke perusahaan. Berdasarkan rencana yang ia susun, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu.Sesaat setelah makan tadi, Helwi langsung makan agar tak bertemu dengan sepasang orang yang sangat menjijikkan. Sayang ia harus terjebak dengan orang-orang seperti itu.Sebuah nasib yang sangat tak malang dan gila."Mau kemana kamu?"Langkah Helwi jadi terhenti oleh suara seseorang. Orang yang memanggil itu adalah Geri. Ia sedang sarapan pagi.Ada yang bertanya dimana keberadaan Jimmy?Seorang mafia dan CEO itu punya banyak kesibukan. Jadi ia harus pandai-pandai memberi alasan yang masuk akal. Ya, itulah yang terjadi, lalu Geri pun hanya percaya.Sangat mudah.
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.Masih ada keadilan walau secuil.Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang