Share

Part 3

last update Last Updated: 2022-12-27 21:25:00

mobil lamborgini berwarna hitam berhenti di depan kediaman keluarga da Franch, menit berikutnya dua pelayan membukakan masing-masing pintu dimana dua pria keluar dari dalam sana. Sebastian dan Max berjalan memasuki rumah yang sudah lama tak ia kunjungi itu.

"Dimana Mommy?" tanya Bastian pada kepala pelayan rumah orang tuanya.

"Nyonya berada di ruang kerja, Tuan muda," jawab pelayan tersebut sopan. Tanpa membalas, Bastian berlalu begitu saja.

"Selamat siang, miss Clara, bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu, ya," kata Max ramah.

"Selamat siang tuan Max, seperti yang anda lihat saya sangat sehat."

"Baguslah, kau harus selalu sehat miss, karena mengurus keluarga ini adalah pekerjaan yang berat, right?" Pelayan itu hanya tersenyum membalas ucapan Max.

"Sampai kapan kau mau diam disana, Max?" Mendengar suara boss nya itu, Max pun segera menyusul Bastian yang sudah memandangnya jengah.

"Santailah sedikit, Bas," kata Max sembari menyenggol lengan Bastian dengan sikunya.

Kedua pria itu memasuki ruangan yang berada di lantai dua, dan melihat perempuan paruh baya tengah duduk di kursi kerjanya dengan kaca mata bertengger di wajah yang mulai terlihat keriput itu. Wanita itu menoleh melihat kehadiran keduanya, Max sedikit membungkuk memberi salam yang dijawab dengan senyuman oleh wanita itu.

"Akhirnya kau ingat untuk pulang, Sebastian."

"Aku pulang karena Mommy yang memintanya."

Keduanya duduk di sofa yang berada didepan meja kerja tersebut. "Jangan bertingkah kaku seperti itu, Bastian," katanya sembari melepas kacamata dan bangkit dari duduknya, "bagaimana kau mau mendapatkan istri dengan tingkah seperti itu?" lanjutnya.

Kata-kata yang sudah cukup membuat Bastian jengah, ia mengusap wajahnya kasar frustasi dengan pernyataan dan pertanyaan dari ibunya itu. Wanita itu duduk berhadapan dengan kedua pemuda itu. "Mom dan Dad sudah ingin menimang cucu darimu, Bas."

"Kalian sudah punya 2 cucu dari kakak, apa itu belum cukup? Kenapa harus membebankan cucu lagi padaku?" jawab Bastian kesal dengan permintaan wanita itu.

"Itu anak kakakmu, bukan anakmu."

"Mom, aku belum minat untuk menikah, kenapa kau terus memaksaku?"

Wanita itu menghela napasnya kasar mendengar pernyataan anak bungsunya yang keras kepala itu, "Baiklah, tidak menikah, tapi setidaknya tunjukkanlah pada kami seorang wanita. Mommy tidak akan memaksamu menikah atau menyuruhmu untuk ikut kencan buta lagi jika kau menunjukkan kekasihmu padaku," kata wanita itu membuat Bastian melongo.

Jangankan kekasih, ia bahkan tidak pernah pergi berkencan selama lebih dari 5 tahun, ia memijat pelipisnya yang berdenyut. Sedangkan Max yang sedari tadi hanya diam, kini menyunggingkan senyumnya dengan ide yang menurutnya briliant.

"Anu... tante, boleh Max berkata sesuatu?"

Bastian menoleh kearah sahabatnya itu dengan tatapan bingung, seolah bertanya rencana apa yang akan kau lakukan kali ini. "Tentu saja, Max."

"Sebenarnya bastian sudah punya kekasih," Baru satu kalimat yang keluar dari mulut Max yang membuat Bastian menganga dibuatnya. Apa-apaan si brengsek ini? Begitupun dengan wanita itu yang terkejut dengan pernyataan Max, "hanya saja ia malu untuk memberitahukannya pada tante dan om, karena wanita yang dia suka bukan berasal dari keluarga ternama," lanjutnya masih membuat Bastian terheran-heran dengan sahabat laknatnya itu.

"Benarkah? kenapa kau tidak memberi tahu Mommy, Bas?" pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh Bastian. Pemuda itu menatap tajam Max, seolah berkata jika ia akan membunuhnya nanti. "kalau begitu, kau harus mengajaknya kesini akhir pekan nanti. Kau tak perlu malu, Mommy akan menyambutnya dengan baik," lanjutnya, Bastian hanya terkekeh canggung karena perbuatan temannya itu.

***

Bastian menendang kaki Max sesaat setelah keluar dari ruangan ibunya cukup keras, hingga membuat pria itu meringis kesakitan, "Apa yang kau lakukan, Bas?"

"Apa yang ku lakukan? tentu saja menghajarmu, brengsek! Apa maksudmu berkata begitu pada Mommy? Kau mau mati, huh?"

"Tentu saja aku membantumu, kau kira aku berkata tanpa berpikir?"

"Cih, bukankah itu kebiasaanmu?" Bastian berlalu mendahului Max yang masih membungkuk mengusap kakinya.

"Bas. tunggu aku sialan!" Max berlari menyusul boss-nya.

Mereka memasuki mobil dan pergi dari kediaman itu, Bastian menancap pedal gasnya dengan kekuatan tinggi. "Apa rencanamu, sialan?" tanya Bastian, "Kau tahu aku tak pernah pergi berkencan selama ini, bagaimana bisa kau berkata aku memiliki kekasih pada Mommy? Kau membuatku semakin frustasi, Max!"

"Tenanglah bung. Kau hanya perlu mengenalkan seorang wanita pada mereka, 'kan. Aku sudah punya kandidat yang cocok denganmu, aku yakin orang tuamu pasti menyukainya."

"Siapa? jangan sampai kau mengacau Max, aku akan benar-benar menghabisimu!"

"Tunggu sampai kita sampai kantor, aku akan memberitahumu nanti."

Tanpa membalas ucapan sahabatnya, Bastian masih fokus menyetir menuju kembali kekantor. Ia berencana untuk tidak pulang malam ini, ia harus menetralkan pikirannya lagi.

Sesampaiya dikantor, Bastian lebih dulu meningalkan Max menuju ruangannya. Sejujurnya ia masih kesal dengan sahabatnya yang lancang itu. Bastian memasuki ruangannya tanpa menyambut sapaan sekretarisnya yang memberi salam, ia membanting pintunya cukup keras hingga membuat Gia terkejut.

Tak lama, Max menyusul memasuki ruangan Bastian. "C'mon, Bas. Kau masih marah padaku?" katanya, lalu berdecak, "Oke, maafkan aku karena tidak membicarakannya lebih dulu denganmu. Tapi aku benar-benar memiliki ide yang bagus untuk membantumu," lanjutnya.

Bastian menoleh pada sahabatnya yang tersenyum, Max berjalan mendekati Bastian dan merangkul bahunya, "Kau lihat, Gia? Itu adalah ideku," kata Max yang semakin membuat Bastian terkejut.

"Kau gila?"

"Kenapa? bukankah itu sempurna? Gia cantik, cekatan, pintar dan juga sepertinya gadis yang sangat menyayangi keluarganya, aku yakin Mommy akan menyukainya."

"Tetap saja, kenapa harus Gia?"

"Ayolah, kalian hanya akan berpura-pura menjadi pasangan selama satu malam, itu bukan hal yang buruk. Tapi tentu saja kau harus memberinya sesuatu yang setimpal karena pekerjaan tambahan, 'kan."

Bastian diam mencoba mencerna perkataan laki-laki itu, "Pikirkanlah, dude. Aku harus segera pergi, ada wanita yang sudah menungguku."

"Kau sudah mendapat pengganti Julia?"

"Tentu saja, dan kali ini dia jauh lebih hot dibandingkan Julia," kataya sembari keluar dari ruangan Bastian.

"Berhentilah menjadi murahan brengsek!"

Bastian tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu, bagaimana bisa ia mendapatkan pengganti wanita yang sudah membuatnya gila seharian dalam waktu sehari? Itu benar-benar diluar nalar Bastian. Pemuda itu kembali berkutat dengan pekerjaannya, mencoba mengalihkan pikirannya dari rencana Max dan juga acara yang akan diadakan ibunya itu.

Namun, tanpa sadar Bastian justru beberpa kali mencuri pandang kearah Gia yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Ia mencoba menganalisis gadis itu, Bastian mengakui jika Gia cekatan dan bisa diandalkan, tetapi ia tak tahu lebih jauh dari itu.

Bastian meraih ponselnya dan menelpon seseorang. "Tolong cari tahu tentang seseorang, aku akan mengirim fotonya nanti. Beritahu hasilnya hari ini juga!" titahnya lalu memutus panggilan tersebut.

Related chapters

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 4

    Sesuai janji yang sebelumnya ia katakan kepada Carlos, mereka pergi kerumah Gia untuk mengadakan pesta ulang tahunnya. Carlos dan Gia sampai dengan bebrapa pepperbag yang dibawa Carlos, berisi bahan bahan yang Gia butuhkan."Mama, Gia pulang.""Oh, sayang, kau pulang cepat?"Gadis itu mencium pipi ibunya, "Iya, dan lihat siapa yang kubawa kemari," katanya sembari sedikit menyingkir memperlihatkan Carlos yang baru saja masuk."Carlos, sudah lama kau tak berkunjung kemari. Kau semakin tampan saja, ya," kata wanita itu sembari memeluk pemuda itu."Maaf tante, pekerjaanku cukup menumpuk akhir-akhiri ini.""Ck, kalian berdua itu sama saja. Terlalu sibuk dengan pekerjaan juga bukan hal bagus, kesehatan kalian yang terpenting," ujar wanita itu menceramahi keduanya yang kini hanya saling pandang."Baiklah-baiklah, tenang saja mama, kami akan menjaga diri," kata Gia dengan senyuman, "berikan itu padaku, Carl," lanjutnya sembari mengambil alih pepperbag yang dibawa Carlos."Kalian berdua dudukl

    Last Updated : 2023-01-02
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 5

    Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tetapi belum membuat Gia beranjak dari depan komputernya. Sesekali ia meregangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal, gadis itu menghela napas saat melihat setumpuk berkas yang harus ia kerjakan. "Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini," gumamnya lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa menyadari seseorang yang sudah berdiri di depan tempat kerjanya. Gia tersentak ketika suara ketukan terdengar dari mejanya, ia menoleh dan melihat orang yang ia kenal tengah berdiri didepan mejanya, "Kau lembur, nona Gia?" tanya laki-laki itu. "Ah, iya pak." Max tersenyum lalu meletakkan sebuah gelas yang ia bawa di atas meja Gia membuat gadis itu bingung, "Minumlah, aku membuatkanmu kopi." "Emm..., terimakasih pak." Max menggangguk, "ah, pak Bastian sudah pergi sejak 1 jam yang lalu pak," katanya, ketika melihat Max masih berada di posisi yang sama."Tidak-tidak, aku tidak mencari boss."Gadis itu mengangguk kecil, tetapi juga tetap menerka-nerka tujuan

    Last Updated : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 6

    Gia menghempas tubuhnya di sofa sesaat setelah baru saja sampai dikediamannya tepat pukul 9 malam, gadis itu menghela napasnnya berat sembari memejamkan mata. Meeting yang ia kira akan berjalan lebih ceat ternyata tidak sesuai dengan perkiraannya, terlebih lagi suasana meeting yang sangat tegang untuknya mendengar para pimpinan beradu argumen. “Kau baru pulang, Nak?” tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya. Gia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk disampingnya, gadis itu beralih memeluk wanita tersebut dengan manja. “Gia lelah mama.” Wanita itu mengusap kepala anaknya lembut, “Maafkan mama karena selalu merepotkanmu, Sayang,” ujarnya membuat Gia merasa berslah seketika. “Aku tak menyalahkan mama, aku hanya ingin bercerita karena hari ini adalah hari yang cukup berat untukku.” “Tetap saja, mama tak bisa membantumu.” “Sudahlah mama, Gia yang bertugas menggantikan papa. Melihat mama sehat saja aku sudah senang,” kata gadis itu. Wanita itu mencium pucuk kepala put

    Last Updated : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 7

    Gia menerjapkan matanya ketika sayup-sayup mendengar suara beberapa barang-barang yang berdenting. Gadis itu meregangkan badannya, matanya beralih pada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya, ia memeriksa arlojinya yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.“Sejak kapan kau sampai?” tanya gadis itu kepada pemuda yang masih membelakanginya.“15 menit yang lalu,” jawabnya masih sibuk dengan kegiatannya.“Kau sedang apa, Carl?” tanya Gia yang kini sudah berdiri disamping Carlos.“Aku membawakan makanan untukmu, aku tau kau belum makan dari semalam,” ujarnya.“Kau tak perlu repot-repot membawakan makanan untukku, Carl.”“Apa salahnya?”“Aku hanya tak mau semakin membebanimu. Kau sudah cukup membantu keluargaku.”“Bisakah kau berhenti mengatakan itu? Aku bosan mendengarnya. Lagi pula aku sudah bilang bukan jika kita ini keluarga,” kata Carlos sembari duduk di sofa, “makanlah selagi hangat, aku membuatnya sendiri.”Gia diam dan menuruti permintaan pemuda itu, gadis itu melahap ma

    Last Updated : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 8

    Dua manusia berbeda jenis kelamin itu duduk berhadapan disebuah cafeteria rumah sakit, kecanggungan tak luput dari keduanya. Gia hanya diam, meminum kopinya dengan tenang dan sesekali melirik bossnya itu yang juga hanya memandangnya. Gadis itu berdekhem, “Jadi kenapa anda sampai datang menjenguk ibu saya, pak?” “Apa ada salah jika atasan mencoba lebih memperhatikan pegawainya?” “Tentu saja tidak, tapi anda bukanlah orang yang bisa melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Gia dengan suara yang sedikit pelan tetapi masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Bastian. “Kau sepertinya sangat mengetahui tabiatku, nona Gia.” Gia diam, siapapun pasti juga akan berpikir seperti itu meski baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Bastian. Manusia kaku seperti batu yang dengan sengaja diberi nyawa oleh Tuhan. “Baiklah, aku tak mau berbasa-basi lagi. Aku kesini masih dengan pertanyaan yang sama.” “Maaf pak, tapi jawaban saya tetap sama.” Bastian sedikit berdecak, “Baiklah, aku akan memb

    Last Updated : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 9

    Gia menarik pergelangan tangan Bastian kasar untuk segera keluar dari ruangan tersebut, setelah sedikit lebih jauh dari ruangan ibunya, ia menghempas cekalannya itu dan menghadap Bastian dengan kesal. “Kenapa anda bisa berbicara semudah itu didepan mama saya?”“Aku hanya mempermudah urusan kita.”“Mempermudah? Saya bahkan tidak pernah setuju dengan itu.”Bastian memandang Gia aneh, “Bukankah itu juga menguntungkan untukmu? Aku tidak melakukannya untuk kepentinganku sendiri.”Gia mengusap wajahnya kasar, ia kesal dan lelah. Mengapa ia harus menghadapi manusia seperti Bastian untuk saat ini? Gadis itu menghela napas, “Sebaiknya anda pergi sekarang, pak. Bukankah anda ada urusan?”Bastian mengangguk, “Baiklah, aku tunggu kau besok pagi diruanganku.” Ia pun pergi meninggalkan Gia dengan perasaan yang masih dongkol itu.“Apalagi ini, Tuhan?”*****Gia berangkat kekantornya seperti biasanya, tetapi dengan perasaan yang berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar enggan untu

    Last Updated : 2023-01-21
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 10

    “Maaf karena merepotkan anda, pak Bastian,” ujar Gia setelah berhadapan dengan Bastian. Untuk beberapa detik Bastian dibuat terdiam melihat gadis yang kini ada di depannya, hingga membuat gadis itu merasa salah tingkah sendiri karena bossnya itu terus memandangnya dari ujung rambut hingga kaki. Gaun berwarna peach 5cm diatas lutut yang sangat cocok dengan warna kulit Gia yang putih, sepatu high hells yang tak terlalu tinggi, serta rambut yang kini tergerai bergelombang memberikan kesan fress pada dirinya. Penampilan yang tak pernah terbayangkan oleh Bastian. “Kau… sangat berbeda hari ini,” ujar Bastian tanpa sadar. “A-apa ini terlalu berlebihan? Saya bisa menggantinya dengan yang lebih sederhana lagi, jika anda mau,” kata gadis itu sedikit panik. “Tidak- tidak, maksudku kau cantik hari ini, eh… emh…, maksudku kau tak perlu menggantinya, itu cocok untukmu,” kata pemuda itu dengan gugup. “T-terimakasih, pak.” Entah mengapa Gia merasa kedua pipinya memanas sekarang, ia memegang kedu

    Last Updated : 2023-01-22
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 11

    “Jadi, kapan kalian akan menikah?”Ukhuk! Ukhuk! Ukhukk!Satu pertanyaan yang mampu membuat Gia terbatuk-batuk karena terkejut, Bastian segera menyerahkan segelas air kepada gadis itu dan meminumnya. “Kau tak apa-apa, sayang?” tanya Bastian yang dibalas anggukan oleh gadis itu.“Kau tak apa-apa, Gia? Maaf pertanyaan Mommy membuatmu terkejut,” kata wanita itu.“Mom, kami belum berpikir kesana,” kata Bastian.Gia meletakkan minumannya, “B-benar, Mom. Saya rasa itu terlalu cepat untuk kami?”“Apa lagi yang kalian tunggu?” tanya ayah Bastian.“Benar, Bastian sudah cukup mampu untuk menghidupi mu Gia, jadi kau tak perlu khawatir,” timpal wanita paruh baya itu.“Mom, sudahlah, aku dan Gia belum terpikir untuk menikah.”Wanita itu menghela napasnya menyerah dengan putranya, raut kecewa terpancar dari wajahnya membuat suasana yang hangat menjadi sedikit awkward. “Kalau begitu bagaimana jika kalian bertunangan saja?” celetuk wanita yang duduk bersebrangan dengan Gia.Semua pasang mata

    Last Updated : 2023-01-24

Latest chapter

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 28

    Setelah menyelesaikan semua jadwal mereka pada hari itu, keduanya memutuskan kembali ke rumah orang tua Bastian saat bulan sudah meninggi. Sangat terlihat dari raut muka Gia jika gadis itu kelelahan. Seperti biasa mereka disambut hangat oleh seluruh penghuni rumah, tak terkecuali para pelayan. Gia berjalan menuju kamarnya setelah lebih dulu menyapa calon mertuanya yang ada di ruang keluarga. Gadis itu menghempaskan tubuhnya yang kelelahan keatas kasur empuk milik keluarga Da Frans itu. Gadis itu memandang langit-langit kamar tidurnya, pikirannya masih mencerna apakah keputusan yang ia pilih sampai kini adalah yang terbaik. Bagaimana jika justru pilihannya akan membuat hidupnya semakin terluka? Gia bangkit dari tidurnya, gadis itu menepuk kedua pipinya cukup kencang secara tiba-tiba, "Kau harus menerima semua resiko dari keputusan yang kau ambil, Gia!" monolognya. Tanpa ia sadari seorang pria sedang berdiri diambang pintu sembari menatapnya aneh, "Sedang apa kau? kenapa menam

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 27

    Siang itu Gia dan Bastian disibukkan dengan pemilihan baju pernikahan mereka. Banyak gaun yang harus Gia coba, meskipun gadis itu sejujurnya lebih ingin acara yang sederhana, tetapi mengingat jika pasangannya adalah salah satu anggota keluarga da Franch, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Lousi dan keluarganya.Da Franch Family, keluarga kaya raya yang memiliki banyak scandal tetapi tak pernah terjatuhkan selama puluhan tahun. Bahkan, saat sebuah rumor tersebar dengan cepat pula rumor itu menghilang bak tak pernah ada.Meskipun kakek Thomson masih cukup sehat, tetapi jabatan kepala keluarga Da Franch kini sudah diturunkan pada Jefran, ayah Bastian. Tentu saja Bastian yang akan meneruskan menjadi kepala keluarga selanjutnya."Bagaimana menurut anda?" tanya seorang pelayan pada Bastian setelah Gia muncul. Ini adalah gaun ke 10 yang gadis itu coba, dan hampir semua gaun yang ia coba mendapat komentar tak sedap dari Bastian.Dengan wajah kesalnya gadis itu menatap

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 26

    "Jadi, acara makan malam kali ini adalah untuk membahas tanggal pernikahan kalian yang akan dipercepat!" ujar Jefran membuat Gia membelalakkan matanya terkejut, "kami berencana untuk mengadakan pernikahan kalian dalam 2 minggu lagi." "Apa?!" pekik Gia, "t-tunggu mom, dad, kenapa tiba-tiba dipercepat? bukankah mom dan dad sudah setuju jika pernikahan kami dilakukan 3 bulan lagi?" "Ini untuk kebaikan kamu dan mama kamu, Gia," ujar Lousi. "Iya, Gia. Semakin cepat kamu menjadi anggota keluarga Da Franch, semakin mudah untuk kami menjaga kalian," jelas Jefran. "Kenapa mom dan dad tidak mengobrolkannya dulu pada kami?" "Kami sudah mengobrolkannya dengan mamamu Gia, begitupun Bastian yang juga tidak ingin membuat kalian lebih tidak aman lagi dari sebelumnya," ucap Lousi, gadis itu menoleh bergantian pada mamanya dan juga Bastian. Apakah hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa disini? "Tetap saja kenapa kalian tidak bertanya pendapat Gia terlebih dulu?" tanyanya. "Sayang, ini untuk kebaik

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 25

    Bastian berdiri dibarisan rak pembalut hanya diam memandang satu persatu produk-produk itu. Ia agak menyesali dirinya karena tidak bertanya apa yang biasa ia gunakan, dan juga ia masih mempertanyakan didalam otaknya bagaimana bisa pembalut wanita memiliki sayap? "Sayap? Apa dia akan terbang?" gumamnya, "merk apa yang harus aku belikan untuknya?" monolognya lagi, "Akh. Kubelikan saja semua merk biarkan dia memilih sendiri apa yang dia mau." Final, pada akhirnya Bastian membeli 1 pembalut setiap merk dan setiap kemasan yang berbeda. Sekembalinya Bastian dari swalayan, ia segera mencari keberadaan Gia dengan membawa satu kantong belanja full yang hanya berisi pembalut, membuat Gia membelalakkan matanya terkejut terheran-heran dengan laki-laki satu ini. "Bas! kamu mau membuka toko, kenapa beli sebanyak ini?" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku tidak tahu apa yang biasanya kau gunakan, dan apa maksud dari pesanmu yang bersayap." Gia memijat pelipisnya, "Kau kan

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 24

    "Jika bukan karena kita adalah tunangan, dia pasti sudah ku tendang keujung dunia!" ujarnya asal. Tak berapa lama, Gia menyusul Bastian yang sudah menunggunya diloby toko. Tanpa memperdulikan pemuda itu ia berlalu begitu saja keluar toko meninggalkan Bastian dibelakangnya. Bastian yang terkejut melihat tingkah Gia pun segera menyusul gadis yang kini sudah memasuki mobil itu. Setelah Bastian memasuki mobil, mereka pun melajukan kendaraannya. Tak ada satupun obrolan dikeduanya membuat suasanasemakin canggung, terlebih dengan wajah Gia yang terlihat tidak bersahabat. Pemuda itu teringat dengan penjelasan Max yag mengatakan wanita yang bisa berubah seperti singa sewaktu-waktu, apakah saat ini ia akan menjumpai sosok Gia yang seperti itu? "Ekhem." pada akhirnya Bastian mencoba untuk memberanikan diri untuk membuka obrolan, "ada apa denganmu?" tanya pemuda itu sembari sesekali melirik gadis yang hanya diam dengan tangan bersilang didepan dada dan wajah yang menatap keluar jendela. "Aku

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 23

    Sudah satu minggu semenjak kejadian penculikan Gia terjadi, dan juga kini Gia dan ibunya sudah tinggal di apartement yang sama dengan Bastian, kamar mereka hanya bersebelahan. Mulai saat itu pula Gia dan Bastian selalu berangkat dan pulang kantor bersama.Meski terlihat romantis dan baik-baik saja, nyatanya hubungan mereka masih sangat canggung. Namun, juga banyak orang yang mendoakan dan mendukung hubungan mereka agar sampai dijenjang pernikahan, tentu saja tak sedikit manusia yang masih menghujat Gia yang tak pantas bersanding dengan seorang Bastian."Kau sudah memberitahu mama, jika nanti kita ada acara makan malam bersama keluargaku?" tanya Bastian."Sudah, nanti akan ku ingatkan lagi." Bastian mengangguk.*****Jam makan siang tiba, Gia hendak bangkit dari duduknya sebelum Bastian lebih dulu mengajaknya untuk makan siang di luar area kantor. Tentu saja gadis itu tidak bisa menolak ajakan pemuda itu. Setelah makan siang selesai, Bastian tidak mengajak Gia untuk kembali ke kantor t

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 22

    BRAK! Suara gebrakan pintu mengejutkan semua orang yang ada disana, tak lama puluhan orang berbaju hitam sudah mengepung tempat tersebut. "Apa-apaan ini?" tanya Bertho bingung sekaligus panik. Seorang pemuda yang berwajah sangat familiar segera menghampiri Bastian yang masih tersungkur dengan diikuti beberapa anak buahnya yang segera meringkus orang-orang suruhan Bertho dengan pemuda itu juga. "Brengsek! lepaskan aku! apa-apaan ini, Bas! kau menjebakku, Sialan!" Makinya sembari berjalan keluar dari gedung tersebut, bersama anak buah BAstian yang lain. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Bastian pada Max yang kini mencoba membantunya bangkit. Detik berikutnya Gia pun menghampiri Bastian dan mencoba membantu pemuda itu untuk berdiri. Entah kenapa rasanya menyesakkan melihat Bastian meringis kesakitan seperti itu. "Tentu saja aku harus menikmati moment yang belum pernah ku lihat sebelumnya," jawabnya santai. "Kau baik-baik saja, Bas?" tanya Gia khawatir. "Bukankah seharusnya aku yang

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 21

    BUGH! Bastian tersungkur saat sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Namun satu pukulan tak cukup untuk menumbangkannya, ia segera bangkit dan berbalik menghadap beberapa orang yang sudah siap untuk menyerangnya. Pemuda itu tersenyum simpul, "Trup, huh?" gumamnya. Bastian bersiap dengan posisi kuda-kudanya, siap menghabisi semua orang yang ada ditempat itu. Satu orang, dua orang, tiga orang, ia berhasil melumpuhkan setengah dari orang-orang itu dalam waktu singkat. Memukuli orang adalah bakatnya yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, ia sudah di didik dengan sedemikian rupa untuk menjadi pewaris keluarga konglomerat. Kini hanya tinggal beberapa orang saja dihadapannya, ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin untuk bisa mencari keberadaan Gia yang sebenarnya.Satu pukulan terakhir, setelah ini ia akan segera pergi mencari Gia. Setidaknya itu yang ia rwncanakan sebelum matanya menangkap sosok Gia yang tengah di seret oleh seorang pria.Konsentrasinya buyar seketika membu

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 20

    Bastian memasuki sebuah ruangan dengan raut marah yang sangat terlukis jelas diwajahnya, seolah-olah berkata siapapun yang menahannya maka dia akan mati saat itu juga. Dia membuka paksa pintu ruangan tersebut, membuat seseorang yang ada di dalamnya memandangnya terkejut."Bisakah kau berhenti mengganggu milikku sejenak, David?!" ujar Bastian yang sudah sebisa mungkin menahan keinginannya untuk langsung memukuli pria dihadapannya itu.Laki-laki yang duduk di sebuah sofa itu memandang bergantian Bastian dan beberapa anak buahnya yang kini menatapnya takut. Laki-laki itu menghela napas, "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin menerima tamu." Ucapan itu ia tujukan untuk anak buahnya."Maaf tuan, tapi tuan Bastian yang--"Prangg!Sebuah vas bunga meluncur melewati Bastian begitu saja, tepat terkena pemuda berpakaian hitam yang ada di belakanag Bastian, pemuda yang sesaat sebelumnya berbicara. "Siapa yang menyuruhmu bicara, bangsat?" tanyanya dengan santai, ia menghela napas, "pergilah kalia

DMCA.com Protection Status