Share

Part 2

Penulis: Agatha Mahasra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-26 21:49:41

Gia tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang harus di selesaikan hari ini, ia beberapa kali memeriksa jam digital yang ia letakkan di samping komputernya. Sudah hampir satu jam setelah ia kembali dari makan siang, tetapi CEO nya masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kemunculan.

Sedikit aneh menurutnya, karena selama ini laki-laki itu selalu memastikan jadwal terlebih dahulu sebelum pergi, kalaupun ia harus pergi mendadak Bastian akan selalu menghubunginya untuk merubah jadwal.

"Aneh, yah walaupun hari ini tidak ada meeting, sih. Ah, sudahlah, lebih bagus jika hari ini dia tidak kembali," gumam Gia.

Drrrttt... drrttt....

Gadis itu meraih benda pipih yang bergetar sedetik yang lalu, tertulis nama yang sangat familiar dilayarnya. Gia menoleh kesebuah kalender kecil, ia menepuk dahinya pelan seolah mengingat sesuatu. Buru-buru ia menerima panggilan suara tersebut.

"Halo... Kakak?" panggil seseorang dari ujung telepon, "kakak belum transfer uangnya?"

Dia adalah Dion Verestio Licgeorge, adik laki-laki Gia yang kini tengah menempuh pendidikan kuliahnya di luar kota.

"Ah, maaf, kakak lupa. Setelah ini kakak akan mentransfernya," jawab Gia.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana keadaan ibu?"

"Ibu baik, walaupun tak sebaik itu, kau paham kan?"

Terdengar helaan napas dari pemuda itu, "Maaf aku tidak bisa membantu."

"Sudahlah, tugasmu hanya belajar, lulus dengan baik dan mendapat pekerjaan yang selama ini kau inginkan."

"Terimakasih kak."

"Kau sudah makan, Dion?"

"Aku makan setelah ini, hari ini ada kelas tambahan karena ujian sekolah seminggu lagi."

"Begitu rupanya, baiklah. Kakak sedang sibuk sekarang, kau jaga dirimu baik-baik, jangan lupa makan teratur dan belajar dengan baik."

"Baik kak."

"Oke, kakak tutup ya, Bye."

Gadis itu mengakhiri sambungan telepon tersebut dengan diikuti senyuman tipis di wajahnya.

"Bukankah aku menggajimu untuk bekerja, bukan untuk menelepon?" Sebuah suara yang sangat familiar ditelinganya, suara yang beberapa saat lalu sempat tak ingin ia dengar lagi.

Gia mendongakkan kepalanya dan melihat Bastian sudah berdiri didepan mejanya dengan tatapan tajam. Ia segera bangkit dan sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam.

"Mana berkas yang kuminta revisi tadi?"

"Maaf, pak CEO sebentar lagi akan saya selesaikan."

Bastian berdecak, "Bekerjalah dengan benar!"

Max mendorong sedikit bahu bossnya itu, "Bisa kah kau berbicara dengan baik dengannya? sepertinya tadi dia hanya menerima telepon dari adiknya, benarkan nona?" ujar Max mencoba untuk melindungi Gia.

"Ehh... b-benar pak."

Bastian menatap Gia datar, "Terserahlah, aku tunggu berkas itu 30 menit lagi dimejaku." Pemuda itu berlalu masuk keruangannya setelah mengatakannya.

Max menggelengkan pelan kepalanya melihat sahabat sekaligus bossnya itu, "Jangan kau ambil hati ucapan Bastian, nona Gia, dia memang terlalu tidak peka," ujar Max lalu tersenyum.

"Ah, iya pak. Lagi pula saya sudah terbiasa dengan sikap pak CEO."

"Baguslah, kalau begitu saya permisi dulu, nona Gia."

Gia mengangguk sopan dan kembali duduk setelah melihat Max masuk keruangan CEO nya. Gadis itu menghela napas berat, "Manusia berhati dingin," gumamnya.

Max duduk disehuah kursi yang bersebrangan dengan Bastian yang kini sudah kembali sibuk dengan berkas-berkas bertumpukan itu, tanpa memperdulikan Max yang ada di depannya.

"Bisa kah kau bersikap lebih lembut dengan sekretarismu itu."

"Untuk apa?"

"Bukankah kau bilang kinerjanya sangat bagus? Jika dia mengundurkan diri karena sikapmu yang terus dingin seperti itu, kau yang akan rugi," jelas Max membuat Bastian berpikir sejenak.

Memang benar jika kinerja Gia jauh lebih unggul dari mantan sekretarisnya yang lain, dan juga dia tidak menjadi sekretaris hanya untuk dekat dengannya, bahkan Gia terlihat tidak tertarik padanya. Gia memang berbeda.

"Lalu?"

"Haa? kau bertanya? huh, kau memang pintar di bidang bisnis tetapi bodoh tentang hal mendasar sebagai manusia, ya." Bastian memutar bola matanya. Yah, sejujurnya ia sudah sering dan bosan dengan kata-kata itu, "bersikaplah baik sedikit padanya, itu tak akan merugikanmu."

*****

Hari berganti, jam menunjukkan pukul 10 pagi dan Gia sudah disuguhi beberapa berkas yang harus diserahkan pada bossnya hari ini. Ia menghela napas, meski lelah ia tetap harus menunjukkan kinerja terbaiknya. Posisinya sudah cukup bagus untuk menghidupi keluarga, jadi ia tak akan mau jika harus diturunkan karena satu kesalahan kecil.

Trrtttt... trrrtttt...

Telepon khusus yang menyambung hanya dengan ruangan Bastian berbunyi, ia pun segera menerimanya.

"Kosongkan jadwalku mulai jam 3, aku ada urusan."

"Baik pak."

Setelah menutup panggilan tersebut ia kembali berkutat dengan berkas-berkasnya, hari ini ia harus pulang lebih cepat karena ibunya sedang sendirian dirumah. Perawat yang biasanya ia hubungi hari ini sedang berada di luar kota, mau tidak mau ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya dan pulang tepat waktu.

Gia beberapa kali melirik kedalam ruangan CEO nya, ia bisa melihat pria itu yang masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya selama beberapa jam. Ia jadi terpikir apakah CEO nya itu sungguh-sungguh seorang manusia. Pasalnya, selama 2 tahun ia menjadi sekretarisnya Gia belum pernah mendapat laporan bahwa Bastian sakit, bukankah hal itu aneh bagi manusia yang terlalu sibuk bekerja?

Gadis itu menggelengkan kepalanya seolah tersadar dari pikirannya, ia mencoba menghilangkan pikiran-pikiran tidak pentingnya dan kembali fokus bekerja.

Pukul 12 siang, Gia sedang berada di cafeteria perusahaan untuk makan siang. Ia duduk di meja yang ada disamping jendela besar dengan pemandangan jalanan kota yang ramai. Gadis itu menyesap kopinya sembari memandang keluar jendela.

"Apa yang kau lihat, sekretaris Gia?" Gia menoleh terkejut, dan mendapati seorang pemuda yang sudah duduk di hadapannya.

"Carl! kau mengagetkanku!" kata Gia sembari memukul pelan lengan pemuda bernama Carlos itu.

Pemuda itu terkekeh, "Apa yang kau lihat sampai tak sadar kehadiranku?"

"Apa aku harus memberitahukannya padamu? Apa kau setidak ada kerjaan itu?"

"Hei, jangan berkata begitu, menjadi Manager itu melelahkan."

"Bukankah kau tidak seharusnya berkata seperti itu dihadapanku?"

"Ah, kau benar. Menjadi sekertaris killer CEO itu masih lebih sulit, 'kan."

Gia terkekeh mendengar Carlos yang menyebut Sebastian sebagai Killer CEO, "Sudahlah, jangan sampai ucapanmu itu terdengar olehnya, Carl," kata Gia memperingatkan.

Carlos Vares Nicholas, yang berstatus sebagai teman Gia selama 10 tahun terakhir. Pertemuan pertama mereka ketika ospek SMA, dan mulai saat itu mereka terus berada di satu kelas yang sama hingga dibangku perkuliahan. Carlos adalah orang yang juga membantu keluarganya saat ia masih menjadi pengangguran dulu.

"Apa kau senggang setelah kerja?"

"Iya, tapi aku harus segera pulang, ibuku sendirian dirumah," jawabnya.

"Ah, begitu rupanya, sayang sekali padahal aku ingin mengajakmu makan malam."

Gia menaikkan sebelah alisnya, "Dinner? peringatan apa ini, tumben sekali?"

Carlos memandang gadis itu seolah tidak percaya, ia mengedipkan matanya beberapa kali dengan tetap memandang Gia, berharap gadis itu mengingatnya sendiri, "Kau melupakannya?"

Mendengar pernyataan itu Gia pun bingung, ia beralih membuka ponselnya untuk melihat tanggal, "Oh god!" gumamnya ketika menyadari sesuatu.

"Iam so sorry, Carl. Aku benar-benar lupa kalau hari ini ulang tahunmu," kata gadis itu dengan raut bersalahnya.

"Sudahlah, kau mengecewakanku, Gia."

"Ouh, C'mon Carl. Aku tak sengaja melupakannya." Pemuda itu diam tanpa merespon ucapan Gia. Gadis itu tahu jika Carlos tengah merajuk kali ini, tapi bukankah itu terlalu kekanak-kanakan?

"Jangan kekanak-kanakan, Carlos. Bagaimana kalau kau ikut pulang kerumahku? Aku yang akan masak untuk Dinner kita, juga sebagai hadiah dan permintaan maaf ku," kata Gia mencoba untuk membujuk pemuda itu.

Carlos menoleh kearah Gia dengan mata berbinar, "Oke! lagi pula aku juga sudah lama tidak bertemu ibumu," katanya santai membuat Gia menggelengkan kepalanya heran. Bagaimana bisa ia merubah suasana hatinya secepat itu.

Bab terkait

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 3

    mobil lamborgini berwarna hitam berhenti di depan kediaman keluarga da Franch, menit berikutnya dua pelayan membukakan masing-masing pintu dimana dua pria keluar dari dalam sana. Sebastian dan Max berjalan memasuki rumah yang sudah lama tak ia kunjungi itu."Dimana Mommy?" tanya Bastian pada kepala pelayan rumah orang tuanya."Nyonya berada di ruang kerja, Tuan muda," jawab pelayan tersebut sopan. Tanpa membalas, Bastian berlalu begitu saja."Selamat siang, miss Clara, bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu, ya," kata Max ramah."Selamat siang tuan Max, seperti yang anda lihat saya sangat sehat.""Baguslah, kau harus selalu sehat miss, karena mengurus keluarga ini adalah pekerjaan yang berat, right?" Pelayan itu hanya tersenyum membalas ucapan Max."Sampai kapan kau mau diam disana, Max?" Mendengar suara boss nya itu, Max pun segera menyusul Bastian yang sudah memandangnya jengah. "Santailah sedikit, Bas," kata Max sembari menyenggol lengan Bastian dengan sikunya. Kedua p

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 4

    Sesuai janji yang sebelumnya ia katakan kepada Carlos, mereka pergi kerumah Gia untuk mengadakan pesta ulang tahunnya. Carlos dan Gia sampai dengan bebrapa pepperbag yang dibawa Carlos, berisi bahan bahan yang Gia butuhkan."Mama, Gia pulang.""Oh, sayang, kau pulang cepat?"Gadis itu mencium pipi ibunya, "Iya, dan lihat siapa yang kubawa kemari," katanya sembari sedikit menyingkir memperlihatkan Carlos yang baru saja masuk."Carlos, sudah lama kau tak berkunjung kemari. Kau semakin tampan saja, ya," kata wanita itu sembari memeluk pemuda itu."Maaf tante, pekerjaanku cukup menumpuk akhir-akhiri ini.""Ck, kalian berdua itu sama saja. Terlalu sibuk dengan pekerjaan juga bukan hal bagus, kesehatan kalian yang terpenting," ujar wanita itu menceramahi keduanya yang kini hanya saling pandang."Baiklah-baiklah, tenang saja mama, kami akan menjaga diri," kata Gia dengan senyuman, "berikan itu padaku, Carl," lanjutnya sembari mengambil alih pepperbag yang dibawa Carlos."Kalian berdua dudukl

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 5

    Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tetapi belum membuat Gia beranjak dari depan komputernya. Sesekali ia meregangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal, gadis itu menghela napas saat melihat setumpuk berkas yang harus ia kerjakan. "Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini," gumamnya lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa menyadari seseorang yang sudah berdiri di depan tempat kerjanya. Gia tersentak ketika suara ketukan terdengar dari mejanya, ia menoleh dan melihat orang yang ia kenal tengah berdiri didepan mejanya, "Kau lembur, nona Gia?" tanya laki-laki itu. "Ah, iya pak." Max tersenyum lalu meletakkan sebuah gelas yang ia bawa di atas meja Gia membuat gadis itu bingung, "Minumlah, aku membuatkanmu kopi." "Emm..., terimakasih pak." Max menggangguk, "ah, pak Bastian sudah pergi sejak 1 jam yang lalu pak," katanya, ketika melihat Max masih berada di posisi yang sama."Tidak-tidak, aku tidak mencari boss."Gadis itu mengangguk kecil, tetapi juga tetap menerka-nerka tujuan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 6

    Gia menghempas tubuhnya di sofa sesaat setelah baru saja sampai dikediamannya tepat pukul 9 malam, gadis itu menghela napasnnya berat sembari memejamkan mata. Meeting yang ia kira akan berjalan lebih ceat ternyata tidak sesuai dengan perkiraannya, terlebih lagi suasana meeting yang sangat tegang untuknya mendengar para pimpinan beradu argumen. “Kau baru pulang, Nak?” tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya. Gia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk disampingnya, gadis itu beralih memeluk wanita tersebut dengan manja. “Gia lelah mama.” Wanita itu mengusap kepala anaknya lembut, “Maafkan mama karena selalu merepotkanmu, Sayang,” ujarnya membuat Gia merasa berslah seketika. “Aku tak menyalahkan mama, aku hanya ingin bercerita karena hari ini adalah hari yang cukup berat untukku.” “Tetap saja, mama tak bisa membantumu.” “Sudahlah mama, Gia yang bertugas menggantikan papa. Melihat mama sehat saja aku sudah senang,” kata gadis itu. Wanita itu mencium pucuk kepala put

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 7

    Gia menerjapkan matanya ketika sayup-sayup mendengar suara beberapa barang-barang yang berdenting. Gadis itu meregangkan badannya, matanya beralih pada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya, ia memeriksa arlojinya yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.“Sejak kapan kau sampai?” tanya gadis itu kepada pemuda yang masih membelakanginya.“15 menit yang lalu,” jawabnya masih sibuk dengan kegiatannya.“Kau sedang apa, Carl?” tanya Gia yang kini sudah berdiri disamping Carlos.“Aku membawakan makanan untukmu, aku tau kau belum makan dari semalam,” ujarnya.“Kau tak perlu repot-repot membawakan makanan untukku, Carl.”“Apa salahnya?”“Aku hanya tak mau semakin membebanimu. Kau sudah cukup membantu keluargaku.”“Bisakah kau berhenti mengatakan itu? Aku bosan mendengarnya. Lagi pula aku sudah bilang bukan jika kita ini keluarga,” kata Carlos sembari duduk di sofa, “makanlah selagi hangat, aku membuatnya sendiri.”Gia diam dan menuruti permintaan pemuda itu, gadis itu melahap ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 8

    Dua manusia berbeda jenis kelamin itu duduk berhadapan disebuah cafeteria rumah sakit, kecanggungan tak luput dari keduanya. Gia hanya diam, meminum kopinya dengan tenang dan sesekali melirik bossnya itu yang juga hanya memandangnya. Gadis itu berdekhem, “Jadi kenapa anda sampai datang menjenguk ibu saya, pak?” “Apa ada salah jika atasan mencoba lebih memperhatikan pegawainya?” “Tentu saja tidak, tapi anda bukanlah orang yang bisa melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Gia dengan suara yang sedikit pelan tetapi masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Bastian. “Kau sepertinya sangat mengetahui tabiatku, nona Gia.” Gia diam, siapapun pasti juga akan berpikir seperti itu meski baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Bastian. Manusia kaku seperti batu yang dengan sengaja diberi nyawa oleh Tuhan. “Baiklah, aku tak mau berbasa-basi lagi. Aku kesini masih dengan pertanyaan yang sama.” “Maaf pak, tapi jawaban saya tetap sama.” Bastian sedikit berdecak, “Baiklah, aku akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 9

    Gia menarik pergelangan tangan Bastian kasar untuk segera keluar dari ruangan tersebut, setelah sedikit lebih jauh dari ruangan ibunya, ia menghempas cekalannya itu dan menghadap Bastian dengan kesal. “Kenapa anda bisa berbicara semudah itu didepan mama saya?”“Aku hanya mempermudah urusan kita.”“Mempermudah? Saya bahkan tidak pernah setuju dengan itu.”Bastian memandang Gia aneh, “Bukankah itu juga menguntungkan untukmu? Aku tidak melakukannya untuk kepentinganku sendiri.”Gia mengusap wajahnya kasar, ia kesal dan lelah. Mengapa ia harus menghadapi manusia seperti Bastian untuk saat ini? Gadis itu menghela napas, “Sebaiknya anda pergi sekarang, pak. Bukankah anda ada urusan?”Bastian mengangguk, “Baiklah, aku tunggu kau besok pagi diruanganku.” Ia pun pergi meninggalkan Gia dengan perasaan yang masih dongkol itu.“Apalagi ini, Tuhan?”*****Gia berangkat kekantornya seperti biasanya, tetapi dengan perasaan yang berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar enggan untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 10

    “Maaf karena merepotkan anda, pak Bastian,” ujar Gia setelah berhadapan dengan Bastian. Untuk beberapa detik Bastian dibuat terdiam melihat gadis yang kini ada di depannya, hingga membuat gadis itu merasa salah tingkah sendiri karena bossnya itu terus memandangnya dari ujung rambut hingga kaki. Gaun berwarna peach 5cm diatas lutut yang sangat cocok dengan warna kulit Gia yang putih, sepatu high hells yang tak terlalu tinggi, serta rambut yang kini tergerai bergelombang memberikan kesan fress pada dirinya. Penampilan yang tak pernah terbayangkan oleh Bastian. “Kau… sangat berbeda hari ini,” ujar Bastian tanpa sadar. “A-apa ini terlalu berlebihan? Saya bisa menggantinya dengan yang lebih sederhana lagi, jika anda mau,” kata gadis itu sedikit panik. “Tidak- tidak, maksudku kau cantik hari ini, eh… emh…, maksudku kau tak perlu menggantinya, itu cocok untukmu,” kata pemuda itu dengan gugup. “T-terimakasih, pak.” Entah mengapa Gia merasa kedua pipinya memanas sekarang, ia memegang kedu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22

Bab terbaru

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 28

    Setelah menyelesaikan semua jadwal mereka pada hari itu, keduanya memutuskan kembali ke rumah orang tua Bastian saat bulan sudah meninggi. Sangat terlihat dari raut muka Gia jika gadis itu kelelahan. Seperti biasa mereka disambut hangat oleh seluruh penghuni rumah, tak terkecuali para pelayan. Gia berjalan menuju kamarnya setelah lebih dulu menyapa calon mertuanya yang ada di ruang keluarga. Gadis itu menghempaskan tubuhnya yang kelelahan keatas kasur empuk milik keluarga Da Frans itu. Gadis itu memandang langit-langit kamar tidurnya, pikirannya masih mencerna apakah keputusan yang ia pilih sampai kini adalah yang terbaik. Bagaimana jika justru pilihannya akan membuat hidupnya semakin terluka? Gia bangkit dari tidurnya, gadis itu menepuk kedua pipinya cukup kencang secara tiba-tiba, "Kau harus menerima semua resiko dari keputusan yang kau ambil, Gia!" monolognya. Tanpa ia sadari seorang pria sedang berdiri diambang pintu sembari menatapnya aneh, "Sedang apa kau? kenapa menam

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 27

    Siang itu Gia dan Bastian disibukkan dengan pemilihan baju pernikahan mereka. Banyak gaun yang harus Gia coba, meskipun gadis itu sejujurnya lebih ingin acara yang sederhana, tetapi mengingat jika pasangannya adalah salah satu anggota keluarga da Franch, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Lousi dan keluarganya.Da Franch Family, keluarga kaya raya yang memiliki banyak scandal tetapi tak pernah terjatuhkan selama puluhan tahun. Bahkan, saat sebuah rumor tersebar dengan cepat pula rumor itu menghilang bak tak pernah ada.Meskipun kakek Thomson masih cukup sehat, tetapi jabatan kepala keluarga Da Franch kini sudah diturunkan pada Jefran, ayah Bastian. Tentu saja Bastian yang akan meneruskan menjadi kepala keluarga selanjutnya."Bagaimana menurut anda?" tanya seorang pelayan pada Bastian setelah Gia muncul. Ini adalah gaun ke 10 yang gadis itu coba, dan hampir semua gaun yang ia coba mendapat komentar tak sedap dari Bastian.Dengan wajah kesalnya gadis itu menatap

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 26

    "Jadi, acara makan malam kali ini adalah untuk membahas tanggal pernikahan kalian yang akan dipercepat!" ujar Jefran membuat Gia membelalakkan matanya terkejut, "kami berencana untuk mengadakan pernikahan kalian dalam 2 minggu lagi." "Apa?!" pekik Gia, "t-tunggu mom, dad, kenapa tiba-tiba dipercepat? bukankah mom dan dad sudah setuju jika pernikahan kami dilakukan 3 bulan lagi?" "Ini untuk kebaikan kamu dan mama kamu, Gia," ujar Lousi. "Iya, Gia. Semakin cepat kamu menjadi anggota keluarga Da Franch, semakin mudah untuk kami menjaga kalian," jelas Jefran. "Kenapa mom dan dad tidak mengobrolkannya dulu pada kami?" "Kami sudah mengobrolkannya dengan mamamu Gia, begitupun Bastian yang juga tidak ingin membuat kalian lebih tidak aman lagi dari sebelumnya," ucap Lousi, gadis itu menoleh bergantian pada mamanya dan juga Bastian. Apakah hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa disini? "Tetap saja kenapa kalian tidak bertanya pendapat Gia terlebih dulu?" tanyanya. "Sayang, ini untuk kebaik

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 25

    Bastian berdiri dibarisan rak pembalut hanya diam memandang satu persatu produk-produk itu. Ia agak menyesali dirinya karena tidak bertanya apa yang biasa ia gunakan, dan juga ia masih mempertanyakan didalam otaknya bagaimana bisa pembalut wanita memiliki sayap? "Sayap? Apa dia akan terbang?" gumamnya, "merk apa yang harus aku belikan untuknya?" monolognya lagi, "Akh. Kubelikan saja semua merk biarkan dia memilih sendiri apa yang dia mau." Final, pada akhirnya Bastian membeli 1 pembalut setiap merk dan setiap kemasan yang berbeda. Sekembalinya Bastian dari swalayan, ia segera mencari keberadaan Gia dengan membawa satu kantong belanja full yang hanya berisi pembalut, membuat Gia membelalakkan matanya terkejut terheran-heran dengan laki-laki satu ini. "Bas! kamu mau membuka toko, kenapa beli sebanyak ini?" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku tidak tahu apa yang biasanya kau gunakan, dan apa maksud dari pesanmu yang bersayap." Gia memijat pelipisnya, "Kau kan

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 24

    "Jika bukan karena kita adalah tunangan, dia pasti sudah ku tendang keujung dunia!" ujarnya asal. Tak berapa lama, Gia menyusul Bastian yang sudah menunggunya diloby toko. Tanpa memperdulikan pemuda itu ia berlalu begitu saja keluar toko meninggalkan Bastian dibelakangnya. Bastian yang terkejut melihat tingkah Gia pun segera menyusul gadis yang kini sudah memasuki mobil itu. Setelah Bastian memasuki mobil, mereka pun melajukan kendaraannya. Tak ada satupun obrolan dikeduanya membuat suasanasemakin canggung, terlebih dengan wajah Gia yang terlihat tidak bersahabat. Pemuda itu teringat dengan penjelasan Max yag mengatakan wanita yang bisa berubah seperti singa sewaktu-waktu, apakah saat ini ia akan menjumpai sosok Gia yang seperti itu? "Ekhem." pada akhirnya Bastian mencoba untuk memberanikan diri untuk membuka obrolan, "ada apa denganmu?" tanya pemuda itu sembari sesekali melirik gadis yang hanya diam dengan tangan bersilang didepan dada dan wajah yang menatap keluar jendela. "Aku

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 23

    Sudah satu minggu semenjak kejadian penculikan Gia terjadi, dan juga kini Gia dan ibunya sudah tinggal di apartement yang sama dengan Bastian, kamar mereka hanya bersebelahan. Mulai saat itu pula Gia dan Bastian selalu berangkat dan pulang kantor bersama.Meski terlihat romantis dan baik-baik saja, nyatanya hubungan mereka masih sangat canggung. Namun, juga banyak orang yang mendoakan dan mendukung hubungan mereka agar sampai dijenjang pernikahan, tentu saja tak sedikit manusia yang masih menghujat Gia yang tak pantas bersanding dengan seorang Bastian."Kau sudah memberitahu mama, jika nanti kita ada acara makan malam bersama keluargaku?" tanya Bastian."Sudah, nanti akan ku ingatkan lagi." Bastian mengangguk.*****Jam makan siang tiba, Gia hendak bangkit dari duduknya sebelum Bastian lebih dulu mengajaknya untuk makan siang di luar area kantor. Tentu saja gadis itu tidak bisa menolak ajakan pemuda itu. Setelah makan siang selesai, Bastian tidak mengajak Gia untuk kembali ke kantor t

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 22

    BRAK! Suara gebrakan pintu mengejutkan semua orang yang ada disana, tak lama puluhan orang berbaju hitam sudah mengepung tempat tersebut. "Apa-apaan ini?" tanya Bertho bingung sekaligus panik. Seorang pemuda yang berwajah sangat familiar segera menghampiri Bastian yang masih tersungkur dengan diikuti beberapa anak buahnya yang segera meringkus orang-orang suruhan Bertho dengan pemuda itu juga. "Brengsek! lepaskan aku! apa-apaan ini, Bas! kau menjebakku, Sialan!" Makinya sembari berjalan keluar dari gedung tersebut, bersama anak buah BAstian yang lain. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Bastian pada Max yang kini mencoba membantunya bangkit. Detik berikutnya Gia pun menghampiri Bastian dan mencoba membantu pemuda itu untuk berdiri. Entah kenapa rasanya menyesakkan melihat Bastian meringis kesakitan seperti itu. "Tentu saja aku harus menikmati moment yang belum pernah ku lihat sebelumnya," jawabnya santai. "Kau baik-baik saja, Bas?" tanya Gia khawatir. "Bukankah seharusnya aku yang

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 21

    BUGH! Bastian tersungkur saat sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Namun satu pukulan tak cukup untuk menumbangkannya, ia segera bangkit dan berbalik menghadap beberapa orang yang sudah siap untuk menyerangnya. Pemuda itu tersenyum simpul, "Trup, huh?" gumamnya. Bastian bersiap dengan posisi kuda-kudanya, siap menghabisi semua orang yang ada ditempat itu. Satu orang, dua orang, tiga orang, ia berhasil melumpuhkan setengah dari orang-orang itu dalam waktu singkat. Memukuli orang adalah bakatnya yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, ia sudah di didik dengan sedemikian rupa untuk menjadi pewaris keluarga konglomerat. Kini hanya tinggal beberapa orang saja dihadapannya, ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin untuk bisa mencari keberadaan Gia yang sebenarnya.Satu pukulan terakhir, setelah ini ia akan segera pergi mencari Gia. Setidaknya itu yang ia rwncanakan sebelum matanya menangkap sosok Gia yang tengah di seret oleh seorang pria.Konsentrasinya buyar seketika membu

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 20

    Bastian memasuki sebuah ruangan dengan raut marah yang sangat terlukis jelas diwajahnya, seolah-olah berkata siapapun yang menahannya maka dia akan mati saat itu juga. Dia membuka paksa pintu ruangan tersebut, membuat seseorang yang ada di dalamnya memandangnya terkejut."Bisakah kau berhenti mengganggu milikku sejenak, David?!" ujar Bastian yang sudah sebisa mungkin menahan keinginannya untuk langsung memukuli pria dihadapannya itu.Laki-laki yang duduk di sebuah sofa itu memandang bergantian Bastian dan beberapa anak buahnya yang kini menatapnya takut. Laki-laki itu menghela napas, "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin menerima tamu." Ucapan itu ia tujukan untuk anak buahnya."Maaf tuan, tapi tuan Bastian yang--"Prangg!Sebuah vas bunga meluncur melewati Bastian begitu saja, tepat terkena pemuda berpakaian hitam yang ada di belakanag Bastian, pemuda yang sesaat sebelumnya berbicara. "Siapa yang menyuruhmu bicara, bangsat?" tanyanya dengan santai, ia menghela napas, "pergilah kalia

DMCA.com Protection Status