Beranda / Romansa / Mark Castello / Masa Lalu Dengannya

Share

Masa Lalu Dengannya

 “Bro … Bro, kamu di dalam kan? Gawat … cepat keluar, kamu harus melihatnya,” teriak Soni di balik pintu kamar mandi.

“Gawat-gawat, lihat pakaianku, ini lebih dari gawat,” kesal Mark sambil menunjukkan pakaiannya yang sudah kotor itu ke Soni.

“Itumah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang akan kamu lihat. Bahkan jantungmu akan berhenti berdetak setelah menilhatnya,” ucap Soni sambil menarik tangan Mark untuk ikut bersamanya.

Hal yang di tunjukan kepada Mark itu adalah lelaki yang menjadi tunangan dari Nasya. Lelaki itu bernama Haris Pratama yang merupakan musuh sekaligus saingan perusahaan dari Mark. Terlebih lagi, persaingan di antara keduanya merupakan permasalahan hubungan internal sehingga terus berkepanjangan hingga mereka sudah dewasa.

Hubungan yang kurang baik diantara mereka telah berubah menjadi dendam di waktu yang terbilang sangat lama. 

Tampaknya Mark semakin kesulitan untuk membangun hubungan kerja sama dengan Nasya apalagi dia sudah bertunangan dengan musuh lamanya. Namun, dendam itu akan Mark simpan terlebih dahulu karena Mark lebih mengutamakan untuk membatalkan pertungannya dengan Tamara.

“Mereka terlihat sangat bahagia, Bro. mereka sama sekali tidak memperdulikan perasaanku,” kesal Soni.

“Mereka hanya berusaha terlihat bahagia di depan kita, padahal mereka tidak menyukai satu sama lainnya,” ujar Mark.

“Maksudmu, pertungang mereka tidak didasari dengan cinta?” tanya Soni.

Mark kemudian membisikkan kepada Soni dan berkata “Sebenarnya mereka tidak mau tunangan tetapi langsung menikah.”

“Dasar,” kesal Soni setelah mendengar perkataan Mark.

Mark kemudian mengajak Soni untuk memberikan ucapan selamat kepada Nasya dan Haris. Namun, ada yang aneh dengan tingkah mereka berdua saat melihat Mark datang menghampiri mereka. 

“Aku tidak menyangka bahwa teman lamaku yang selalu aku pikirkan di setiap menit kini datang menyaksikan hari kebahagianku,” ucap Haris dengan nada sombongnya.

Nasya kemudian menatap kearah Mark dan Soni setelah mendengar ucapan Haris yang berdiri di sampingnya.

“Eh, Mas Soni, terima kasih sudah datang,” sambut Nasya.

Soni hanya membalas Nasya dengan senyuman manisnya meskipun dia masih dalam perasaan terluka. Tidak jauh berbeda dengan perasaan Mark yang dimana dia tidak di sambut oleh Nasya bahkan Nasya tidak melirik kearahnya sama sekali.

“Selamat buat kalian berdua, semoga kalian bisa bahagia sampai maut memisahkan, tapi jika lelakinya meninggal duluan juga tidak masalah, kok,” ucap Mark.

“Bro, itu doa atau kamu sedang mengutuk pernikahan mereka,” bisik Soni.

“Haha … kamu memang tidak berubah sama sekali, Mark. Saya cukup bangga dan berterima kasih atas doamu yang sangat luar biasa itu,” ujar Haris dengan senyum tiis yang sangat menjengkelkan.

“Oh ia, Nasya, saya sangat berterima kasih dan sangat terhormat untuk menghadiri acaramu yang sangat berharga ini,” ucap Mark lagi.

“Maaf, sepertinya kamu salah berterima kasih. Seingat saya, kamu temannya Mas Haris, jadi undangan itu dari dia bukan dari saya,” ungkap Nasya.

Malu, tentu perasaan itulah yang dirasakan oleh Mark. Bagaimana tidak, sebelumnya sudah merasa bahagia kerena memiliki kesempatan untuk mengenal Nasya dengan diberikannya undangan pertunangan dan ternyata undanga itu dikirim oleh musuhnya.

Harga diri Mark jatuh dihadapan Haris setelah mendengar pernyataan yang menyakitkan itu dari Nasya. Tidak heran jika sebelumnya, undangan itu sempat tidak dipercayakan oleh Mark dari Nasya.

Haris tampaknya telah memukul wajah musuh melalui pernyataan dari Nasya sehingga dia sangat merasa puas melihat ekspresi dari Mark yang begitu memalukan dengan penuh amarah.

“Ok, saatnya sesi foto bersama dengan calon pengantin.” ucap pembawa acara itu.

Mark yang tidak bisa berkata apa-apa lagi dengan segera meninggalkan Nasya dan Haris.

“Bro, kenapa kamu tidak bilang bahwa temanmu yang menjadi tunangan Nasya?” sesal Soni.

“Eh, kalau aku tau dia yang mengirimkan undangan itu. Jangankan menghadiri acara yang membuang-buang waktu ini, menerima undangan itu saja aku tidak mau!” tegas Mark dengan emosi yang tidak stabil.

“Bro, santai dong, aku kan cuma tanya doang bukan ajak perang,” sanggah Soni.

“Satu hal lagi, dia bukan temanku melainkan musuh!” tegas Mark.

“Dia juga musuhku sekarang,” tambah Soni.

Mark kemudian mengambil ponsel dari saku jasnya untuk menghubungi Septian.

“Kenapa kamu tidak bilang kalau undangan itu dari Haris bukan dari Nasya?” tanya Mark dengan segera setelah Septian mengangkat teleponnya.

“Oh, ternyata kamu sudah mengetahuinya. Bagaimana? Apakah kamu senang telah bertemu dengan orang yang sangat kamu benci?” ucap Septian.

“Jadi, kamu memang sengaja melakukannya?” tanya Mark lagi dengan nada yang sedikit tinggi.

“Ia, aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa misimu untuk berhasil sangat tipis apalagi musuhmu adalah tunangan dari orang yang akan kamu ajak kerja sama,” jawab santai Septian.

“Sepertinya, kamu belum mengenal Mark yang sesungguhnya. Ini semakin menarik untuk dilanjutkan, jadi jangan harap bahwa aku akan menyerah hanya karena ini,” tutup Mark setelah mengatakannya kepada Septian.

Mark kemudian mengajak Soni untuk pulang karena acara itu tidak penting sama sekali. Sayangnya, sesampainya mereka di depan pintu keluar, Haris memanggil Mark melalui microphone.

“Mark, bolehkan Kita foto bersama dihari spesial saya,” pinta Haris yang memanaskan hati Mark.

Mark kemudian menoleh ke belakang untuk melihat Haris yang sangat menyebalkan itu. Semua orang yang menghadiri acara itu juga menatap kearah Mark. Karena tidak ingin menunjukkan hubungan yang tidak baik dengan Haris, selain itu dia masih harus terlihat baik di depan Nasya sehingga tidak ada pilihan lain selain menerima permintaan itu.

Mark dan Soni berdiri di samping Nasya karena dia tidak ingin bersampingan dengan musuh yang bermuka dua itu. 

Haris semakin merasa puas terhadap amarah dari Mark. Sehingga membuat Haris tidak berhenti tersenyum melihat wajah Mark saat sesi pemotretan berlangsung.

Setelah selesai foto bersama, Nasya dan semua wanita yang ikut berfoto bersama itu diminta untuk turun sejenak karena sudah memasuki sesi foto bersama antara calon pengantin lelaki dengan teman-temannya.

Gaung Nasya yang lumayan panjang membuatnya yang terakhir untuk turun setelah yang lainnya. Mark dan Soni pun dengan wajah yang tidak senang berfoto bersama dengan musuhnya harus terpaksa bergabung demi menjaga nama baik mereka.

“Bro, kita terlalu jauh dari musuh. Melangkah lagi ke depan biar kita bisa dekat dengan musuh dan menakutinya dari jarak dekat,” bisik Soni.

Mark kemudian melangkah ke depan agar bisa dekat dengan Haris karena jarak mereka lumayan jauh untuk berfoto sebagai teman sekaligus musuh. Sayangnya, karena masih dalam perasaan kesal, Mark tidak menyadari bahwa gaung Nasya masih di depannya hingga Mark menginjak gaung itu lalu Nasya terjatuh saat turun.

“Nasya ….” teriak para tamu saat melihatnya terjatuh.

Haris yang kaget melihat tunangannya terjatuh dengan segera berlari membantunya. Namun, sebaliknya Mark yang masih tidak sadarkan diri bahwa dialah penyebab jatuhnya Nasya kemudian mengangkat ujung gaung Nasya yang berada di bawah kakinya tanpa melihat Haris sedang berlari melewati gaung yang baru saja ia angkat, sehingga tidak hanya Nasya yang sebelumnya terjatuh bahkan Haris pun ikut tersandung karena ulah Mark.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status