Bastian berdiri dibarisan rak pembalut hanya diam memandang satu persatu produk-produk itu. Ia agak menyesali dirinya karena tidak bertanya apa yang biasa ia gunakan, dan juga ia masih mempertanyakan didalam otaknya bagaimana bisa pembalut wanita memiliki sayap? "Sayap? Apa dia akan terbang?" gumamnya, "merk apa yang harus aku belikan untuknya?" monolognya lagi, "Akh. Kubelikan saja semua merk biarkan dia memilih sendiri apa yang dia mau." Final, pada akhirnya Bastian membeli 1 pembalut setiap merk dan setiap kemasan yang berbeda. Sekembalinya Bastian dari swalayan, ia segera mencari keberadaan Gia dengan membawa satu kantong belanja full yang hanya berisi pembalut, membuat Gia membelalakkan matanya terkejut terheran-heran dengan laki-laki satu ini. "Bas! kamu mau membuka toko, kenapa beli sebanyak ini?" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku tidak tahu apa yang biasanya kau gunakan, dan apa maksud dari pesanmu yang bersayap." Gia memijat pelipisnya, "Kau kan
"Jadi, acara makan malam kali ini adalah untuk membahas tanggal pernikahan kalian yang akan dipercepat!" ujar Jefran membuat Gia membelalakkan matanya terkejut, "kami berencana untuk mengadakan pernikahan kalian dalam 2 minggu lagi." "Apa?!" pekik Gia, "t-tunggu mom, dad, kenapa tiba-tiba dipercepat? bukankah mom dan dad sudah setuju jika pernikahan kami dilakukan 3 bulan lagi?" "Ini untuk kebaikan kamu dan mama kamu, Gia," ujar Lousi. "Iya, Gia. Semakin cepat kamu menjadi anggota keluarga Da Franch, semakin mudah untuk kami menjaga kalian," jelas Jefran. "Kenapa mom dan dad tidak mengobrolkannya dulu pada kami?" "Kami sudah mengobrolkannya dengan mamamu Gia, begitupun Bastian yang juga tidak ingin membuat kalian lebih tidak aman lagi dari sebelumnya," ucap Lousi, gadis itu menoleh bergantian pada mamanya dan juga Bastian. Apakah hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa disini? "Tetap saja kenapa kalian tidak bertanya pendapat Gia terlebih dulu?" tanyanya. "Sayang, ini untuk kebaik
Siang itu Gia dan Bastian disibukkan dengan pemilihan baju pernikahan mereka. Banyak gaun yang harus Gia coba, meskipun gadis itu sejujurnya lebih ingin acara yang sederhana, tetapi mengingat jika pasangannya adalah salah satu anggota keluarga da Franch, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Lousi dan keluarganya.Da Franch Family, keluarga kaya raya yang memiliki banyak scandal tetapi tak pernah terjatuhkan selama puluhan tahun. Bahkan, saat sebuah rumor tersebar dengan cepat pula rumor itu menghilang bak tak pernah ada.Meskipun kakek Thomson masih cukup sehat, tetapi jabatan kepala keluarga Da Franch kini sudah diturunkan pada Jefran, ayah Bastian. Tentu saja Bastian yang akan meneruskan menjadi kepala keluarga selanjutnya."Bagaimana menurut anda?" tanya seorang pelayan pada Bastian setelah Gia muncul. Ini adalah gaun ke 10 yang gadis itu coba, dan hampir semua gaun yang ia coba mendapat komentar tak sedap dari Bastian.Dengan wajah kesalnya gadis itu menatap
Setelah menyelesaikan semua jadwal mereka pada hari itu, keduanya memutuskan kembali ke rumah orang tua Bastian saat bulan sudah meninggi. Sangat terlihat dari raut muka Gia jika gadis itu kelelahan. Seperti biasa mereka disambut hangat oleh seluruh penghuni rumah, tak terkecuali para pelayan. Gia berjalan menuju kamarnya setelah lebih dulu menyapa calon mertuanya yang ada di ruang keluarga. Gadis itu menghempaskan tubuhnya yang kelelahan keatas kasur empuk milik keluarga Da Frans itu. Gadis itu memandang langit-langit kamar tidurnya, pikirannya masih mencerna apakah keputusan yang ia pilih sampai kini adalah yang terbaik. Bagaimana jika justru pilihannya akan membuat hidupnya semakin terluka? Gia bangkit dari tidurnya, gadis itu menepuk kedua pipinya cukup kencang secara tiba-tiba, "Kau harus menerima semua resiko dari keputusan yang kau ambil, Gia!" monolognya. Tanpa ia sadari seorang pria sedang berdiri diambang pintu sembari menatapnya aneh, "Sedang apa kau? kenapa menam
Tok! tok! tok!"Masuk!"Pintu terbuka, menunjukkan seorang perempuan dengan penampilan rapi memakai setelan jas wanita berwarna hitam dan kemeja putih di dalamnya. Make up tipis yang membalus wajahnya memberikan kesan natural, serta rambut coklat yang di ikat ekor kuda membuatnya lebih terlihat fresh.Ia berjalan memasuki ruangan yang cukup besar itu dengan sopan lalu meletakkan 3 map diatas meja yang langsung di ambil alih oleh seorang pria tampan yang sedetik yang lalu masih sibuk berkutat dengan komputernya.Laki-laki tampan dengan rahang tegasnya, tatapan tajam saat membolak balikkan lembar demi lembar laporan yang ia baca memberi kesan serius. Pria itu meraih bolpoin dan menanda tangani beberapa lembar di 2 map dari 3 yang tadi diberikan."Tolong buat ini lebih mudah untuk dipahami," kata laki-laki itu."Baik, pak. Akan saya lakukan," jawab wanita itu sembari menerima kembali 3 map tersebut, "maaf pak, saya hanya mengingatkan kalau nanti anda ada pertemuan lunch jam 1 siang di Va
Jam menunjukkan pukul 12.55, Gia dan Bastian sudah berada di tempat temu dengan perwakilan dari C'yo Corp untuk lunch bersama. Namun, pihak yang membuat janji temu bahkan sedikitpun belum menunjukkan batang hidungnya. Bastian memang salah satu orang yang tepat waktu dan tidak mentolerir keterlambatan, jika perlu ia ataupun mereka yang membuat janji dengannya harus datang minimal 5 menit sebelum jam pertemuan sebenarnya.Gia membuka ponselnya saat merasakan getaran dari dalam tasnya, gadis itu membulatkan matanya sesaat setelah membaca pesan singkat tersebut. "Gawat," gumamnya.Tak disangka gumaman itu ternyata terdengar hingga telinga Bastian, laki-laki itu menoleh, "Ada apa, Gia?"Pertanyaan singkat yang berhasil membuatnya terkejut, "Ah, pihak C'yo Corp baru saja memberi kabar, mereka meminta maaf karena harus membatalkan janji temu hari ini, pak," jawab Gia.Bastian menaikkan sebelah alisnya lalu melihat arloji ditangan kirinya, "Mereka membatalkan janji 3 menit sebelum jam temu?"
Gia tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang harus di selesaikan hari ini, ia beberapa kali memeriksa jam digital yang ia letakkan di samping komputernya. Sudah hampir satu jam setelah ia kembali dari makan siang, tetapi CEO nya masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kemunculan. Sedikit aneh menurutnya, karena selama ini laki-laki itu selalu memastikan jadwal terlebih dahulu sebelum pergi, kalaupun ia harus pergi mendadak Bastian akan selalu menghubunginya untuk merubah jadwal."Aneh, yah walaupun hari ini tidak ada meeting, sih. Ah, sudahlah, lebih bagus jika hari ini dia tidak kembali," gumam Gia.Drrrttt... drrttt....Gadis itu meraih benda pipih yang bergetar sedetik yang lalu, tertulis nama yang sangat familiar dilayarnya. Gia menoleh kesebuah kalender kecil, ia menepuk dahinya pelan seolah mengingat sesuatu. Buru-buru ia menerima panggilan suara tersebut."Halo... Kakak?" panggil seseorang dari ujung telepon, "kakak belum transfer uangnya?"Dia adalah Dion Verestio Licgeor
mobil lamborgini berwarna hitam berhenti di depan kediaman keluarga da Franch, menit berikutnya dua pelayan membukakan masing-masing pintu dimana dua pria keluar dari dalam sana. Sebastian dan Max berjalan memasuki rumah yang sudah lama tak ia kunjungi itu."Dimana Mommy?" tanya Bastian pada kepala pelayan rumah orang tuanya."Nyonya berada di ruang kerja, Tuan muda," jawab pelayan tersebut sopan. Tanpa membalas, Bastian berlalu begitu saja."Selamat siang, miss Clara, bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu, ya," kata Max ramah."Selamat siang tuan Max, seperti yang anda lihat saya sangat sehat.""Baguslah, kau harus selalu sehat miss, karena mengurus keluarga ini adalah pekerjaan yang berat, right?" Pelayan itu hanya tersenyum membalas ucapan Max."Sampai kapan kau mau diam disana, Max?" Mendengar suara boss nya itu, Max pun segera menyusul Bastian yang sudah memandangnya jengah. "Santailah sedikit, Bas," kata Max sembari menyenggol lengan Bastian dengan sikunya. Kedua p