Sembari memikirkan cara, tiba-tiba Soni mengejutkan Mark dari belakang. Soni tampak kelelahan untuk mencari Mark hingga akhirnya bisa bertemu juga. Melihat wajah Soni, telah berhasil membuat Mark mendapatkan ide.
Ide itu muncul karena sifat Soni yang langsung to the point tanpa berfikir panjang telah menjadi inspirasi untuknya bertemu secara langsung dengan Nasya.
“Hei, Bro, kamu darimana saja sih, aku mencarimu ke sudut sana dan sini hingga akhirnya menemukanmu di tengah keramaian begini. Aku sangat lelah … kiita harus pulang sekarang, ok!” ungkap Soni yang masih menstabilkan nafasnya yang sangat kelelahan.Mark tidak menjawab pertanyaan dari Soni ataupun mengiakan permintaan dari Soni untuk pergi dari pesta itu. Bahkan Mark masih menatap tajam ke arah Soni yang diakhiri dengan senyum manisnya.“Son, kamu sudah bertemu dengan wanita yang tadi sangat kamu kagumi di ruang VIP?” tanya Mark dengan segera.“Hahaha, Bro-bro, kamu memang teman yang sangat setia pada teman sendiri. Ya, meskipun aku menyukainya akan tetapi aku tidak akan mencarinya karena aku percaya bahwa jodoh akan bertemu dengan sendirinya,” sombong Soni dengan sangat percaya diri dan terkagum akan perhatian yang diberikan oleh Mark yang sangat langkah itu.“Tapi aku juga mengincar wanita yang kamu sukai itu,” ucap Mark yang menatap Soni dengan penuh percaya diri juga.Soni yang masih merasa kebingungan dengan pernyataan dari sahabatnya itu telah membuat rasa lelahnya tiba-tiba hilang.“Maksudmu, kita akan bersaingkah?” tanya Soni dengan nada rendah yang penuh tanya.Mark kemudian melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Nasya yang masih menikmati sesi foto bersama pengantin.Tidak mau membuang-buang waktu yang sangat berharga itu, Mark langsung berdiri di samping Nasya dan ikut serta untuk berfoto bersama.
Soni yang masih terheran-heran melihat tingkah Mark yang tiba-tiba saja melangkahkan kakinya menuju pelaminan untuk berfoto bersama padahal itu bukanlah tipe dari seorang Mark. Bahkan hal seperti itu sangat ia tidak sukai.Seketika melihat Mark yang berdiri dengan seorang wanita yang tampak familiar hingga kedua bola mata Soni menjadi bulat seperti bola karena wanita itu adalah wanita yang ia kagumi sebelumnya. Tidak ingin membuang-buang kesempatan juga, dengan segera Soni ikut serta bergabung dengan Mark.
“Kamu yang di dalam lift tadi ya?” tanya Nasya kepada Mark yang sedang berdiri di sampingnya.“Oh, kebetulan sekali,” ungkap Mark yang berpura-pura tidak mengenali Nasya.“Wah, cahaya yang sangat indah, Bro,” bisik kagum Soni kepada Mark saat melihat Nasya dari jarak yang sangat dekat.“Sayangnya, cahaya itu tidak tertarik untuk menerangi rumah yang kumuh seperti wajah kamu,” balas Mark.Mereka semua menghabiskan waktu dan menikmati sesi foto bersama.“Akhirnya, waktu yang tersisa itu telah tiba, semoga saja lelaki itu berhasil,” ucap Septian setelah melihat jam di tangannya.Waktu yang Septian maksud adalah waktu dimana Nasya akan segera meninggalkan acara itu karena dia memiliki janji lain. Septian berharap semoga Mark telah menemui Nasya dan mengatakan keinginannya.Nasya memang sangat sulit untuk di ajak kerja sama, sehingga Septian dengan segera meninggalkan restoran itu untuk melihat secara langsung hasil dari perjuangan Mark baik itu berhasil maupun tidak.
Tepat di depan kasir restoran, Septian dihentikan oleh salah satu kasir yang bertugas dan memberitahukan bahwa Septian belum membayar segelas kopi yang telah ia minum.Septian tentu merasa malu dan bingung karena sebelumnya, Mark mengatakan bahwa dia sudah membayarkan kopinya.“Maaf, saya kebetulan ada keperluan mendadak jadi hampir kelupaan,” ungkap Septian ke Kasir yang bertugas itu dengan wajah yang amat sangat malu.“Tidak masalah, kami hanya melakukan pekerjaan kami, dan hal ini sudah biasa terjadi,” balas Kasir perempuan itu.Septian sempat merasa sangat kesal akan tetapi harus ia redahkan karena sifat dari Mark memang biasa seperti itu. Bahkan harapan yang sangat ia mimpikan agar bisa terwujud adalah Mark akan berubah menjadi orang yang lebih baik dari kenakalannya sekarang.Sesi foto bersama telah selesai, Nasya yang memang akan pergi dari pesta itu tengah bersiap-siap untuk pergi. Sedangkan Mark masih memantau Nasya dari kejauhan.Waktu yang di tunggu-tunggu oleh Mark dimana Nasya akan turun menggunakan lift telah tiba. Seperti mengulang sejarah, dengan segera Mark menghentikan pintu lift itu yang di dalamnya hanya Nasya sendiri.
“Maaf, bolehkah saya ikut bergabung?” tanya Mark.“Maaf, tapi lift ini milik saya dan kebetulan saya tidak ingin diganggu oleh siapapun!” tegas Nasya yang terlihat sedang memegang selembaran kertas.“Oh … silahkan,” kesal Mark.Sifat Mark yang selalu menang sendiri, dan tidak mau merasa dikasihani oleh siapapun membuatnya lupa akan misi yang harus ia capai. Ibarat pepatah dimana nasi telah menjadi bubur, Mark tidak bisa lagi bergabung di dalam lift itu. Tidak lama kemudian, Tamara dan Soni pun menghampiri Mark yang masih dalam emosi yang cukup tinggi atas kegagalan dan tolakkan pahit dari Nasya yang berujung telah menjatuhkan harga diri seorang CEO perusahaan yang sangat terkenal itu.Mark hanya menatap ke arah Tamara dan Soni dengan sinis, lalu masuk ke dalam lift itu tanpa sepatah katapun, meski Tamara dan Soni telah bertanya kepadanya beberapa kali.Perasaan yang sedang tidak baik-baik saja pada diri Mark telah membuat suasana di dalam lift itu menjadi sangat tegang. Bagaimana tidak, Soni dan Tamara yang biasanya hampir disetiap menit selalu bertengkar menjadi diam tanpa sepatah kata pun dan hanya saling kebingungan satu sama lainnya.Tiba di lantai satu, tepat dimana Mark, Tamara, dan Soni keluar dari lift itu, Septian sengaja telah menunggu mereka di samping pintu lift. “Sepertinya aku memang lebih cocok menjadi pewaris tunggal,” ucap Septian setelah menghela nafas dan menggelengkan kepalanya ketika melihat Mark dan yang lainnya.Rasa kesal yang dialami oleh Mark semakin menjadi setelah mendengar ucapan dari Septian yang seolah memukul mentalnya dari yang salama ini selalu sukses di berbagai persaingan kini gagal hanya karena seorang wanita yang baru ia kenal.Soni dan Tamara hanya terdiam melihat tatapan Mark dan Septian. Setelahnya, Mark mulai melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan Septian yang sangat membuat kesal itu. Namun, belum jauh melangkah, Septian menghentikan langkah Mark dan memberikan selembar kertas. “Jangan lupa berterima kasih dan jangan menyia-nyiakan kesempatan ini!” tegasnya saat memberikan selembar kertas itu ke tangan Mark lalu pergi meninggalkan mereka semua.Mark kemudian membuka lembaran kertas yang diberikan oleh Septian kepadanya. Hal yang ada di dalam kertas itu tidak membuat Mark menjadi senang atau sebagainya melainkan membuatnya kembali marah lalu dengan segera pergi ke parkiran mobil.Tamara dan Soni masih saja mengikuti kemana Mark melangkah. Sesampainya dimana Mark memarkir mobilnya, Mark kemudian masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata pun untuk Tamara.
“Hem … mungkin dia memang tidak ingin melihatmu apalagi berbicara denganmu,” ejek Soni kepada Tamara.Soni kemudian menghampiri mobil Mark untuk pulang bersama dan meninggalkan Tamara setelah ejekan yang ia berikan.“Mark, pintunya ngak sengaja kamu tutup kan?” tanya Soni yang tidak bisa membuka pintu mobil Mark.Tidak menjawab pertanyaan dari Soni, Mark dengan tanpa bersalah pergi meninggalkan Soni dan Tamara.“Orang yang tidak ingin dilihat dan tidak ingin diajak berbicara ternyata kamu bukan aku!” teriak Tamara lalu pergi kearah mobil dimana ia memarkirnya.Hidup memang tidak selalu baik-baik saja, bagaimana tidak, orang yang mengajaknya untuk pergi ke pesta pernikahan itu telah pergi meninggalkannya begitu saja. Bahkan sebelum pergi, Soni sangat berusaha untuk menolak permintaan dari Mark akan tetapi hubungan persahabatan yang sangat solid itu tidak bisa membuat Soni menolak permintaan dari Mark. Meskipun juga memiliki sebuah perusahaan yang cukup terkenal, akan tetapi kondisinya saat itu sedang tidak membawa mobil sendiri. Sehingga dengan rasa yang sangat berat hati, Soni menghampiri Tamara untuk meminta tumpangan di mobilnya.“Statusnya aja yang kaya, nasibnya menyedihkan,” sindir Tamara.“Eh, ini telinga masih mendengar dengan jelas kata-kata yang baru saja kamu ucapkan ya, wanita baper,” ucap Soni.Bersambung ...
Malam hari pun telah tiba, suasana di malam itu sangat terlihat indah.Mark yang baru saja tiba di gedung apartemennya langsung duduk menghabiskan waktu di taman yang berada tepat di lantai atas miliknya.Mark berusaha menenangkankan diri dengan hanya mengingat kenangan indah dalam hidupnya hingga membuat perasaannya mulai membaik. Setelah semuanya kembali menjadi normal, Mark masuk kedalam kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi.Sembari mengeluarkan ponsel dan dompat yang berada di saku jasnya, Mark menemukan selembaran kertas yang di berikan oleh Septian.Kertas itu berisi nomor telepon dan jadwal acara Nasya untuk beberapa hari kedepan. Mark hanya tersenyum atas bantuan yang telah diberikan oleh calon perebut posisinya di dalam perusahaan itu.Seperti hari-hari sebelumnya, Mark selalu berangkat untuk bekerja dengan semangat dan tidak pernah lupa dengan wajah dinginnya kepada karyawan terutama bagi karyawan wanita. Namun, ekspresi itulah yang s
“Assalamualaikum, Nasya,” sapa Mark.Nasya yang sebelumnya terfokus pada layar ponselnya kemudian menatap kearah sumber suara yang menyapanya.“Waalaikum salam,” jawabnya dengan segera.“Maaf, saya menggangu. Perkenalkan saya Mark,” sambil memberikan kartu namanya ke Nasya.Setiap orang pasti terkejut dengan tingkah Mark. Bagaimana tidak, seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba menghampiri dan memperkenalkan diri bahkan tanpa dipersilahkan untuk duduk. Tentu bagi Nasya, Mark adalah orang yang kurang memiliki kesopanan sebagai lelaki.“Saya juga minta maaf, dan apa maksudnya ini? Seingat saya, saya tidak memiliki janji bisnis sama siapapun saat ini,” tolak Nasya dengan senyuman.“Ya, saya memang tidak memiliki janji dengan anda, hanya saja … oh, mungkin kita telah ditakdirkan untuk bertemu di restoran ini. Kebetulan saya melihat Anda yang tampak fa
Mark tengah sibuk membaca dukumen kerjanya di kantor. Tidak lama kemudian, ponsel Mark berdering. Panggilan masuk itu dari Soni.“Bro … aku sedang patah hati,” tangis lebay Soni.“Aku bukan pakar atau dokter yang mengobati orang yang sedang patah hati. Jadi, mohon maaf Anda salah orang,” ucap Mark.“Bro, Nasya mengirimkan undangan pertunangannya,” lanjut Soni.“Hah, Nasya akan tunangan?” tanya Mark untuk memastikan.Soni menceritakan kepada Mark tentang undangan pernikahan yang telah dikirimkan oleh Nasya.Soni mencurahkan semua kekecewaannya atas undangan itu, padahal dia sangat berharap bisa mengenal Nasya lebih dalam lagi. Sebaliknya, bukan ikut menenangkan hati dan pikiran Soni, Mark langsung menutup panggilan yang sedang berlangsung itu.Kabar pertungan Nasya tentu akan membuat Mark kesulitan untuk mendekatinya, sebab jika hari pertun
“Bro … Bro, kamu di dalam kan? Gawat … cepat keluar, kamu harus melihatnya,” teriak Soni di balik pintu kamar mandi.“Gawat-gawat, lihat pakaianku, ini lebih dari gawat,” kesal Mark sambil menunjukkan pakaiannya yang sudah kotor itu ke Soni.“Itumah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang akan kamu lihat. Bahkan jantungmu akan berhenti berdetak setelah menilhatnya,” ucap Soni sambil menarik tangan Mark untuk ikut bersamanya.Hal yang di tunjukan kepada Mark itu adalah lelaki yang menjadi tunangan dari Nasya. Lelaki itu bernama Haris Pratama yang merupakan musuh sekaligus saingan perusahaan dari Mark. Terlebih lagi, persaingan di antara keduanya merupakan permasalahan hubungan internal sehingga terus berkepanjangan hingga mereka sudah dewasa.Hubungan yang kurang baik diantara mereka telah berubah menjadi dendam di waktu yang terbilang sangat lama.Tampaknya Ma
Semua tamu undangan terkejut melihat pasangan yang baru saja bertunangan itu sama-sama terjatuh. Tidak hanya itu, mereka semua juga menatap kearah Mark yang masih saja memegang gaung Nasya.Nasya kemudian berdiri dengan bantuan teman-temannya lalu membantu Haris juga.“Kamu tidak apa-apa, Mas?” tanya Nasya penuh khawatir.“Aku tidak apa-apa, bagaimana denganmu? Kamu terluka?” tanya balik Haris.Nasya kemudian menatap kearah Mark yang masih memegang ujung gaungnya. Tidak salah lagi bahwa dia terjatuh bukan karena tersandung atau sebagainya melainkan Mark telah menginjak gaungnya.Haris dan Nasya tentu tidak meresa sakit atau terluka akibat kecelakaan itu, hanya saja menanggung malu yang membuat mereka sangat kesal dengan Mark yang bahkan tidak meminta maaf atau membantu mereka.Tatapan tajam Nasya ke Mark membuat Soni menyadarkan Mark dengan mengejutkannya agar melepas ga
Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark t
Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi.“Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya
“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada