Malam hari pun telah tiba, suasana di malam itu sangat terlihat indah.
Mark yang baru saja tiba di gedung apartemennya langsung duduk menghabiskan waktu di taman yang berada tepat di lantai atas miliknya.
Mark berusaha menenangkankan diri dengan hanya mengingat kenangan indah dalam hidupnya hingga membuat perasaannya mulai membaik. Setelah semuanya kembali menjadi normal, Mark masuk kedalam kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi.
Sembari mengeluarkan ponsel dan dompat yang berada di saku jasnya, Mark menemukan selembaran kertas yang di berikan oleh Septian.
Kertas itu berisi nomor telepon dan jadwal acara Nasya untuk beberapa hari kedepan. Mark hanya tersenyum atas bantuan yang telah diberikan oleh calon perebut posisinya di dalam perusahaan itu.Seperti hari-hari sebelumnya, Mark selalu berangkat untuk bekerja dengan semangat dan tidak pernah lupa dengan wajah dinginnya kepada karyawan terutama bagi karyawan wanita. Namun, ekspresi itulah yang semakin membuat para karyawan wanita tergila-gila dengan Mark sebab aura karismatiknya semakin terlihat hingga menyempurnakan ketampanan yang ia miliki.Perusahaan milik keluarga Mark berfokus pada bidang design interior yang sudah memiliki cabang di delapan belas Negara, tidak hanya itu dengan jumlah harta diatas rata-rata, Mark sendiri memiliki berbagai fasilitas pribadi seperti apartemen, mobil mewah, hotel, bahkan dia sendiri tidak mengingat seberapa banyak harta yang telah ia miliki itu.Hanya saja, satu hal yang menjadi kelemahan sekaligus kekurangannya adalah tidak pernah membangun hubungan asmara bahkan Mark sendiri mengaku bahwa dia tidak pernah mencintai seorang wanita selain ibu dan adiknya.
Hal itulah yang akhirnya membuat kedua orang tua Mark menjodohkan Mark dengan Tamara yang merupakan satu-satunya sahabat perempuan yang Mark kenal sejak dia hidup di dunia dan dinilai memiliki hubungan yang lumayan dekat dengannya.Setiap hal yang terjadi itu tidak datang secara kebetulan, begitu juga dengan Mark yang bisa dikatakan tidak memiliki rasa terhadap wanita selain wanita yang ada di dalam keluarganya. Sejak dia mengenal makna cinta tepat diusia lima belas tahun, Mark sudah memiliki satu prinsip hidup untuk asmaranya. Prinsip dimana dia tidak akan menikah jika kedua orang tuanya masih hidup karena dia tidak ingin memberikan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada orang lain selain kepada keluarganya.“Hai, Bos ….” sapa Septian yang sedang duduk di mejanya.Mark hanya berjalan seolah-olah tidak mendengar suara apapun. Mark lalu masuk ke ruangannya dan membaca semua berkas-berkas yang sudah tersusun rapi di atas mejanya.Tidak lama kemudian, Septian datang mengetuk pintu dengan membawa dokumen lainnya untuk ditanda tangani oleh Mark.
Sembari menunggu Mark menandatangani dokumen yang dibawakannya, Septian juga melaporkan jadwal pertemuan Mark hari itu. “Sore ini, Bos punya janji dengan perusahan S.O Group,” lapor Septian.“Sore ini!” tanya Mark untuk memastikan.“Ya, dan sekarang kita ada rapat yang sangat penting,” jawab Septian lalu pergi meninggalkan ruangan. Mark dan Septian berjalan menuju ruang rapat. Semua sudah hadir selain mereka berdua. Rapat pun dimulai hingga acara itu selesai.Mark juga harus menghadiri jam makan siang dengan klien pentingnya hingga waktu di hari itu sangatlah penting. Setelah selesai, Mark kembali ke kantornya untuk mempersiapkan diri bertemu dengan klien yang sangat penting di jam sore hari itu.
“Wah … wah … Bos terlihat keren untuk bertemu dengan CEO S.O Group,” puji Septian yang baru masuk ke ruang Mark.“Setiap hari aku selalu terlihat mempesona, bukan seperti seseorang ….” sindir Mark.“Ya-ya, anggap saja hanya kamu yang hidup di dunia untuk saat ini,” balas Septian yang sudah terbiasa mendengar pujian Mark akan dirinya sendiri.Mark kemudian membuka ponselnya untuk menelpon Soni.“Bro, kamu tenang saja, masalah kemarin sudah ku maafkan kok. Taulah … aku memang teman yang luar biasa baik untuk sahabat yang nakal sepertimu,” ucap Soni secara cepat saat menerima telepon dari Mark.“Aku bahkan tidak ingin meminta maaf kepadamu, tapi ya sudahlah mungkin kamu sedang menunggu kata-kata itu. Oh ia, karena baru saja kamu mengatakan bahwa Kamu adalah sahabat yang baik, jadi aku sudah mengirimkan file penting ke emailmu dan kamu harus membukanya di detik ini juga,” ucap Mark.“File kerja sama ini?” tanya Soni setelah membuka file yang dikirimkan oleh Mark.“Yaps, tepat sekali, karena kamu sudah membukanya maka kamu langsung mencetaknya dan jangan lupa untuk menandatanganinya setelah itu kirimkan ke kantorku, ok,”“Gak bisa gitu dong, Aku tau kita memang sahabat cuma kalau masalah perusahaan harus mengikuti prosedur yang baik dan benar, Bro. Apalagi mengenai kerja sama kedua perusahaan. Aku tidak menerima permintaanmu,”“Ya sudah, kalau begitu proyek ini tidak akan aku usulkan ke perusahaanmu dan satu hal yang harus kamu ingat bahwa banyak perusahaan yang sedang menunggu proyek ini untuk mereka tangani,”“Mmm … karena kita sahabat, aku menerima kontraknya dan sudah ku tanda tangani,”“Gitu dong selaku sahabat dan CEO S.O group yang sangat hebat dan cerdas,” ucap Mark lalu menutup teleponnya.Septian kembali datang membuka pintu.“Ini surat kerja sama dari S.O Group,”“Wah, sungguh kerja sama yang hebat dan kerjanya serba cepat tidak seperti seseorang ….” ucap Mark.“Satu hal yang harus kamu ketahui bahwa surat ini sudah di meja saya sejak tiga jam yang lalu sebelum kamu menghubungi CEO nya untuk menandatangani kontrak kerja sama,” sombong Septian.“Kenapa gak bilang dari tadi,” gumam Mark.“Karena aku tidak sombong seperti seseorang,” balas Septian.“Baiklah, waktu untuk bertemu dengan orang yang sangat penting akhirnya telah tiba. Dan Aku berharap semoga kamu tidak mendoakan agar aku gagal lagi untuk menjumpai wanita yang akan menggagalkan kamu untuk merebut posisiku,” ungkap Mark sembari merapikan pakaiannya.“Aku hanya senang melihat usahamu yang sangat keras itu, yang padahal semua tau bahwa Kamu tidak akan berhasil mendapatkan kerja sama dengan Nasya,” “Stop, tiada yang tidak mungkin di dalam kamus hidup seorang Mark.” kata Mark lalu pergi dengan penuh semangat.“Semoga berhasil,” teriak Septian.Nasya terlihat sedang duduk santai di salah satu restoran terdekat dari kantornya, meski tidak memiliki janji dengannya, Mark dengan percaya diri mencoba untuk menemuinya. Namun, belum sampai di meja itu, teman Nasya telah sampai sehingga Mark tidak bisa melanjutkan langkahnya dan terpaksa duduk di meja yang lainnya.Tampaknya Nasya bertemu dengan sahabatnya, karena mereka sangat menikmati apa yang mereka bicarakan.
Satu jam lamanya Mark menunggu akan tetapi sahabat Nasya masih tidak pergi. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Mark dengan tekad yang sangat kuat memberanikan diri untuk bergabung dengan mereka berdua.
Sembari mempertimbangkan niatnya, tibalah waktu dimana sahabat Nasya pamit pergi, dengan segera Mark menemui Nasya dan memperkenalkan diri padanya.
Bersambung …“Assalamualaikum, Nasya,” sapa Mark.Nasya yang sebelumnya terfokus pada layar ponselnya kemudian menatap kearah sumber suara yang menyapanya.“Waalaikum salam,” jawabnya dengan segera.“Maaf, saya menggangu. Perkenalkan saya Mark,” sambil memberikan kartu namanya ke Nasya.Setiap orang pasti terkejut dengan tingkah Mark. Bagaimana tidak, seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba menghampiri dan memperkenalkan diri bahkan tanpa dipersilahkan untuk duduk. Tentu bagi Nasya, Mark adalah orang yang kurang memiliki kesopanan sebagai lelaki.“Saya juga minta maaf, dan apa maksudnya ini? Seingat saya, saya tidak memiliki janji bisnis sama siapapun saat ini,” tolak Nasya dengan senyuman.“Ya, saya memang tidak memiliki janji dengan anda, hanya saja … oh, mungkin kita telah ditakdirkan untuk bertemu di restoran ini. Kebetulan saya melihat Anda yang tampak fa
Mark tengah sibuk membaca dukumen kerjanya di kantor. Tidak lama kemudian, ponsel Mark berdering. Panggilan masuk itu dari Soni.“Bro … aku sedang patah hati,” tangis lebay Soni.“Aku bukan pakar atau dokter yang mengobati orang yang sedang patah hati. Jadi, mohon maaf Anda salah orang,” ucap Mark.“Bro, Nasya mengirimkan undangan pertunangannya,” lanjut Soni.“Hah, Nasya akan tunangan?” tanya Mark untuk memastikan.Soni menceritakan kepada Mark tentang undangan pernikahan yang telah dikirimkan oleh Nasya.Soni mencurahkan semua kekecewaannya atas undangan itu, padahal dia sangat berharap bisa mengenal Nasya lebih dalam lagi. Sebaliknya, bukan ikut menenangkan hati dan pikiran Soni, Mark langsung menutup panggilan yang sedang berlangsung itu.Kabar pertungan Nasya tentu akan membuat Mark kesulitan untuk mendekatinya, sebab jika hari pertun
“Bro … Bro, kamu di dalam kan? Gawat … cepat keluar, kamu harus melihatnya,” teriak Soni di balik pintu kamar mandi.“Gawat-gawat, lihat pakaianku, ini lebih dari gawat,” kesal Mark sambil menunjukkan pakaiannya yang sudah kotor itu ke Soni.“Itumah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang akan kamu lihat. Bahkan jantungmu akan berhenti berdetak setelah menilhatnya,” ucap Soni sambil menarik tangan Mark untuk ikut bersamanya.Hal yang di tunjukan kepada Mark itu adalah lelaki yang menjadi tunangan dari Nasya. Lelaki itu bernama Haris Pratama yang merupakan musuh sekaligus saingan perusahaan dari Mark. Terlebih lagi, persaingan di antara keduanya merupakan permasalahan hubungan internal sehingga terus berkepanjangan hingga mereka sudah dewasa.Hubungan yang kurang baik diantara mereka telah berubah menjadi dendam di waktu yang terbilang sangat lama.Tampaknya Ma
Semua tamu undangan terkejut melihat pasangan yang baru saja bertunangan itu sama-sama terjatuh. Tidak hanya itu, mereka semua juga menatap kearah Mark yang masih saja memegang gaung Nasya.Nasya kemudian berdiri dengan bantuan teman-temannya lalu membantu Haris juga.“Kamu tidak apa-apa, Mas?” tanya Nasya penuh khawatir.“Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu? Kamu terluka?” tanya balik Haris.Nasya kemudian menatap kearah Mark yang masih memegang ujung gaungnya. Tidak salah lagi bahwa dia terjatuh bukan karena tersandung atau sebagainya melainkan Mark telah menginjak gaungnya.Haris dan Nasya tentu tidak meresa sakit atau terluka akibat kecelakaan itu, hanya saja menanggung malu yang membuat mereka sangat kesal dengan Mark yang bahkan tidak meminta maaf atau membantu mereka.Tatapan tajam Nasya ke Mark membuat Soni menyadarkan Mark dengan mengejutkannya agar melepas ga
Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark t
Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi.“Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya
“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada
Meskipun Mark sudah berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi atas kedatangan dokter Briyan yang tiba-tiba serta dengan obat-obatan yang ada di dalam tas mamanya. Hanya saja, Mark belum berhasil untuk mengetahuinya.Mark yang sedang beristirahat di kamar sambil memainkan ponselnya dengan amat serius. Tiba-tiba, bu Saras mengetuk pintu kamarnya.“Masuk. Ma ….” teriak Mark yang tengah menikmati kenyamanan di tempat tidurnya.“Mark, hari ini mama sangat bahagia sekali,” tutur Bu Saras dengan wajah yang amat berseri-seri.“Bagus dong, tapi hal apa ni yang tiba-tiba membuat Mamaku yang paling cantik di dunia ini begitu sangat bahagia?” tanya Mark yang memegang tangan Mamanya.“Mama sangat senang karena keluarga kecil kita berkumpul di sini. Mama sangat-sangat merindukan masa-masa seperti ini, Nak,” haru Bu Saras hingga kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.Mark yang memang tidak ingin membuat mamanya menangis didepan