"Helwi!"
Geri yang langsung menendang pintu kamar mandi saat Helwi berhasil keluar dari tempat tersebut.
Sebuah rencana kabur yang tersusun cukup rapi hingga seorang Helwi akhirnya bisa keluar.
Helwi sontak langsung berhenti ditempat saat melihat pintu kamar yang ternyata tertutup rapat dengan anak kunci yang sudah tak lagi berada di tempatnya. Baiklah, ada banyak hal yang harus perempuan itu lakukan.
Pertama adalah mengendalikan monster gila yang sedang mengamuk tersebut.
Membuktikan?
Helwi harus membuktikan. Akan tetapi tak harus dengan merelakan keperawatannya juga kan!?
Hanya saja..., adakah pilihan yang bisa perempuan itu punya?
Ada banyak orang yang tak punya kesempatan untuk memilih, salah satunya adalah Helwi, seorang gadis malang.
Hidup dan takdir benar-benar tak adil terhadap perempuan satu itu.
Baiklah, Helwi harus membuat sebuah keputusan yang tepat. Sekarang atau tidak sama sekali!
Hidup dengan orang seperti Geri, tidak akan pernah!
Apalagi dengan semua hal gila yang terdapat pada diri lelaki tersebut.
Saat berbalik mata Helwi pun langsung berhadapan langsung dengan wajah merah padam Geri yang sedang marah besar.
Benar-benar mirip seperti monster.
"Aku mau mengganti perjanjiannya, bagaimana kalau kita lakukan one night stand. Kamu butuh pembuktian, oke mari lakukan. Hanya saja kali ini perjanjiannya berubah. Jika kamu tidak tertarik dengan ku, maka ceraikan dan biarkan aku pergi dari tempat gila ini setelah satu Minggu kedepan. Aku butuh waktu untuk bicara dengan Tuan dan Nyonya besar. Akan tetapi jika tertarik, perlakuan aku sebagai istri yang sesungguhnya," ujar Helwi dengan satu tarikan napas tanpa jeda.
"Kamu pikir aku bodoh, aku lebih suka kamu menderita pada seluruh tarikan napas dengan semegenas mungkin, dan itu bukan hanya aku yang boleh melakukan itu. Orang lain pun juga harus membuat mu terpuruk sampai ke dasar bumi! Aku tetap ingin kamu menjual diri."
Tak jauh berbeda dengan Helwi, Geri pun juga menyelesaikan ucapannya dalam satu tarikan napas saja. Laki-laki itu sedang kesal setengah mati.
"Menjadi bayang-bayang orang yang berusaha mengendalikan dirimu juga sebuah penyiksaan telak bagiku tuan Fahrezi! Setiap saat rasanya aku ingin sekali pergi dari semua tanggung jawab gila ini. Aku ingin hidup normal seperti yang lain yang bisa melakukan apa yang ia pikirkan. Aku tahu aku tak akan hidup kalau bukan dari belas kasihan keluarga Fahrezi. Aku bukanlah apa-apa. Tapi aku punya pikiran sendiri, aku ingin mencari pekerjaan dan membayar semua kebaikan keluarga kalian. Sungguh, aku tak bisa terjebak dengan orang menyusahkan sepertimu. Tidak bisa!"
"Hahaha."
Suara tawa Geri terdengar seperti kilat yang menyambar dengan kuatnya. Jauh menembus hingga ke relung-relung hati dan menghanguskan.
Jika memang itu hal yang harus Helwi terima, lantas apa yang bisa perempuan itu perbuat?
Memberontak terasa lebih menyedihkan dari apapun.
"Aku suka dengan kalimat mu, Helwi. Jadi baiklah, ayo buktikan bersama. Kau ingin ku perlakuan seperti istri, kalau begitu bersiaplah untuk memuaskan ku setiap kali aku membutuhkannya. Kita akan saling mutualan satu sama lain. Bukankah salah satu kewajiban seorang istri adalah melayani suaminya, bahkan itu untuk kebutuhan biologis sekalipun. Jadi apa kamu siap?"
Apa yang bisa Helwi lakukan hanyalah meneteskan air mata. Perkataan tersebut hanyalah sekadar kata-kata yang keluar dari mulut semata.
Geri tak pernah bisa dipercaya!
Apa yang terdengar belum tentu sesuai dan sama dengan yang ada dalam hati dan pikiran.
Geri bisa saja menyebut bahwa ia tertarik, namun yang menjadi kenyataannya adalah orang itu akan tetap saja berhubungan dengan lelaki lain.
Sekedar kata-kata akan tetapi tak merasuk ke hati dan pikiran.
Kelainan orientasi seksual tak semudah itu untuk disembuhkan. Terlebih lagi dengan orang berkepribadian seperti Geri. Sebagai orang yang sudah hidup bertahun-tahun dengan orang tersebut, sedikit banyak perangai Geri diketahui oleh Helwi.
Laki-laki itu suka bermain dengan kata-kata. Apa yang yang keluar dari mulutnya belum berarti benar. Bahkan lebih tepat disebut asal keluar.
Lalu mengenai posisi dan kedudukan Geri dalam keluarga, sang Papa, kepala keluarga Fahrezi belum percaya pada anaknya tersebut untuk mengurus perusahaan keluarga walaupun orang itu sudah lulus kuliah.
Padahal Geri adalah anak satu-satunya dalam keluarga. Namun tetap saja fakta tersebut tak memberikan pengaruh berarti. Bahkan jika tuan Fahrezi sudah tak sanggup lagi mengurus perusahaan karena faktor usia, maka ia lebih memilih untuk menyerahkan urusan perusahaan pada sang sekretaris kepercayaan.
Sementara itu keluarga Fahrezi punya riwayat keturunan yang hanya bisa punya sedikit anak. Paling banyak pun hanya bisa punya satu atau dua orang anak saja.
Walau begitu, akibat sikap dan perlakuan Geri, kepala keluarga Fahrezi tetap tak bisa memberikan kepercayaan. Lebih tepatnya belum.
Seakan sesuatu itu membutuhkan hal yang lebih menyakinkan lagi.
Mengenai Helwi, perempuan malang yang terikat oleh sesuatu yang bernama balas budi hanya bisa pasrah saat keluarga yang merawatnya menyuruh untuk menikah dengan anak semata wayang mereka.
Dibalik semua itu ada tujuan tersendiri, apalagi kalau bukan untuk menjaga sekaligus mengendalikan Geri.
Ada banyak harapan yang diemban oleh Helwi, semua dan seluruhnya.
"Jangan bertanya lagi, sudah jelas apa jawaban yang akan kau dapatkan. Sedari awal aku memang sudah ditakdirkan untuk begini," kata Helwi sambil menatap nanar dengan air mata yang terus menetes.
Setiap kata-kata yang keluar tersebut tak ada yang tahu, apakah hanya sekedar yang terlihat atau justru mengandung makna lain didalamnya.
Yang jelas semua itu akan menjadi lebih buruk dalam pandangan.
"Tolong jangan menangis pada malam pertama kita. Aku lebih suka menyebutnya begitu daripada one night stand. Dasar bodoh, kalau saja kamu langsung bicara dari dulu bahwa ingin bebas, aku mungkin bisa dan akan membantumu. Kehadiran mu yang sok menjadi penyelamat itu benar-benar menganggu privasiku," kata Geri yang perlahan mengusap air mata yang membahasi wajah Helwi.
Sementara itu Helwi hanya bisa menutup matanya.
Takut, itulah yang orang itu rasakan. Saking takutnya ia bahkan tak bisa melakukan apapun lagi selain tubuh yang bergetar hebat.
Menyedihkan, tak adakah sesuatu yang bernama keadilan?
"Bagaimana kamu bisa menang kalau malah bersikap begini."
"Ka-kalah ataupun me... nang, aku tetap saja kehilangan hal yang ku jaga selama ini," ujar Helwi yang walaupun dengan susah payah menyelesaikan kalimatnya.
Tak ada yang adil dalam dunia ini, semua hanya terjadi lebih buruk dan buruk saja.
"Yang tadi itu pasti first kiss mu, kan?"
Walaupun menggunakan diksi yang ada kesan simpati dan lain sebagainya, tetap saja terdengar menusuk pada telinga Helwi. Seorang Geri memang tak bisa membicarakan sesuatu dengan secara baik-baik.
Mau bagaimanapun, akan tetap seperti ia yang sesungguhnya.
"Biasanya aku dengan partner ranjang melakukan secara kasar dan terburu-buru, nah kalau dengan perempuan apa harus lembut?"
Kalau saja ada kesempatan bagi Helwi untuk tertawa, sungguh ia sangat ingin melakukan hal itu saat ini juga. Hanya saja perempuan itu tak bisa melakukannya.
"Itu terserah padamu, aku kan juga tidak berpengalaman," cicit helwi akhirnya.
Benar, jujur ia tak tahu apapun mengenai hubungan seks. Berciuman saja tidak pernah apalagi ingin melakukan hubungan intim tersebut.
Lalu tanpa Helwi duga, tiba-tiba tenguknya kembali ditarik. Tak hanya itu, sebuah material lembut pun terasa pada bibirnya. Sejenak Helwi jadi melupakan cara bernapas dengan benar.
Sungguh, tak pernah tahu.
Terlebih saat Geri, orang yang selalu bersikap kasar padanya malah melumat bibirnya lembut. Helwi rasa, Geri ingin mencoba cara berhubungan seks yang baru.
Tentu saja, ia punya pasangan yang berlainan jenis sekarang.
Entah berasal dari mana, tiba-tiba Helwi jadi mengeluarkan suara yang ia sendiri tak tahu itu apa.
Bagaimana bisa hal tersebut terjadi?
Helwi bahkan sama sekali tak tahu apakah itu benar suaranya atau bukan. Semua terjadi begitu saja tanpa bisa perempuan itu cegah.
"Manis, kamu memakai pelembab bibir rasa stroberi ya?"
Helwi sontak langsung mengerjapkan mata berulang kali. Manis, Helwi bahkan tak merasakan apapun selain detak jantung yang bekerja tak normal.
Hanya itu saja.
Akan tetapi detik selanjutnya perempuan itu akhirnya menyadari sesuatu yang sangat penting.
Seperti apakah Geri bebas dari segala macam penyakit kelamin, kesehatan dan semuanya?
Setiap aktivitas Geri selalu saja berakhir diatas ranjang dengan orang sesama jenis!
Lalu penyakit kelamin tentu saja menular. Helwi harus berhati-hati.
"Geri..., maaf, tapi..., apa kamu sehat, maksudku alat vital dan sesuatu seperti Aids?" tanya Helwi dengan suara yang seakan tercekat di tenggorokan.
Namun pada akhirnya pertanyaan tersebut keluar juga.
Sementara itu wajah Geri pun kembali tanpa ekspresi. Setelah ia berusaha memperlakukan Helwi secara baik, lantas apa yang ia dapatkan adalah sebuah penghinaan!?
Jelas Geri tak akan pernah terima!!!
*****
"Kau menghinaku, Helwi?" tanya Geri dengan wajah tanpa ekspresi."Tidak bukan Geri, aku hanya..."Belum sempat Helwi menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Geri pun kembali menyatukan bibir keduanya. Hanya saja kali ini dengan tempo yang lebih cepat dari yang pertama.Terburu-buru serta diikuti oleh nafsu, yang entah kapan, hal tersebut bisa saja akan semakin membuat Geri kehilangan akal.Melupakan niat awal yang ingin mencoba gaya bercinta yang baru."Ge..., ri."Dengan susah payah Helwi menyebut perkataan tersebut. Hanya saja walau apa yang Helwi katakan, ciuman penuh nafsu Geri tak berhenti juga.Sudahlah, dengan ini Helwi hanya bisa pasrah terhadap keadaan.Walau apapun yang terjadi, Helwi harus memperjuangkan kehidupan normal impiannya. Untuk itu mau tak tahu ataupun seamatiran apapun ia, Helwi harus bisa membuat Geri tertarik dengan aktivitas malam pertama mereka.Jikapun tak tertarik, setidaknya Helwi har
Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.Masih ada keadilan walau secuil.Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
Perhatian!Cerita hanya untuk orang dewasa dan sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih banyak.***Saat ini apa yang terjadi saat itu adalah Helwi yang bersiap-siap akan pergi ke perusahaan. Berdasarkan rencana yang ia susun, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu.Sesaat setelah makan tadi, Helwi langsung makan agar tak bertemu dengan sepasang orang yang sangat menjijikkan. Sayang ia harus terjebak dengan orang-orang seperti itu.Sebuah nasib yang sangat tak malang dan gila."Mau kemana kamu?"Langkah Helwi jadi terhenti oleh suara seseorang. Orang yang memanggil itu adalah Geri. Ia sedang sarapan pagi.Ada yang bertanya dimana keberadaan Jimmy?Seorang mafia dan CEO itu punya banyak kesibukan. Jadi ia harus pandai-pandai memberi alasan yang masuk akal. Ya, itulah yang terjadi, lalu Geri pun hanya percaya.Sangat mudah.
Plak!Sebuah tamparan pun mendarat tepat pada wajah Geri. Tentu saja, ia pantas mendapatkan itu."Apa yang kamu lakukan terhadap Helwi!?"Tuan dan nyonya Fahrezi sudah tak bisa melakukan apapun lagi. Marah dan marah, hanya itu yang terpikirkan oleh kedua orang tersebut.Geri sudah sangat keterlaluan. Gila dan akan terus begitu. Apa yang mereka lihat saat itu adalah hal yang sangat tak bisa diterima akal!"Apa yang ingin kalian katakan, terserah dengan apa yang terjadi yang jelas aku sama sekali tak peduli. Kami sudah menikah, jadi wajar melakukan hubungan seks.""Dasar anak yang tidak tahu diuntung!"Sebuah tamparan akan mendarat pada wajah Geri jika saja sang Mama tak mencegah hal tersebut terjadi. Walau apapun yang terjadi, orang tua satu itu tak ingin hal yang lebih buruk lagi terjadi dalam keluarga mereka."Geri, kamu sudah mengambil hal berharga dalam hidup Helwi. Kalau kamu berani menyakitinya, maka kami akan mencor
21+ hanya untuk orang yang sudah menikah.Warning!!!Mohon bijaklah dalam memilih bacaan. Terima kasih.***Tak lama setelah itu jari-jari nakal Geri pun langsung menurunkan celana dalam Helwi. Untuk hal yang seperti ini Geri memang sudah sangat berpengalaman.Geri dengan apa yang ia pikirkan akan terus bertindak bahkan melebihi batas. Ia suka dengan apa yang terlihat."Sial, kamu sudah basah sayang," ujar Geri yang dengan lembut mengusap bagian luar bibir vagina Helwi.Hal itu tentu saja membuat desahan perempuan tersebut keluar begitu saja. Perlakuan Geri memberikan efek gila pada tubuh Helwi!"Geri, aku tersiksa entah karena apa. Aku tidak tahu," ujar Helwi pada sela-sela desahannya.Sebuah ungkapan kepolosan."Kamu tahu, itu berarti respon tubuhmu nyata. Kamu normal, sayang.""Akh," pekik Helwi tiba-tiba saat tanpa aba-aba Geri melesakkan dua sekaligus jarinya.Vagina Helwi masih sangat sensitif
Perhatian!Cerita dewasa yang hanya untuk orang yang sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih.***Helwi pun perlahan membuka mata. Cahaya lampu neon adalah hal pertama yang perempuan itu lihat. Ia pun segera bangkit saat merasa perutnya lapar. Hanya saja Helwi pun langsung meringis saat merasa rasa sakit pada bagian selangkangan."Akh."Bertepatan dengan itu juga suara pintu terbuka pun terdengar. Helwi yang merasa sakit tak terlalu peduli dengan siapa yang datang tersebut. Ia masih terlalu sakit hanya sekedar melihat dan memastikan sekalipun."Makan, biar aku yang menyuapimu."Helwi hanya bisa mengerjapkan mata lamat-lamat saat melihat Geri yang tiba-tiba berada di depannya.Selain itu, bagaimana bisa orang seperti Geri malah tiba-tiba bersikap baik padanya?Itu terlihat sangat mustahil!Pasti ada udang di balik batu. Ya, itulah yang terjadi."Apa yang kamu inginka
Plak!Sebuah tamparan pun mendarat tepat pada wajah Geri. Tentu saja, ia pantas mendapatkan itu."Apa yang kamu lakukan terhadap Helwi!?"Tuan dan nyonya Fahrezi sudah tak bisa melakukan apapun lagi. Marah dan marah, hanya itu yang terpikirkan oleh kedua orang tersebut.Geri sudah sangat keterlaluan. Gila dan akan terus begitu. Apa yang mereka lihat saat itu adalah hal yang sangat tak bisa diterima akal!"Apa yang ingin kalian katakan, terserah dengan apa yang terjadi yang jelas aku sama sekali tak peduli. Kami sudah menikah, jadi wajar melakukan hubungan seks.""Dasar anak yang tidak tahu diuntung!"Sebuah tamparan akan mendarat pada wajah Geri jika saja sang Mama tak mencegah hal tersebut terjadi. Walau apapun yang terjadi, orang tua satu itu tak ingin hal yang lebih buruk lagi terjadi dalam keluarga mereka."Geri, kamu sudah mengambil hal berharga dalam hidup Helwi. Kalau kamu berani menyakitinya, maka kami akan mencor
Perhatian!Cerita hanya untuk orang dewasa dan sudah menikah. Rate 21+.Mohon bijaklah dalam memilih bacaan.Terima kasih banyak.***Saat ini apa yang terjadi saat itu adalah Helwi yang bersiap-siap akan pergi ke perusahaan. Berdasarkan rencana yang ia susun, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu.Sesaat setelah makan tadi, Helwi langsung makan agar tak bertemu dengan sepasang orang yang sangat menjijikkan. Sayang ia harus terjebak dengan orang-orang seperti itu.Sebuah nasib yang sangat tak malang dan gila."Mau kemana kamu?"Langkah Helwi jadi terhenti oleh suara seseorang. Orang yang memanggil itu adalah Geri. Ia sedang sarapan pagi.Ada yang bertanya dimana keberadaan Jimmy?Seorang mafia dan CEO itu punya banyak kesibukan. Jadi ia harus pandai-pandai memberi alasan yang masuk akal. Ya, itulah yang terjadi, lalu Geri pun hanya percaya.Sangat mudah.
Sekitar pukul 04.30 dini hari Helwi perlahan sudah membuka matanya. Perempuan satu itu memang terbiasa bangun cepat untuk mengerjakan aktivitas sebagai seorang asisten rumah.Saat di kediaman keluarga Fahrezi pun Helwi memang bekerja menjadi seorang asisten rumah meski tuan dan nyonya Fahrezi melarang Helwi melakukan hal tersebut.Hanya saja, Helwi sadar dimana letak posisi dan kedudukannya. Untuk itu ia akan bersikap sebagaimana apa yang terlihat. Sebuah kenyataan, itulah yang membuat Helwi harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.Meski begitu aktivitas Helwi sedikit dibatasi oleh para asisten rumah yang lain.Sudah diberikan penghidupan saja perempuan itu sangat bersyukur, walaupun pada akhirnya harus ditukar dengan tugas dan kewajiban yang sangat memberatkan.Dengan perlahan Helwi pun langsung menuju dapur guna memasak sarapan pagi. Keluarga Fahrezi bisa memakan makanan menegah seimbang untuk menu sarapan.Jadi tak hanya memulu dua lapis ro
"Perjanjian apa maksudmu?"Sebuah senyuman pun kembali menghiasi wajah tampan Jimmy. Wajah pucat pasi Helwi terlihat sangat menggoda.Catat, rasanya Jimmy ingin langsung menerkam perempuan tersebut detik itu juga!Tapi tidak, untuk mendapatkan sesuatu, Jimmy harus punya strategi tersendiri. Jangan sampai keinginan buru-buru malah membuat ia tak mendapatkan apapun."Jika kau ingin aku menjauhi Geri, maka kau yang harus menjadi gantinya."Ganti, sejenak Helwi menjelma menjadi orang dungu saat mendengar perkataan tersebut. Tak tahu makna dari kalimat yang sangat sederhana. Namun pada akhirnya Helwi pun tersadar saat Jimmy mengangkat tangan hendak menyentuh wajahnya.Itu bahkan lebih gila dari apapun!"Jangan menyentuh ku, ku pastikan kau akan menyesal," kata Helwi tajam.Sebenarnya Helwi sudah bergetar hebat sekarang, bahkan keringat halus juga membahasi wajah manisnya.Perkataan Helwi sontak membuat senyuman pun kemb
Helwi hanya bisa mengerjapkan mata bingung. Ah tidak, lebih tepatnya kagum. Kagum melihat desain apartemen yang sangat sesuai dengan seleranya.Klasik!Lalu itu terlihat sangat berkesan bagi Helwi.Sementara itu Geri hanya tanpa ekspresi. Tempat tinggalnya kali ini bahkan sangat berbeda jauh dari apa yang ia pikirkan dan inginkan juga. Tapi tak mengapa, apapun yang ada tak terlalu menganggu pikiran orang tersebut.Tak peduli, itulah yang terjadi.Biarlah apapun terjadi, terserah dengan apa yang ada saja."Wah..., keren. I like it," ujar Helwi yang terus memperhatikan desain apartemen.Sebuah senyuman pun seketika langsung menghiasi wajah cantik seorang Helwi."Dasar kulot, cepat bereskan barang-barang, sebentar lagi Jimmy akan datang," ujar Geri yang masih seperti biasa, dingin."Bisa tolong jangan bawa lelaki manapun ke kediaman kita, aku tidak suka dengan orang-orang itu.""Siapa yang peduli kamu suka atau tidak
"Mau tahu, sekarang buka mulutmu."Helwi sontak langsung menggelengkan kepala. Ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh Geri. Apa yang terjadi saat itu pasti akan membuat semua bertambah buruk.Jika bisa Helwi tak mau berada dalam kondisi yang menyulitkan, hanya saja apa ada pilihan baginya?Tidak."Hanya membuka mulut, Helwi," ujar Geri yang sudah mensejajarkan diri dengan orang yang sangat ia benci tersebut.Jangan lupakan juga cara bicara yang kelewat datar dan tatapan tajam juga.Oleh perkataan tersebut, Helwi pun hanya bisa menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian pada sudut hati yang paling dalam jadi berpikir kenapa ia malah jadi seperti itu.Lemah dan tak berdaya. Dasar tak bisa melakukan apa-apa. Kalau begitu akan lebih baik mati, daripada hanya terjebak dalam situasi yang sangat menyedihkan.Orang yang tak berdaya, apa akan lebih baik mati...?Tak semua orang berpikir begitu kan?Itu adalah sesuatu yang tabu
Sebuah senyuman pun terlihat pada sudut wajah Helwi. Jika ada yang namanya Dewi Fortuna, maka perempuan itu dengan senang hati akan menyembah dan bersujud syukur!Ah tidak, pujian syukur tersebut akan ia tujukan pada kekuasaan Tuhan.Masih ada keadilan walau secuil.Lalu Helwi pun berhasil mendapatkan itu. Ini terlihat seperti mendapatkan holy hoky.Bersyukurlah dengan kemampuan berbicara Helwi yang cukup bisa diandalkan. Hingga pada akhirnya, setelah sekian lama akhirnya perempuan tersebut mendapatkan sedikit harapan.Apalagi yang lebih baik dari sebuah kebebasan yang hakiki?Terlebih memang hal itulah yang dinantikan dan dicari oleh Helwi selama ini.Hasil 'musyawarah' yang terjadi antara Geri dan Helwi adalah, perempuan itu bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Walau masih dengan status yang belum jelas apakah pernikahan masih akan berlanjut atau tidak.Sebab, Geri masih bingung dan bimbang dengan eksperimen satu malam yang