Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.
Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.
Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark tidak memiliki pengalaman di bidang yang sifatnya romantis.
Mark berusaha dengan sangat keras untuk membuat keluarganya hidup dengan kebahagian, sehingga novel romantis itulah yang Mark jadikan sebagai tuntunannya untuk melakukan sesuatu yang sifatnya mengikat hati keluarganya dengan berbagai perhatian yang tidak akan terlupakan.Sembari menikmati indahnya kehangatan malam, ponsel Mark berdering sebagai pertanda panggilan masuk dari seseorang.“Assalamualaikum, Gadis Kecilku,” sapa Mark dengan nada manjanya.“Waalaikum salam, Raja Lajang. Giliran di telpon aja baru ingat, coba kalau tidak mungkin aku gak di ingat sama sekali,” kesal Gadis itu.“Mmm … jangan khawatir Raja Lajang ini selalu mengingat gadis kecilnya hampir di setiap jam,” balas Mark.“Ih … kok setiap jam sih, harusnya di setiap detiklah,” lanjut Gadis itu.Gadis kecil yang sedang berbicara dengan Mark itu bernama Anya Maschella Castello yang merupakan adik kandung dari Mark. Anya sedang menempuh pendidikan seninya di Swiss, sehingga hanya beberapa kali dia kembali ke Indonesia.Anya sangat berbeda dengan Mark, dia tidak ingin merambah ke dunia kerja apalagi berkaitan dengan masalah perusahaan. Anya hanya akan fokus jika hal yang ia lakukan berkaitan dengan piano. Sehingga Mark lah menjadi pewaris tunggal perusahaan mereka sesuai permintaan dari Anya sendiri.
Anya terbilang cukup sukses di kariernya, selain menjadi mahasiswi di kampusnya, dia juga sudah dipercayakan sebagai guru les piano di kampus yang ia duduki. Sehingga waktunya untuk pulang ke kampung halaman sangat susah selain dia harus mengambil cuti.“Baiklah, Raja Lajang ini akan memikirkan gadis kecilnya di setiap menit, karena kalau di setiap detik itu hanya untuk Mama sama Papa,” canda Mark yang mau memanas-manaskan perasaan adiknya.“Males banget deh ngobrol sama Raja Lajang yang hanya memikirkan orang yang sudah menyayanginya bukannya orang yang mau di sayanginya. Kak, kapan sih kamu perkenalkan calon Kakak ipar ke aku, atau kamu malu ya,” ejek Anya.“Nya, kakak ngantuk banget nih, lain kali kalau mau ngobrol jangan di jam segini, ok,” “Tunggu, kak. Baru aja bahas kakak ipar, langsung ngantuk, gimana kalau bahas pernikahan mungkin kakak gak bisa bernafas lagi,” lanjut Anya.“Hmm … Nya, mau nitip pesan apa atau ada yang bisa kakak bantu?” “Besok jemput Anya di bandara, ok. Ingat, jangan bilang ke Mama dan Papa. Awas aja kalau mereka sampai tahu, ku sumpahin kakak dapat jodoh secepat mungkin,” tutup Anya setelah memberitahukan ke Mark bahwa dia akan pulang ke Indonesia.Mark hanya menggelengkan kepalanya atas perkataan adiknya itu.Jam telah menununjukka pukul sebelas malam, Mark dengan segera membawakan gelas kopi dan bukunya ke dalam rumahnya.
Mark bersiap-siap untuk istirahat karena besok adalah hari yang sangat berharga untuknya karena bertemu dengan adik yang sangat ia sayangi. Namun, seketika menutup ponselnya, Mark teringat dengan kajadian yang telah terjadi di hari itu, bahkan Nasya tak kunjung membalas pesan maaf darinya.“Mungkin dia belum membacanya,” santai Mark lalu meletakkan ponselnya dan mematikan lampu.Setiap masalah pasti ada solusinya sendiri, hanya saja kita perlu menunggu agar waktu yang tepat itu tiba. Begitu juga dengan harapan yang tidak boleh kita abaikan bahkan mencoba melupakannya sebab sesuatu yang akan terjadi untuk masa depan itu merupakan hasil dari salah satu harapan yang kita harapkan. Tidurlah jika kamu mengangap harimu melelahkan, karena saat kamu membuka mata keesokan harinya, semuanya akan menjadi indah.Percayalah tuhan memiliki rencana yang lebih indah dibandingkan rencana yang kita miliki!.
Adzhan subuh pun berkumandang, Mark segera mandi lalu pergi ke masjid terdekat untuk berjama’ah. Setelahnya, Mark langsung pergi ke bandara untuk menjemput Anya. Di tengah perjalanan menuju bandara, Mark melihat sebuah mobil yang berhenti di tengah jalan. Mark berhenti tepat di belakang mobil itu dengan tujuan untuk menawarkan bantuan karena terlihat hanya seoarang wanita di sekitaran mobil itu.Meskipun Mark sangat jarang sekali membantu orang lain, hanya saja Mark juga tidak akan membiarkan seseorang yang sedang dalam kesulitan apalagi dalam suasana yang sepi.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu?” tanya Mark dengan cuek tapi peduli.“Mobil saya tiba-tiba mati. Dan kebetulan juga tidak ada satupun orang yang melintasi jalan ini,” jawab wanita itu.“Boleh saya periksa?” izin Mark.“Tentu,”Mark tidak bisa membantu melihat atau memperbaiki kerusakan mobil wanita itu, hanya saja dia menawarkan bantuan kecil yang bisa ia lakukan yaitu memesan taksi langganan keluarganya di tengah kemacetan panjang atau hal yang mendesak.Mark tidak mau menawarkan tumpangan kepada wanita itu untuk naik ke mobilnya karena dia tidak pernah mengizinkan wanita lain selain ibu dan adiknya untuk semobil dengannya apalagi wanita itu sama seperti Nasya yang memakai hijab. Padahal mereka berdua sama-sama memiliki satu tujuan yaitu pergi ke bandara untuk menjemput adiknya yang baru datang dari luar negeri.
Setelah taksi yang dipesannya tiba, Mark langsung melanjutkan perjalanannya. Tidak lupa, Mark mampir di tokoh bunga dan boneka untuk diberikan ke Anya karena sesuai novel yang ia baca, bahwa wanita sangat menyukai bunga atau boneka.Tak lupa juga, Mark menghubungi Septian untuk mengabari kepadanya bahwa jadwal pekerjaannya hari itu ditunda karena dia tidak masuk kerja.Sesampainya di bandara, Mark menunggu Anya menghubunginya di sebuah restoran terdekat. Meskipun Anya masih lama datang, tetepi Mark sudah bersiap menunggu kapanpun Anya datang. Prinsip lainya yang telah tertanam pada dirinya bahwa dia tidak akan membuat orang yang sangat ia sayangi menunggunya.“Kak, Anya sudah sampai di bandara, Kakak tunggu dimana?” isi pesan Anya.Mark dengan segera menghampiri Anya dengan membawa bunga dan boneka yang berukuran cukup besar.“Raja Lajang,” panggil Anya dari samping kanan Mark.Mark menoleh ke sumber suara. Sedangkan Anya mulai berlari menghampiri Mark.Anya langsung memeluk erat kakaknya karena hampir setahun mereka tidak berjumpa. “Kakak tidak bisa bernafas lagi, Nya,” ucap Mark yang mulai malu dilihat oleh orang-orang yang berada di bandara itu.“Biarin, Kakak pingsan aja, aku gak peduli,” Anya yang masih tidak melepas pelukan rindunya.“Ehem … Nya, siapa lelaki itu?” tanya seorang Pria yang baru saja menghampiri mereka.Anya kemudian melepas pelukannya, lalu memperkenalkan Mark kepada pria itu bahwa Mark adalah saudara lelakinya yang sangat ia sayangi. Anya juga mengejek Mark karena tiba-tiba bertingkah romantis dengan membawa bunga dan boneka untuk menyambut kedatangannya. Padahal semenjak ia lahir di dunia, Mark tidak pernah melakukan hal itu karena Mark selalu mempertahankan harga dirinya.Tidak lama kemudian seorang wanita yang sebelumnya di tolong oleh Mark juga menghampiri mereka.Bersambung …Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi.“Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya
“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada
Meskipun Mark sudah berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi atas kedatangan dokter Briyan yang tiba-tiba serta dengan obat-obatan yang ada di dalam tas mamanya. Hanya saja, Mark belum berhasil untuk mengetahuinya.Mark yang sedang beristirahat di kamar sambil memainkan ponselnya dengan amat serius. Tiba-tiba, bu Saras mengetuk pintu kamarnya.“Masuk. Ma ….” teriak Mark yang tengah menikmati kenyamanan di tempat tidurnya.“Mark, hari ini mama sangat bahagia sekali,” tutur Bu Saras dengan wajah yang amat berseri-seri.“Bagus dong, tapi hal apa ni yang tiba-tiba membuat Mamaku yang paling cantik di dunia ini begitu sangat bahagia?” tanya Mark yang memegang tangan Mamanya.“Mama sangat senang karena keluarga kecil kita berkumpul di sini. Mama sangat-sangat merindukan masa-masa seperti ini, Nak,” haru Bu Saras hingga kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.Mark yang memang tidak ingin membuat mamanya menangis didepan
Semua yang berhadir di dalam rapat itu pun lebih terkejut lagi setelah mendengar ucapan Mark untuk tidak bergabung dalam memenangkan tender itu.Sebagai CEO, Mark memang memiliki hak untuk menentukan perusahaanya untuk ikut serta dalam tender atau tidak, selain itu kemampuan yang dimiliki Mark yang tidak diragukan lagi tentu membuat karyawannya bergantung padanya sehingga baik tim eksekutif lainnya yang ingin bergabung dalam tender itu tidak akan bisa melanjutkannya selain dari perintah presiden Direktur (Persdir) perusahaan yang dimaksud itu adalah Abraham Malik Castello yang tak lain adalah ayah Mark.Septian menutup rapat itu, karena tidak ada lagi yang akan di diskusikan jika perusahaan mereka tidak ikut dalam tender itu.“Mark, tender ini sangat menguntungkan perusahaan. Tolonglah, jangan mencampuri pekerjaan dengan masalah pribadimu.” protes Septian yang baru saja tiba di ruangan Mark.Mark hanya memandang d
Cen bukan hanya sebagai kepala manajemen meliankan temannya saat duduk di bangku SMA. Mark kerap kali membantu Cen dari serangan kakak letting mereka dulu, sehingga perintah Mark itu merupakan suatu kebanggaan untuknya.Tidak berlama-lama lagi, Cen segera memerintahkan semua karyawan yang bertugas untuk memblokir semua pintu masuk dan keluar pada kawasan bandara itu.Setelah semuanya berjala sesuai perintahnya, Mark yang sebelumnya dalam keadaan lelah mulai kuat kembali. Dia kemudian mulai mencari Septian di lantai atas. Tak lupa juga, Mark mengirimkan foto Septian kepada Cen agar mempermudah baginya untuk menemukan di CCTV.Meskipun sudah mengelilingi lantai dua, Mark tidak juga menemukan Septian.“Apa yang kamu lakukan, Mark. Jangan membuat orang lain terpaksa mengikuti egomu.” ucap seseorang yang berasal dari ruang pengumuman di stasiun bandara itu.Seketika langkah Mark terhenti setelah mend
“Saya terima nikah dan kawinnya Malika Fitria Binti Marzuki dengan seperangkat alat shalat di bayar tunai ….” lantang Bagus dengan sangat percaya diri ketika mengucap ijab dan kabul kepada penghulu, saksi dan seluruh tamu undangan yang menghadiri pernikahannya dengan kekasih hatinya yang bernama Malika.“Sah,” ucap saksi dan semua orang yang menyaksikan acara pernikahan itu.Pesta pernikahan itu berlangsung di salah satu hotel ternama di Indonesia. Pesta dengan nuansa Bunga melati serta disuguhkan dengan berbagai jenis makanan dengan tema kebahagian. Tak kalah itu, para tamu undangan pun merupakan keluarga yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Sehingga pesta itu terlihat amat sangat megah.Semua tampak bahagia atas pernikahan yang telah mereka rayakan disaat pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lainnya hingga akhirnya telah menjalin ikatan pernikahan yang menjadi puncak asmara dan tujuan dari hubun
“Sahabat mana gitu,” ucap Soni.“Suka-suka gue,” jawab Tamara lalu pergi meninggalkan Soni.Soni yang masih kecewa karena Tamara datang mengganggunya sehingga wanita yang ia sukai itu sudah pergi.“Eh, tunggu, maksud wanita baper itu laporin gue apa coba?” tanya Soni pada dirinya sendiri lalu pergi mencari Mark dan wanita yang ia kagumi itu.Sembari menjauhkan diri dari Tamara, Mark juga pergi untuk menemui Septian yang berada di luar gedung. Mark kesusahan menemukan wanita itu karena banyak tamu VIP yang memakai baju dan hijab berwarna abu-abu. Mark juga tidak dikirimkan oleh Septian foto dari wanita itu karena Septian tidak berani mengambil gambarnya dengan alasan yang tidak masuk akal.Mark menunggu di depan lift hingga lift itu terbuka. Saat pintu lift mulai tertutup, seorang wanita menghentikan pintunya sehingga kembali terbuka.“Maaf, boleh saya bergabung?” tanya wanita itu.“Oh, tentu. Lift ini bukan punya
Sembari memikirkan cara, tiba-tiba Soni mengejutkan Mark dari belakang. Soni tampak kelelahan untuk mencari Mark hingga akhirnya bisa bertemu juga. Melihat wajah Soni, telah berhasil membuat Mark mendapatkan ide.Ide itu muncul karena sifat Soni yang langsung to the point tanpa berfikir panjang telah menjadi inspirasi untuknya bertemu secara langsung dengan Nasya.“Hei, Bro, kamu darimana saja sih, aku mencarimu ke sudut sana dan sini hingga akhirnya menemukanmu di tengah keramaian begini. Aku sangat lelah … kiita harus pulang sekarang, ok!” ungkap Soni yang masih menstabilkan nafasnya yang sangat kelelahan.Mark tidak menjawab pertanyaan dari Soni ataupun mengiakan permintaan dari Soni untuk pergi dari pesta itu. Bahkan Mark masih menatap tajam ke arah Soni yang diakhiri dengan senyum manisnya.“Son, kamu sudah bertemu dengan wanita yang tadi sangat kamu kagumi di ruang VIP?” tanya Mark dengan segera.“Hahaha, Bro-bro, kamu memang