Beranda / Romansa / Mark Castello / Waktu yang Berharga

Share

Waktu yang Berharga

“Sahabat mana gitu,” ucap Soni.

“Suka-suka gue,” jawab Tamara lalu pergi meninggalkan Soni.

Soni yang masih kecewa karena Tamara datang mengganggunya sehingga wanita yang ia sukai itu sudah pergi.

“Eh, tunggu, maksud wanita baper itu laporin gue apa coba?” tanya Soni pada dirinya sendiri lalu pergi mencari Mark dan wanita yang ia kagumi itu.

Sembari menjauhkan diri dari Tamara, Mark juga pergi untuk menemui Septian yang berada di luar gedung. Mark kesusahan menemukan wanita itu karena banyak tamu VIP yang memakai baju dan hijab berwarna abu-abu. Mark juga tidak dikirimkan oleh Septian foto dari wanita itu karena Septian tidak berani mengambil gambarnya dengan alasan yang tidak masuk akal.

Mark menunggu di depan lift hingga lift itu terbuka. Saat pintu lift mulai tertutup, seorang wanita menghentikan pintunya sehingga kembali terbuka.

“Maaf, boleh saya bergabung?” tanya wanita itu.

“Oh, tentu. Lift ini bukan punya saya kok,” canda Mark yang padahal tidak senang karena telah memperlambatnya untuk bertemu dengan Septian.

“Terima kasih,” ucap wanita lembut itu.

“Lantai berapa?” tanya Mark.

“Dua,”

“Ok,”

Mark menatap kearah wanita itu dengan seksama. Sehingga membuat wanita itu tidak nyaman.

“Maaf, apakah ada yang salah dengan mata Anda?” tanya Wanita itu dengan segera.

“Oh, maaf,” ucap Mark.

Mark menatap wanita itu karena warna baju dan hijabnya abu-abu. Bahkan Mark mengirah bahwa wanita yang sedang berdiri di sampingnya itu adalah wanita yang ia cari. Namun, Mark kemudian menyadari bahwa wanita itu tidak memakai kaca mata. Mark juga merasa familiar dengan wanita itu akan tetapi dia tidak mengingat siapa dan dimana dia mengenalnya. Dan tidak lama kemudian, Mark baru menyadari bahwa wanita yang berdiri disampingnya itu adalah wanita yang di kagumi oleh Soni saat berada di ruang VIP.

Tidak lama kemudian, mereka telah tiba di lantai dua, dimana wanita itu akan keluar.

“Saya duluan ya. Oh ia, Kamu orang pertama yang saya temui dan mengatakan bahwa lift ini bukanlah milikmu sendiri,”

“Oh, lift ini memang bukan milik saya,” gumam Mark.

“Ia, karena lift ini milik saya,” ucap Wanita itu sambil mengeluarkan kaca mata coklatnya di dalam tas lalu memakainya.

“Gue juga punya lift kok,” dalam hati Mark.

Mark sempat terkejut melihat wanita itu memakai kaca mata yang berwarna coklat, akan tetapi Mark tidak bisa menghentikannya karena pintu lift telah tertutup. Tidak ada jalan lain, Mark harus segera menemui Septian agar bisa bertemu dengan wanita yang ia cari karena waktu yang Mark miliki tinggal sedikit.

Terlihat dari kejauhan dimana Septian sedang duduk santai sambil menikmati segelas kopi di dalam sebuah restoran terdekat dari hotel itu.

Mark yang mulai kesal dengan Septian dengan segera menghampirinya.

“Wah … wah … sepertinya segelas kopi ini akan menjadi kopi terakhir yang di bayar dari gaji Kamu,” ucap Mark dengan memberikan tepuk tangan yang sangat lembut.

“Dan aku …  akan menjadi penerus tunggal dari perusahaan yang sedang Bos saya pimpin,” jawab santai Septian.

Septian adalah keponakan dari ayah Mark yang ditugaskan sebagai asisten pribadi Mark dengan tujuan agar Septian dapat belajar segala hal tentang perusahan dengan Mark. Ayah Mark juga telah mengatakan bahwa jika nantinya Mark akan gagal dalam misinya untuk menjalin kerja sama dengan perusahan Sas Galery, dan kemudian Mark juga tidak menerima pertunangan itu, maka penerus tunggal perusahaan mereka akan digantikan oleh Septian. 

Mark menghela nafasnya  dengan seksama dan mencoba menenangkan diri.

Mark kemudian duduk dan mengajak Septian bekerja sama untuk membantunya bertemu dengan wanita itu.

“Tolong kerja samanya, please!” mohon Mark kepada Septian.

Septian yang mulai terganggu dengan permintaan Mark mulai memikirkan cara agar dia bisa membantunya. Tidak lama kemudian, Septian membuka ponselnya dan mulai mengabaikan Mark.

“Ayolah, waktu yang ku punya tinggal sedikit, Sep,” pinta Mark lagi.

Septian masih saja fokus dengan ponselnya dan masih saja tidak merespon Mark.

“Ok, fotonya sudah ku kirimkan ke kamu!” ucap Septian.

Mark terharu akan bantuan yang diberikan oleh Septian kepadanya yang tiba-tiba mendadak itu. Karena terharu, Mark langsung pergi meninggalkan Septian tanpa sepatah katapun.

“Bilang terima kasih kek,” gumam Septian.

Foto yang dikirimkan oleh Septian itu adalah foto dari wanita yang Mark cari. Dia adalah Nasya Sarabila Imran yang merupakan CEO Sas Galery yang Mark ingin temui.

Karena terlalu bahagia telah mendapatkan foto yang ia inginkan sebelumnya, Mark baru mengingat bahwa dia masih belum mengetahui dimana wanita itu berada. Tidak ada orang lain lagi yang mengetahui dimana wanita itu berada selain Septian, Mark akhirnya kembali ke restoran itu untuk bertemu kembali dengan Septian.

“Sep, aku sudah membayar kopimu ya,” ucap Mark dengan segera setelah menghampiri Septian.

“Ngak perlu repot-repot, cukup kata terima kasih saja sudah lebih dari cukup kok,” ejek Septian.

“Mmm … karena aku sudah membayarnya, aku masih memiliki pertanyaan yang harus kamu jawab di detik ini juga, ok. Wanita itu sedang berada dimana sekarang?” tanya Mark dengan penuh percaya diri.

“Lantai dua puluh lima dan sekarang wanita itu sedang foto bersama dengan pengantin.” 

“Ok, kamu memang yang paling terbaik,”

“Dan wanita itu memiliki janji lain untuk lima menit kedepan,” ungkap Septian.

“Apa? Kenapa baru bilang sekarang. Aishh … ucapanku tadi sudah tidak berlaku lagi, sekarang kamu yang tidak pernah menjadi yang terbaik,” ucap Mark dengan segera pergi meninggalkan restoran itu.

“Seharusnya ucapan terima kasihlah yang harus aku dengar,” ucap Septian sambil menggelengkan kepalanya.

Mark dengan penuh kecepatan berlari kearah lift yang kebetulan baru saja terbuka karena orang yang masuk beru saja keluar. Sembari menunggu sampai di lantai tujuan, Mark kembali membuka ponselnya untuk melihat foto yang telah dikirimkan oleh Septian. 

Kedua bola matanya tidak berkedip sama sekali saat melihat foto wanita itu. Tidak disangka, foto wanita yang ia cari itu adalah wanita yang telah ia temui sebelumnya di lift. 

Mark kembali menghela nafas untuk kesekian kalinya.

“Dia cukup jeli dalam menilai seseorang, ini muka mau ku taruh dimana coba?” dalam hatinya karena Mark kembali mengingat hal yang telah terjadi di dalam lift itu.

Sesampainya di lantai tujuan, Mark kembali melihat jam di tangannya untuk melihat waktu yang tersisa untuknya. Mark masih memiliki tiga menit untuk bertemu dengan Nasya. Mau tidak mau, dan dengan usaha apapun, Mark harus meyakinkan Nasya untuk bekerja sama karena waktu yang ayahnya minta tidak lama lagi.

Seperti yang telah dilkatakan oleh Septian, Nasya memang sedang foto bersama dengan pengantin. Legah rasanya telah melihat wanita itu, Mark tinggal memikirkan cara yang harus ia lakukan agar bisa berbicara dengan Nasya.

“Kamu yang di dalam lift tadi ya?” tanya Nasya kepada Mark.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status