Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.
“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi. “Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya tadi,” ucap Sindi.“Jangan terlalu sungkan, saya hanya membantu sedikit,” jawab Mark lalu mengajak Anya untuk segera pulang karena orang tua mereka sudah menunggunya.Mark kemudian menarik Anya agar segera pergi dari mereka berdua.“Nya, jangan lupa kabari jika kamu sudah sampai di rumah ya,” teriak Rey.Anya hanya menganggukkan kepalanya karena tidak sempat berpamitan dengan Sindi dan Rey.“Cie .. cie … ada yang gerogi ni,” ejek Anya ke Mark setelah keluar dari ruang tunggu di bandara itu.“Lah, siapa yang gerogi coba, Kakak hanya tidak ingin wanita itu menyukai Kakak jika kita berlama-lama disitu. Taulah, Kakak kan diperebutkan oleh banyak wanita,” sombong Mark.“Masak, yang ada semua wanita itu tidak mau mengenal Kakak karena Kakak terlihat angkuh, pria dingin dan sombong, makanya Kakak melajang seumur hidup. Percuma tuh wajah tampan dan karismatik kalau tidak memiliki pacar yang gak guna,” lanjut Anya.“Siapa pria tadi, Kakak gak suka melihatnya. Kamu harus putusin dia nanti malam!” perintah Mark untuk mengalihkan ejekan dari Anya.“Kakak gak punya hak lagi untuk hubungan asmara, Anya. Karena Anya akan memilih jalan asmara sesuai keinginan dan tipe yang Anya sukai. Ingat, Kakak gak berhak dan jangan ikut campur!” tegas Anya dengan nada manjanya.“Kakak gak perduli dan kamu harus memutuskannya nanti malam, kalau tidak, Kakak akan memberikan pelajaran kepadanya dan kamu akan menyesalinya seumur hidup,” perintah Mark lagi.“Awas aja kalau kakak macam-macam ke Rey, Anya jamin kalau nomor kakak akan Anya sebarin ke semua wanita biar kakak pusing karena diganggu mereka,” balas Anya.Hubungan kakak beradik itu memang selalu di baluti dengan canda yang serius. Setiap Anya memberitahuka kepada Mark atau ibunya bahwa dia memiliki teman lelaki, maka Mark akan cepat bertindak untuk menghentikan hubungan mereka. Sehingga, Anya tidak memiliki teman lelaki setelah beberapa kali dihentikan oleh Mark bahkan parahnya lagi Mark mengancam setiap lelaki yang mendekati Anya sehingga kebanyakan Anyalah yang selalu di campakkan oleh pacarnya.Sebelum sampai ke rumah, Mark dan Anya singgah di sebuah restoran langganan mereka untuk membeli steak kesukaan Mamanya. Sore hari pun telah tiba, Mark dan Anya tiba di halaman rumah mereka. Papa dan mamanya belum mengetahui akan kedatangan Anya karena Mark masih belum memberitahukan kepada mereka.Anya dengan segera turun dari mobil karena tidak sabar lagi untuk bertemu dengan kedua orang tuanya yang sangat ia rindukan.Mark hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang mulai tak sabaran untuk bertemu dengan kedua orang tua mereka. Mark, membawakan barang-barang Anya dari mobil beserta oleh-oleh yang telah dibelikan Anya untuk mereka semua.“Pa … Ma … Anya datang.” panggil Anya yang tengah menaikit tangga menuju kamar kedua orang tuanya.“Nona Anya,” sapa Mbok Uti dari arah dapur.Anya menoleh kebelakang, “Mbok ….” panggil Anya dengan nada manjanya.Anya kemudian turun dari tangga untuk bertemu dengan Mbok Uti yang sudah ia anggap sebagai anggota keluarga mereka. “Anya, Kangeen banget sama Mbok, Mbok apa kabar? Mbok sehat kan?” tanya Anya yang bertubi-tubi sambil memeluk erat Mbok Uti.“Mbok, baik dan sangat sehat setelah melihat gadis yang sangat manja ini,” ungkap Mbok Uti.Mark pun tiba di ruang tamu dengan barang bawaannya yang lumayan banyak, pelayan rumah sudah menawarkan bantuan untuk membawakannya, akan tetapi Mark menolak. Mark juga ikut bahagia melihat pertemuan adiknya dan mbok Uti setelah sekian lama tidak bertemu. Mark kemudian meletakkan oleh-oleh itu ke dapur untuk di santap bersama.“Papa sama Mama, dimana?” tanya Anya dengan segera setelah melepas rindu dengan Mbok Uti.“Loh, tuan dan nyonya tidak berada di rumah sejak pagi tadi. Mereka pergi ke rumah sakit untuk menjenguk salah satu sahabat mereka yang sedang di rawat di rumah sakit.”“Ya … Kak,” sesal Anya ke Mark karena tidak memberitahukan kepadanya bahwa kedua orang tua mereka sedang tidak berada di rumah.“Salahmu loh, Nya, kan kamu yang nyuruh Kakak untuk tidak memberitahukan ke mereka,” sanggah Mark yang tidak ingin disalahkan oleh adiknya.Anya kemudian meminta Mark untuk segera menghubungi kedua orang tua mereka. Hanya saja, tidak ada yang mengangkat telepon dari Mark baik pak Bram maupun bu Saras.Tidak ada pilihan lain selain menunggu mereka pulang dari rumah sakit karena mbok Uti juga tidak tahu betul rumah sakit yang mereka kunjungi. Sembari menunggu mereka pulang, Anya bersiap-siap untuk mandi sedangkan Mark ikut serta membantu mbok Uti memanaskan makanan yang telah di masak sebelumnya dan membawanya ke meja makan.Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil dari luar rumah. Tidak lain lagi bahwa yang datang itu adalah kedua orang tua mereka. Untuk membuat kejutan kepada pak Bram dan bu Saras atas kedatangan Anya, Mark meminta tolong ke mbok Uti agar tidak memberitahukan kepada mereka terlebih dahulu atas kedatangan adiknya di Indonesia. Mark dengan segera naik ke lantai atas untuk memberitahukan kepada Anya bahwa kedua orang tua mereka telah tiba dari rumah sakit.“Dik … Dik … buka pintunya,” panggil Mark dari luar pintu kamar Anya.Anya membuka pintu kamarnya.“Kenapa, Kak? Mama sama Papa sudah datang kah?” tanya Anya dengan penuh harap.Mark menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis manisnya.“Tapi … Mama sama Papa belum tahu bahwa kamu sudah pulang. Jadi kita buat kejutan, gimana?” saran Mark.“Ogah … Kakak aja yang sembunyi di sini,” tolak Anya dengan segera turun ke lantai bawah.“Dasar bocah. Kejutan itu menandakan bahwa kita sangat menyayangi orang yang akan kita beri kejutan itu,” ucap Mark yang berhasil menghentikan langkah adiknya.Anya berbalik arah ke belakang, “Kakak sok romantis, deh. Geli tau … Kakak tau dari mana kalau memberi kejutan itu adalah hal romantis?” tanya Anya yang tidak percaya akan sifat romantis dadakan dari Mark.“Dari novel romantis.” jawab Mark sombongnya.Bersambung …“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada
Meskipun Mark sudah berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi atas kedatangan dokter Briyan yang tiba-tiba serta dengan obat-obatan yang ada di dalam tas mamanya. Hanya saja, Mark belum berhasil untuk mengetahuinya.Mark yang sedang beristirahat di kamar sambil memainkan ponselnya dengan amat serius. Tiba-tiba, bu Saras mengetuk pintu kamarnya.“Masuk. Ma ….” teriak Mark yang tengah menikmati kenyamanan di tempat tidurnya.“Mark, hari ini mama sangat bahagia sekali,” tutur Bu Saras dengan wajah yang amat berseri-seri.“Bagus dong, tapi hal apa ni yang tiba-tiba membuat Mamaku yang paling cantik di dunia ini begitu sangat bahagia?” tanya Mark yang memegang tangan Mamanya.“Mama sangat senang karena keluarga kecil kita berkumpul di sini. Mama sangat-sangat merindukan masa-masa seperti ini, Nak,” haru Bu Saras hingga kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.Mark yang memang tidak ingin membuat mamanya menangis didepan
Semua yang berhadir di dalam rapat itu pun lebih terkejut lagi setelah mendengar ucapan Mark untuk tidak bergabung dalam memenangkan tender itu.Sebagai CEO, Mark memang memiliki hak untuk menentukan perusahaanya untuk ikut serta dalam tender atau tidak, selain itu kemampuan yang dimiliki Mark yang tidak diragukan lagi tentu membuat karyawannya bergantung padanya sehingga baik tim eksekutif lainnya yang ingin bergabung dalam tender itu tidak akan bisa melanjutkannya selain dari perintah presiden Direktur (Persdir) perusahaan yang dimaksud itu adalah Abraham Malik Castello yang tak lain adalah ayah Mark.Septian menutup rapat itu, karena tidak ada lagi yang akan di diskusikan jika perusahaan mereka tidak ikut dalam tender itu.“Mark, tender ini sangat menguntungkan perusahaan. Tolonglah, jangan mencampuri pekerjaan dengan masalah pribadimu.” protes Septian yang baru saja tiba di ruangan Mark.Mark hanya memandang d
Cen bukan hanya sebagai kepala manajemen meliankan temannya saat duduk di bangku SMA. Mark kerap kali membantu Cen dari serangan kakak letting mereka dulu, sehingga perintah Mark itu merupakan suatu kebanggaan untuknya.Tidak berlama-lama lagi, Cen segera memerintahkan semua karyawan yang bertugas untuk memblokir semua pintu masuk dan keluar pada kawasan bandara itu.Setelah semuanya berjala sesuai perintahnya, Mark yang sebelumnya dalam keadaan lelah mulai kuat kembali. Dia kemudian mulai mencari Septian di lantai atas. Tak lupa juga, Mark mengirimkan foto Septian kepada Cen agar mempermudah baginya untuk menemukan di CCTV.Meskipun sudah mengelilingi lantai dua, Mark tidak juga menemukan Septian.“Apa yang kamu lakukan, Mark. Jangan membuat orang lain terpaksa mengikuti egomu.” ucap seseorang yang berasal dari ruang pengumuman di stasiun bandara itu.Seketika langkah Mark terhenti setelah mend
“Saya terima nikah dan kawinnya Malika Fitria Binti Marzuki dengan seperangkat alat shalat di bayar tunai ….” lantang Bagus dengan sangat percaya diri ketika mengucap ijab dan kabul kepada penghulu, saksi dan seluruh tamu undangan yang menghadiri pernikahannya dengan kekasih hatinya yang bernama Malika.“Sah,” ucap saksi dan semua orang yang menyaksikan acara pernikahan itu.Pesta pernikahan itu berlangsung di salah satu hotel ternama di Indonesia. Pesta dengan nuansa Bunga melati serta disuguhkan dengan berbagai jenis makanan dengan tema kebahagian. Tak kalah itu, para tamu undangan pun merupakan keluarga yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Sehingga pesta itu terlihat amat sangat megah.Semua tampak bahagia atas pernikahan yang telah mereka rayakan disaat pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lainnya hingga akhirnya telah menjalin ikatan pernikahan yang menjadi puncak asmara dan tujuan dari hubun
“Sahabat mana gitu,” ucap Soni.“Suka-suka gue,” jawab Tamara lalu pergi meninggalkan Soni.Soni yang masih kecewa karena Tamara datang mengganggunya sehingga wanita yang ia sukai itu sudah pergi.“Eh, tunggu, maksud wanita baper itu laporin gue apa coba?” tanya Soni pada dirinya sendiri lalu pergi mencari Mark dan wanita yang ia kagumi itu.Sembari menjauhkan diri dari Tamara, Mark juga pergi untuk menemui Septian yang berada di luar gedung. Mark kesusahan menemukan wanita itu karena banyak tamu VIP yang memakai baju dan hijab berwarna abu-abu. Mark juga tidak dikirimkan oleh Septian foto dari wanita itu karena Septian tidak berani mengambil gambarnya dengan alasan yang tidak masuk akal.Mark menunggu di depan lift hingga lift itu terbuka. Saat pintu lift mulai tertutup, seorang wanita menghentikan pintunya sehingga kembali terbuka.“Maaf, boleh saya bergabung?” tanya wanita itu.“Oh, tentu. Lift ini bukan punya
Sembari memikirkan cara, tiba-tiba Soni mengejutkan Mark dari belakang. Soni tampak kelelahan untuk mencari Mark hingga akhirnya bisa bertemu juga. Melihat wajah Soni, telah berhasil membuat Mark mendapatkan ide.Ide itu muncul karena sifat Soni yang langsung to the point tanpa berfikir panjang telah menjadi inspirasi untuknya bertemu secara langsung dengan Nasya.“Hei, Bro, kamu darimana saja sih, aku mencarimu ke sudut sana dan sini hingga akhirnya menemukanmu di tengah keramaian begini. Aku sangat lelah … kiita harus pulang sekarang, ok!” ungkap Soni yang masih menstabilkan nafasnya yang sangat kelelahan.Mark tidak menjawab pertanyaan dari Soni ataupun mengiakan permintaan dari Soni untuk pergi dari pesta itu. Bahkan Mark masih menatap tajam ke arah Soni yang diakhiri dengan senyum manisnya.“Son, kamu sudah bertemu dengan wanita yang tadi sangat kamu kagumi di ruang VIP?” tanya Mark dengan segera.“Hahaha, Bro-bro, kamu memang
Malam hari pun telah tiba, suasana di malam itu sangat terlihat indah.Mark yang baru saja tiba di gedung apartemennya langsung duduk menghabiskan waktu di taman yang berada tepat di lantai atas miliknya.Mark berusaha menenangkankan diri dengan hanya mengingat kenangan indah dalam hidupnya hingga membuat perasaannya mulai membaik. Setelah semuanya kembali menjadi normal, Mark masuk kedalam kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi.Sembari mengeluarkan ponsel dan dompat yang berada di saku jasnya, Mark menemukan selembaran kertas yang di berikan oleh Septian.Kertas itu berisi nomor telepon dan jadwal acara Nasya untuk beberapa hari kedepan. Mark hanya tersenyum atas bantuan yang telah diberikan oleh calon perebut posisinya di dalam perusahaan itu.Seperti hari-hari sebelumnya, Mark selalu berangkat untuk bekerja dengan semangat dan tidak pernah lupa dengan wajah dinginnya kepada karyawan terutama bagi karyawan wanita. Namun, ekspresi itulah yang s