“Saya terima nikah dan kawinnya Malika Fitria Binti Marzuki dengan seperangkat alat shalat di bayar tunai ….” lantang Bagus dengan sangat percaya diri ketika mengucap ijab dan kabul kepada penghulu, saksi dan seluruh tamu undangan yang menghadiri pernikahannya dengan kekasih hatinya yang bernama Malika.
“Sah,” ucap saksi dan semua orang yang menyaksikan acara pernikahan itu.Pesta pernikahan itu berlangsung di salah satu hotel ternama di Indonesia. Pesta dengan nuansa Bunga melati serta disuguhkan dengan berbagai jenis makanan dengan tema kebahagian. Tak kalah itu, para tamu undangan pun merupakan keluarga yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Sehingga pesta itu terlihat amat sangat megah.Semua tampak bahagia atas pernikahan yang telah mereka rayakan disaat pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lainnya hingga akhirnya telah menjalin ikatan pernikahan yang menjadi puncak asmara dan tujuan dari hubungan yang telah mereka bangun selama hidupnya.“Bro, kamu lihat gak yang bercahaya di depan kita itu?” tanya Soni dengan serius sambil menunjuk ke arah yang dia maksud.Mark dan Soni sedang duduk di salah satu meja VIP sambil menikmati segelas minuman yang telah disuguhkan dalam pesta pernikaha itu. Karena ruang yang mereka tempati itu hanyalah orang-orang yang dari keluarga kaya, tentu setiap orang yang ada di dalamnya merupakan tamu yang sangat terhormat.Mark dengan serius melihat ke arah yang di tunjuk oleh sahabatnya yang bernama Soni itu. Cahaya yang Soni maksud rupanya seorang wanita yang sedang duduk sendirian sambil fokus memainkan layar ponselnya.Merasa telah di tipu oleh Soni, Mark kembali mengalihkan pandangannya kearah pengantin yang sedang dalam sesi salam-salaman dengan para tamu undangan.Soni yang tampak terkagum-kagum melihat wanita yang sejak tadi ia pandang itu telah berhasil membuat Mark kembali mengarahkan pandangannya kearah wanita itu lagi.“Wah … dia tipe wanita idaman yang aku impikan, Bro!” ucap Soni yang tidak kunjung mengedipkan matanya walau sedetik saat memandang wanita yang sangat ia kagumi itu.“Hahh, biasa aja kali, gak usah norak gitu,” lirih Mark yang mulai bosan dengan sikap berlebihan dari Soni.Mark menoleh ke samping kiri dan kanan hingga sesekali dia menoleh ke belakang seperti sedang mencari sesuatu. Tidak lama kemudian, notifikasi pesan di ponselnya berdering. Dengan segara, Mark membuka pesan itu yang di kirim oleh Septian yang merupakan asisten pribadinya.“Bos, wanita itu sedang berada di ruang VIP,” isi pesan itu.Mark terkejut membaca pesan itu, karena dia sendiri sedang berada di ruangan yang sama dengan wanita yang ia maksud.“Warna bajunya apa, atau kirimkan saja fotonya biar saya mudah mengenalinya!” balas Mark.“Wanita itu memakai baju warna abu-abu, dengan warna hijab yang sama, dia juga memakai kaca mata berwarna coklat,” balas Septian lagi.“Susah banget nyarinya, coba Kamu fotoin saja biar cepat,” suruh Mark.“Maaf, Bos, saya tidak berani!” balas Septian yang tidak merasa segan dengan Mark.“Aish … untung aku bos yang sangat baik hati, kalau tidak sudah ku pecat ni anak,” kesal Mark setelah membaca pesan dari Septian.Soni yang masih terpesona dengan kecantikan dari wanita itu tidak merespon apa-apa atas kekesalan yang Mark rasakan.“Hai, Mark,” panggil Tamara dari samping kanan mereka.Tamara dengan nama lengkap Tamara Andini itu adalah sahabat kecil Mark yang telah di rencanakan oleh orang tuanya sebagai calon tunangan untuk Mark. Hanya saja, semenjak Mark mengetahui bahwa, Tamara lah yang meminta untuk bertunangan dengannya telah membuat Mark menjaga jarak sejauh-jauh mungkin dengan Tamara.Tamara dengan senyum bahagianya berjalan kearah Mark dan Soni untuk menyapa mereka berdua. Namun, sebelum Tamara tiba di meja mereka, Mark kemudian berdiri dan meninggalkan Soni yang masih keasikkan memandang wanita yang bercahaya di matanya itu.“Eh, kok malah pergi sih,” kesal Tamara yang di tinggalkan secara mentah-mentah oleh Mark.Suara Tamara telah menggangu kekhusyukkan Soni. Sehingga tidak hanya Tamara, Soni pun ikut kesal karena wanita yang sedang berisik di sampingnya telah menggangunya.“Eh wanita, bisa gak sih kamu gak berisik, ganggu tau,” ucap Soni.Tamara yang masih kesal karena ditinggalkan oleh Mark kembali kesal kepada Soni dengan ucapan yang keluar dari mulut tajamnya itu. Soni yang biasanya selalu mengeluarkan kata-kata yang hampir menyakiti orang-orang yang mendengarnya masih tidak sadarkan diri dan tidak peduli dengan perasaan Tamara, bahkan Soni tidak merasa bersalah sama sekali dengan Tamara.“Tolong ya, itu mulut di jaga, gue sakit hati tau!” ucap Tamara dengan kesal.Tampaknya Soni mulai merasa bersalah atas perkataanya kepada Tamara. Soni baru sadar bahwa wanita yang sedang berbicara dengannya itu adalah wanita yang sangat mudah terbawa perasaan. Karena merasa bersalah hingga membuat Soni terdiam sejenak dan menatap penuh kearah Tamara lalu dengan lantang berkata tanpa berpikir panjang.“I don’t care,” tegasnya sambil mengejek Tamara kembali.“Ih, dasar lelaki, gak minta maaf lagi,” kesalnya.Soni yang hanya membalas Tamara dengan senyum percaya diri dan tidak merasa bersalah sama sekali.“Eh, Mark pergi kemana, sama siapa, dan pulang sama siapa nanti?” tanya Tamara yang mulai mengabaikan rasa kekesalannya atas perilaku Soni.Soni menghela nafasnya lalu menjawab.“Tanya ke orangnya dong bukan ke gue. Makanya kalau sahabat ya sahabat aja jangan baper sampai minta tunangan. Tuh rasain gak bisa pulang bareng lagi, gak bias ngobrol lagi. Ingat jangan baperan dengan sahabat sendiri, ok.” lalu berdiri dan kembali mengejek Tamara dengan senyum yang sangat menyebalkan itu.“Heh, perasaan yang namanya Soni itu juga pernah baper dengan sahabatnya yang bernama Tamara yang sangat cantik. Bahkan Dia rela memutuskan pacarnya karena Tamara itu memberikan lampu hijau kepada lelaki yang bernama Soni itu. Namun, sayangnya Tamara hanya memanfaatkan perasaan lelaki yang bernama Soni itu agar Tamara bisa dekat dengan sahabat lelaki itu,” balas Tamara.“Dan lelaki itu sekarang tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada wanita yang bernama Tamara itu karena dia baru menyadari bahwa wanita itu adalah wanita yang tidak berhati manusia melainkan berhati kucing yang hanya mendekati manusia karena dia ingin makan dan setelahhnya dia pergi begitu saja dan sekarang lelaki itu sudah memiliki wanita yang ia sukai. Oh, sepertinya wanita yang bernama Tamara itu juga harus melihat wanita yang di sukai oleh lelaki yang bernama Soni itu,”“Oh, ya ….” balas Tamara.“Oh, tentu. Dan wanita yang di sukai lelaki yang bernama Soni itu ada di depan kamu,” ucap Soni sambil menunjuk kearah wanita yang Ia pandang sebelumnya.“Hahaha ….” tawa Tamara dengan terbahak-bahak.“Dan wanita yang bernama Tamara ikut serta berbahagia kepada lelaki yang bernama Soni karena telah menemukan kekasih idamannya. Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat bahwa masih banyak wanita di luar sana yang bisa kamu sukai selain meja itu, wahai lelaki yang bernama Soni,” tawa lepas Tamara.“Ishh … tapi tadi beneran ada wanita cantik yang duduk di situ loh, sungguh,” ucap Soni dengan sangat serius.“Dasar halu, untung lo sahabat gue, kalau gak uda gue laporin,” cetus Tamara dengan tawa kecilnya.
Bersambung …“Sahabat mana gitu,” ucap Soni.“Suka-suka gue,” jawab Tamara lalu pergi meninggalkan Soni.Soni yang masih kecewa karena Tamara datang mengganggunya sehingga wanita yang ia sukai itu sudah pergi.“Eh, tunggu, maksud wanita baper itu laporin gue apa coba?” tanya Soni pada dirinya sendiri lalu pergi mencari Mark dan wanita yang ia kagumi itu.Sembari menjauhkan diri dari Tamara, Mark juga pergi untuk menemui Septian yang berada di luar gedung. Mark kesusahan menemukan wanita itu karena banyak tamu VIP yang memakai baju dan hijab berwarna abu-abu. Mark juga tidak dikirimkan oleh Septian foto dari wanita itu karena Septian tidak berani mengambil gambarnya dengan alasan yang tidak masuk akal.Mark menunggu di depan lift hingga lift itu terbuka. Saat pintu lift mulai tertutup, seorang wanita menghentikan pintunya sehingga kembali terbuka.“Maaf, boleh saya bergabung?” tanya wanita itu.“Oh, tentu. Lift ini bukan punya
Sembari memikirkan cara, tiba-tiba Soni mengejutkan Mark dari belakang. Soni tampak kelelahan untuk mencari Mark hingga akhirnya bisa bertemu juga. Melihat wajah Soni, telah berhasil membuat Mark mendapatkan ide.Ide itu muncul karena sifat Soni yang langsung to the point tanpa berfikir panjang telah menjadi inspirasi untuknya bertemu secara langsung dengan Nasya.“Hei, Bro, kamu darimana saja sih, aku mencarimu ke sudut sana dan sini hingga akhirnya menemukanmu di tengah keramaian begini. Aku sangat lelah … kiita harus pulang sekarang, ok!” ungkap Soni yang masih menstabilkan nafasnya yang sangat kelelahan.Mark tidak menjawab pertanyaan dari Soni ataupun mengiakan permintaan dari Soni untuk pergi dari pesta itu. Bahkan Mark masih menatap tajam ke arah Soni yang diakhiri dengan senyum manisnya.“Son, kamu sudah bertemu dengan wanita yang tadi sangat kamu kagumi di ruang VIP?” tanya Mark dengan segera.“Hahaha, Bro-bro, kamu memang
Malam hari pun telah tiba, suasana di malam itu sangat terlihat indah.Mark yang baru saja tiba di gedung apartemennya langsung duduk menghabiskan waktu di taman yang berada tepat di lantai atas miliknya.Mark berusaha menenangkankan diri dengan hanya mengingat kenangan indah dalam hidupnya hingga membuat perasaannya mulai membaik. Setelah semuanya kembali menjadi normal, Mark masuk kedalam kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi.Sembari mengeluarkan ponsel dan dompat yang berada di saku jasnya, Mark menemukan selembaran kertas yang di berikan oleh Septian.Kertas itu berisi nomor telepon dan jadwal acara Nasya untuk beberapa hari kedepan. Mark hanya tersenyum atas bantuan yang telah diberikan oleh calon perebut posisinya di dalam perusahaan itu.Seperti hari-hari sebelumnya, Mark selalu berangkat untuk bekerja dengan semangat dan tidak pernah lupa dengan wajah dinginnya kepada karyawan terutama bagi karyawan wanita. Namun, ekspresi itulah yang s
“Assalamualaikum, Nasya,” sapa Mark.Nasya yang sebelumnya terfokus pada layar ponselnya kemudian menatap kearah sumber suara yang menyapanya.“Waalaikum salam,” jawabnya dengan segera.“Maaf, saya menggangu. Perkenalkan saya Mark,” sambil memberikan kartu namanya ke Nasya.Setiap orang pasti terkejut dengan tingkah Mark. Bagaimana tidak, seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba menghampiri dan memperkenalkan diri bahkan tanpa dipersilahkan untuk duduk. Tentu bagi Nasya, Mark adalah orang yang kurang memiliki kesopanan sebagai lelaki.“Saya juga minta maaf, dan apa maksudnya ini? Seingat saya, saya tidak memiliki janji bisnis sama siapapun saat ini,” tolak Nasya dengan senyuman.“Ya, saya memang tidak memiliki janji dengan anda, hanya saja … oh, mungkin kita telah ditakdirkan untuk bertemu di restoran ini. Kebetulan saya melihat Anda yang tampak fa
Mark tengah sibuk membaca dukumen kerjanya di kantor. Tidak lama kemudian, ponsel Mark berdering. Panggilan masuk itu dari Soni.“Bro … aku sedang patah hati,” tangis lebay Soni.“Aku bukan pakar atau dokter yang mengobati orang yang sedang patah hati. Jadi, mohon maaf Anda salah orang,” ucap Mark.“Bro, Nasya mengirimkan undangan pertunangannya,” lanjut Soni.“Hah, Nasya akan tunangan?” tanya Mark untuk memastikan.Soni menceritakan kepada Mark tentang undangan pernikahan yang telah dikirimkan oleh Nasya.Soni mencurahkan semua kekecewaannya atas undangan itu, padahal dia sangat berharap bisa mengenal Nasya lebih dalam lagi. Sebaliknya, bukan ikut menenangkan hati dan pikiran Soni, Mark langsung menutup panggilan yang sedang berlangsung itu.Kabar pertungan Nasya tentu akan membuat Mark kesulitan untuk mendekatinya, sebab jika hari pertun
“Bro … Bro, kamu di dalam kan? Gawat … cepat keluar, kamu harus melihatnya,” teriak Soni di balik pintu kamar mandi.“Gawat-gawat, lihat pakaianku, ini lebih dari gawat,” kesal Mark sambil menunjukkan pakaiannya yang sudah kotor itu ke Soni.“Itumah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang akan kamu lihat. Bahkan jantungmu akan berhenti berdetak setelah menilhatnya,” ucap Soni sambil menarik tangan Mark untuk ikut bersamanya.Hal yang di tunjukan kepada Mark itu adalah lelaki yang menjadi tunangan dari Nasya. Lelaki itu bernama Haris Pratama yang merupakan musuh sekaligus saingan perusahaan dari Mark. Terlebih lagi, persaingan di antara keduanya merupakan permasalahan hubungan internal sehingga terus berkepanjangan hingga mereka sudah dewasa.Hubungan yang kurang baik diantara mereka telah berubah menjadi dendam di waktu yang terbilang sangat lama.Tampaknya Ma
Semua tamu undangan terkejut melihat pasangan yang baru saja bertunangan itu sama-sama terjatuh. Tidak hanya itu, mereka semua juga menatap kearah Mark yang masih saja memegang gaung Nasya.Nasya kemudian berdiri dengan bantuan teman-temannya lalu membantu Haris juga.“Kamu tidak apa-apa, Mas?” tanya Nasya penuh khawatir.“Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu? Kamu terluka?” tanya balik Haris.Nasya kemudian menatap kearah Mark yang masih memegang ujung gaungnya. Tidak salah lagi bahwa dia terjatuh bukan karena tersandung atau sebagainya melainkan Mark telah menginjak gaungnya.Haris dan Nasya tentu tidak meresa sakit atau terluka akibat kecelakaan itu, hanya saja menanggung malu yang membuat mereka sangat kesal dengan Mark yang bahkan tidak meminta maaf atau membantu mereka.Tatapan tajam Nasya ke Mark membuat Soni menyadarkan Mark dengan mengejutkannya agar melepas ga
Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark t