“Bro … Bro, kamu di dalam kan? Gawat … cepat keluar, kamu harus melihatnya,” teriak Soni di balik pintu kamar mandi.
“Gawat-gawat, lihat pakaianku, ini lebih dari gawat,” kesal Mark sambil menunjukkan pakaiannya yang sudah kotor itu ke Soni.“Itumah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang akan kamu lihat. Bahkan jantungmu akan berhenti berdetak setelah menilhatnya,” ucap Soni sambil menarik tangan Mark untuk ikut bersamanya.Hal yang di tunjukan kepada Mark itu adalah lelaki yang menjadi tunangan dari Nasya. Lelaki itu bernama Haris Pratama yang merupakan musuh sekaligus saingan perusahaan dari Mark. Terlebih lagi, persaingan di antara keduanya merupakan permasalahan hubungan internal sehingga terus berkepanjangan hingga mereka sudah dewasa.Hubungan yang kurang baik diantara mereka telah berubah menjadi dendam di waktu yang terbilang sangat lama.
Tampaknya Mark semakin kesulitan untuk membangun hubungan kerja sama dengan Nasya apalagi dia sudah bertunangan dengan musuh lamanya. Namun, dendam itu akan Mark simpan terlebih dahulu karena Mark lebih mengutamakan untuk membatalkan pertungannya dengan Tamara.“Mereka terlihat sangat bahagia, Bro. mereka sama sekali tidak memperdulikan perasaanku,” kesal Soni.“Mereka hanya berusaha terlihat bahagia di depan kita, padahal mereka tidak menyukai satu sama lainnya,” ujar Mark.“Maksudmu, pertungang mereka tidak didasari dengan cinta?” tanya Soni.Mark kemudian membisikkan kepada Soni dan berkata “Sebenarnya mereka tidak mau tunangan tetapi langsung menikah.”“Dasar,” kesal Soni setelah mendengar perkataan Mark.Mark kemudian mengajak Soni untuk memberikan ucapan selamat kepada Nasya dan Haris. Namun, ada yang aneh dengan tingkah mereka berdua saat melihat Mark datang menghampiri mereka. “Aku tidak menyangka bahwa teman lamaku yang selalu aku pikirkan di setiap menit kini datang menyaksikan hari kebahagianku,” ucap Haris dengan nada sombongnya.Nasya kemudian menatap kearah Mark dan Soni setelah mendengar ucapan Haris yang berdiri di sampingnya.“Eh, Mas Soni, terima kasih sudah datang,” sambut Nasya.Soni hanya membalas Nasya dengan senyuman manisnya meskipun dia masih dalam perasaan terluka. Tidak jauh berbeda dengan perasaan Mark yang dimana dia tidak di sambut oleh Nasya bahkan Nasya tidak melirik kearahnya sama sekali.“Selamat buat kalian berdua, semoga kalian bisa bahagia sampai maut memisahkan, tapi jika lelakinya meninggal duluan juga tidak masalah, kok,” ucap Mark.“Bro, itu doa atau kamu sedang mengutuk pernikahan mereka,” bisik Soni.“Haha … kamu memang tidak berubah sama sekali, Mark. Saya cukup bangga dan berterima kasih atas doamu yang sangat luar biasa itu,” ujar Haris dengan senyum tiis yang sangat menjengkelkan.“Oh ia, Nasya, saya sangat berterima kasih dan sangat terhormat untuk menghadiri acaramu yang sangat berharga ini,” ucap Mark lagi.“Maaf, sepertinya kamu salah berterima kasih. Seingat saya, kamu temannya Mas Haris, jadi undangan itu dari dia bukan dari saya,” ungkap Nasya.Malu, tentu perasaan itulah yang dirasakan oleh Mark. Bagaimana tidak, sebelumnya sudah merasa bahagia kerena memiliki kesempatan untuk mengenal Nasya dengan diberikannya undangan pertunangan dan ternyata undanga itu dikirim oleh musuhnya.Harga diri Mark jatuh dihadapan Haris setelah mendengar pernyataan yang menyakitkan itu dari Nasya. Tidak heran jika sebelumnya, undangan itu sempat tidak dipercayakan oleh Mark dari Nasya.
Haris tampaknya telah memukul wajah musuh melalui pernyataan dari Nasya sehingga dia sangat merasa puas melihat ekspresi dari Mark yang begitu memalukan dengan penuh amarah.“Ok, saatnya sesi foto bersama dengan calon pengantin.” ucap pembawa acara itu.Mark yang tidak bisa berkata apa-apa lagi dengan segera meninggalkan Nasya dan Haris.“Bro, kenapa kamu tidak bilang bahwa temanmu yang menjadi tunangan Nasya?” sesal Soni.“Eh, kalau aku tau dia yang mengirimkan undangan itu. Jangankan menghadiri acara yang membuang-buang waktu ini, menerima undangan itu saja aku tidak mau!” tegas Mark dengan emosi yang tidak stabil.“Bro, santai dong, aku kan cuma tanya doang bukan ajak perang,” sanggah Soni.“Satu hal lagi, dia bukan temanku melainkan musuh!” tegas Mark.“Dia juga musuhku sekarang,” tambah Soni.Mark kemudian mengambil ponsel dari saku jasnya untuk menghubungi Septian.“Kenapa kamu tidak bilang kalau undangan itu dari Haris bukan dari Nasya?” tanya Mark dengan segera setelah Septian mengangkat teleponnya.“Oh, ternyata kamu sudah mengetahuinya. Bagaimana? Apakah kamu senang telah bertemu dengan orang yang sangat kamu benci?” ucap Septian.“Jadi, kamu memang sengaja melakukannya?” tanya Mark lagi dengan nada yang sedikit tinggi.“Ia, aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa misimu untuk berhasil sangat tipis apalagi musuhmu adalah tunangan dari orang yang akan kamu ajak kerja sama,” jawab santai Septian.“Sepertinya, kamu belum mengenal Mark yang sesungguhnya. Ini semakin menarik untuk dilanjutkan, jadi jangan harap bahwa aku akan menyerah hanya karena ini,” tutup Mark setelah mengatakannya kepada Septian.Mark kemudian mengajak Soni untuk pulang karena acara itu tidak penting sama sekali. Sayangnya, sesampainya mereka di depan pintu keluar, Haris memanggil Mark melalui microphone.“Mark, bolehkan Kita foto bersama dihari spesial saya,” pinta Haris yang memanaskan hati Mark.Mark kemudian menoleh ke belakang untuk melihat Haris yang sangat menyebalkan itu. Semua orang yang menghadiri acara itu juga menatap kearah Mark. Karena tidak ingin menunjukkan hubungan yang tidak baik dengan Haris, selain itu dia masih harus terlihat baik di depan Nasya sehingga tidak ada pilihan lain selain menerima permintaan itu.Mark dan Soni berdiri di samping Nasya karena dia tidak ingin bersampingan dengan musuh yang bermuka dua itu. Haris semakin merasa puas terhadap amarah dari Mark. Sehingga membuat Haris tidak berhenti tersenyum melihat wajah Mark saat sesi pemotretan berlangsung.Setelah selesai foto bersama, Nasya dan semua wanita yang ikut berfoto bersama itu diminta untuk turun sejenak karena sudah memasuki sesi foto bersama antara calon pengantin lelaki dengan teman-temannya.Gaung Nasya yang lumayan panjang membuatnya yang terakhir untuk turun setelah yang lainnya. Mark dan Soni pun dengan wajah yang tidak senang berfoto bersama dengan musuhnya harus terpaksa bergabung demi menjaga nama baik mereka.“Bro, kita terlalu jauh dari musuh. Melangkah lagi ke depan biar kita bisa dekat dengan musuh dan menakutinya dari jarak dekat,” bisik Soni.Mark kemudian melangkah ke depan agar bisa dekat dengan Haris karena jarak mereka lumayan jauh untuk berfoto sebagai teman sekaligus musuh. Sayangnya, karena masih dalam perasaan kesal, Mark tidak menyadari bahwa gaung Nasya masih di depannya hingga Mark menginjak gaung itu lalu Nasya terjatuh saat turun.“Nasya ….” teriak para tamu saat melihatnya terjatuh.Haris yang kaget melihat tunangannya terjatuh dengan segera berlari membantunya. Namun, sebaliknya Mark yang masih tidak sadarkan diri bahwa dialah penyebab jatuhnya Nasya kemudian mengangkat ujung gaung Nasya yang berada di bawah kakinya tanpa melihat Haris sedang berlari melewati gaung yang baru saja ia angkat, sehingga tidak hanya Nasya yang sebelumnya terjatuh bahkan Haris pun ikut tersandung karena ulah Mark.Bersambung …Semua tamu undangan terkejut melihat pasangan yang baru saja bertunangan itu sama-sama terjatuh. Tidak hanya itu, mereka semua juga menatap kearah Mark yang masih saja memegang gaung Nasya.Nasya kemudian berdiri dengan bantuan teman-temannya lalu membantu Haris juga.“Kamu tidak apa-apa, Mas?” tanya Nasya penuh khawatir.“Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu? Kamu terluka?” tanya balik Haris.Nasya kemudian menatap kearah Mark yang masih memegang ujung gaungnya. Tidak salah lagi bahwa dia terjatuh bukan karena tersandung atau sebagainya melainkan Mark telah menginjak gaungnya.Haris dan Nasya tentu tidak meresa sakit atau terluka akibat kecelakaan itu, hanya saja menanggung malu yang membuat mereka sangat kesal dengan Mark yang bahkan tidak meminta maaf atau membantu mereka.Tatapan tajam Nasya ke Mark membuat Soni menyadarkan Mark dengan mengejutkannya agar melepas ga
Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark t
Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi.“Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya
“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada
Meskipun Mark sudah berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi atas kedatangan dokter Briyan yang tiba-tiba serta dengan obat-obatan yang ada di dalam tas mamanya. Hanya saja, Mark belum berhasil untuk mengetahuinya.Mark yang sedang beristirahat di kamar sambil memainkan ponselnya dengan amat serius. Tiba-tiba, bu Saras mengetuk pintu kamarnya.“Masuk. Ma ….” teriak Mark yang tengah menikmati kenyamanan di tempat tidurnya.“Mark, hari ini mama sangat bahagia sekali,” tutur Bu Saras dengan wajah yang amat berseri-seri.“Bagus dong, tapi hal apa ni yang tiba-tiba membuat Mamaku yang paling cantik di dunia ini begitu sangat bahagia?” tanya Mark yang memegang tangan Mamanya.“Mama sangat senang karena keluarga kecil kita berkumpul di sini. Mama sangat-sangat merindukan masa-masa seperti ini, Nak,” haru Bu Saras hingga kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.Mark yang memang tidak ingin membuat mamanya menangis didepan
Semua yang berhadir di dalam rapat itu pun lebih terkejut lagi setelah mendengar ucapan Mark untuk tidak bergabung dalam memenangkan tender itu.Sebagai CEO, Mark memang memiliki hak untuk menentukan perusahaanya untuk ikut serta dalam tender atau tidak, selain itu kemampuan yang dimiliki Mark yang tidak diragukan lagi tentu membuat karyawannya bergantung padanya sehingga baik tim eksekutif lainnya yang ingin bergabung dalam tender itu tidak akan bisa melanjutkannya selain dari perintah presiden Direktur (Persdir) perusahaan yang dimaksud itu adalah Abraham Malik Castello yang tak lain adalah ayah Mark.Septian menutup rapat itu, karena tidak ada lagi yang akan di diskusikan jika perusahaan mereka tidak ikut dalam tender itu.“Mark, tender ini sangat menguntungkan perusahaan. Tolonglah, jangan mencampuri pekerjaan dengan masalah pribadimu.” protes Septian yang baru saja tiba di ruangan Mark.Mark hanya memandang d
Cen bukan hanya sebagai kepala manajemen meliankan temannya saat duduk di bangku SMA. Mark kerap kali membantu Cen dari serangan kakak letting mereka dulu, sehingga perintah Mark itu merupakan suatu kebanggaan untuknya.Tidak berlama-lama lagi, Cen segera memerintahkan semua karyawan yang bertugas untuk memblokir semua pintu masuk dan keluar pada kawasan bandara itu.Setelah semuanya berjala sesuai perintahnya, Mark yang sebelumnya dalam keadaan lelah mulai kuat kembali. Dia kemudian mulai mencari Septian di lantai atas. Tak lupa juga, Mark mengirimkan foto Septian kepada Cen agar mempermudah baginya untuk menemukan di CCTV.Meskipun sudah mengelilingi lantai dua, Mark tidak juga menemukan Septian.“Apa yang kamu lakukan, Mark. Jangan membuat orang lain terpaksa mengikuti egomu.” ucap seseorang yang berasal dari ruang pengumuman di stasiun bandara itu.Seketika langkah Mark terhenti setelah mend
“Saya terima nikah dan kawinnya Malika Fitria Binti Marzuki dengan seperangkat alat shalat di bayar tunai ….” lantang Bagus dengan sangat percaya diri ketika mengucap ijab dan kabul kepada penghulu, saksi dan seluruh tamu undangan yang menghadiri pernikahannya dengan kekasih hatinya yang bernama Malika.“Sah,” ucap saksi dan semua orang yang menyaksikan acara pernikahan itu.Pesta pernikahan itu berlangsung di salah satu hotel ternama di Indonesia. Pesta dengan nuansa Bunga melati serta disuguhkan dengan berbagai jenis makanan dengan tema kebahagian. Tak kalah itu, para tamu undangan pun merupakan keluarga yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Sehingga pesta itu terlihat amat sangat megah.Semua tampak bahagia atas pernikahan yang telah mereka rayakan disaat pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lainnya hingga akhirnya telah menjalin ikatan pernikahan yang menjadi puncak asmara dan tujuan dari hubun