Gia menarik pergelangan tangan Bastian kasar untuk segera keluar dari ruangan tersebut, setelah sedikit lebih jauh dari ruangan ibunya, ia menghempas cekalannya itu dan menghadap Bastian dengan kesal. “Kenapa anda bisa berbicara semudah itu didepan mama saya?”“Aku hanya mempermudah urusan kita.”“Mempermudah? Saya bahkan tidak pernah setuju dengan itu.”Bastian memandang Gia aneh, “Bukankah itu juga menguntungkan untukmu? Aku tidak melakukannya untuk kepentinganku sendiri.”Gia mengusap wajahnya kasar, ia kesal dan lelah. Mengapa ia harus menghadapi manusia seperti Bastian untuk saat ini? Gadis itu menghela napas, “Sebaiknya anda pergi sekarang, pak. Bukankah anda ada urusan?”Bastian mengangguk, “Baiklah, aku tunggu kau besok pagi diruanganku.” Ia pun pergi meninggalkan Gia dengan perasaan yang masih dongkol itu.“Apalagi ini, Tuhan?”*****Gia berangkat kekantornya seperti biasanya, tetapi dengan perasaan yang berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar enggan untu
“Maaf karena merepotkan anda, pak Bastian,” ujar Gia setelah berhadapan dengan Bastian. Untuk beberapa detik Bastian dibuat terdiam melihat gadis yang kini ada di depannya, hingga membuat gadis itu merasa salah tingkah sendiri karena bossnya itu terus memandangnya dari ujung rambut hingga kaki. Gaun berwarna peach 5cm diatas lutut yang sangat cocok dengan warna kulit Gia yang putih, sepatu high hells yang tak terlalu tinggi, serta rambut yang kini tergerai bergelombang memberikan kesan fress pada dirinya. Penampilan yang tak pernah terbayangkan oleh Bastian. “Kau… sangat berbeda hari ini,” ujar Bastian tanpa sadar. “A-apa ini terlalu berlebihan? Saya bisa menggantinya dengan yang lebih sederhana lagi, jika anda mau,” kata gadis itu sedikit panik. “Tidak- tidak, maksudku kau cantik hari ini, eh… emh…, maksudku kau tak perlu menggantinya, itu cocok untukmu,” kata pemuda itu dengan gugup. “T-terimakasih, pak.” Entah mengapa Gia merasa kedua pipinya memanas sekarang, ia memegang kedu
“Jadi, kapan kalian akan menikah?”Ukhuk! Ukhuk! Ukhukk!Satu pertanyaan yang mampu membuat Gia terbatuk-batuk karena terkejut, Bastian segera menyerahkan segelas air kepada gadis itu dan meminumnya. “Kau tak apa-apa, sayang?” tanya Bastian yang dibalas anggukan oleh gadis itu.“Kau tak apa-apa, Gia? Maaf pertanyaan Mommy membuatmu terkejut,” kata wanita itu.“Mom, kami belum berpikir kesana,” kata Bastian.Gia meletakkan minumannya, “B-benar, Mom. Saya rasa itu terlalu cepat untuk kami?”“Apa lagi yang kalian tunggu?” tanya ayah Bastian.“Benar, Bastian sudah cukup mampu untuk menghidupi mu Gia, jadi kau tak perlu khawatir,” timpal wanita paruh baya itu.“Mom, sudahlah, aku dan Gia belum terpikir untuk menikah.”Wanita itu menghela napasnya menyerah dengan putranya, raut kecewa terpancar dari wajahnya membuat suasana yang hangat menjadi sedikit awkward. “Kalau begitu bagaimana jika kalian bertunangan saja?” celetuk wanita yang duduk bersebrangan dengan Gia.Semua pasang mata
Gia duduk berhadapan dengan kedua orang tua Bastian serta ibunya yang duduk di sampingnya dengan perasaan gugup. Gadis itu memainkan ujung bajunya awkward, meskipun sebenarnya keadaan tidak setegang itu, justru ibu Bastian dan ibunya sudah terlihat dekat. “Jadi bagaimana menurut anda?” tanya ayah Bastian. “Keputusan saya tergantung pada Gia, saya hanya ingin putri saya bahagia karena mungkin umur saya pun tak akan lama lagi,” ujar ibu Gia membuat gadis itu menoleh kearahnya seketika. “Ma! Mama ngomong apa sih?” Wanita yang dipanggilnya mama itu hanya tersenyum sembari mengusap kepala putrinya. “Jika Bastian bisa berjanji untuk membahagiakan Gia, maka saya akan suka rela menyetujuinya.” Gia memandang ibunya denga tatapan sedih dan bersalah karena sudah membohongi wanita itu. “Maafin Gia, Mama, jangankan bahagia kami bahkan sama sekali tidak saling mencintainya,” batinnya. “Anda tenang saja, meskipun anak itu terlihat kaku tetapi saya yakin dia akan membahagiakan Gia sepenuhnya.”
Pandangan mereka saling bertemu, Gia memandang pemuda itu terkejut sedangkan tatapan tajam Bastian tujukan pada gadis yang ada dihadapannya itu. “Sesuai perjanjian yang kita sepakati, aku akan memperlakukanmu sebagaimana mestinya. Aku memang brengsek, nona Gia, tapi aku bisa memegang janjiku, jadi jangan pernah kau mencoba untuk kabur lagi dariku. Mengerti?” Semua kata-kata yang keluar dari mulut pemuda itu seakan menjadi mantra penghipnotis untuk Gia. Gadis itu hanya mengangguk pelan masih terkejut dengan jarak yang sedekat itu dengan Bastian. Jantungnya pun tak bisa berbohong jika ia pun berdebar cukup kencang. Cklek! Bastian menjauhkan tubuhnya dan kembali ke posisi semula, setelah memasangkan sabuk pengaman pada gadis itu. Gia merasa wajahnya memanas, dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Pemuda itu memasang kembali sabuk pengamannya sedangkan gadis yang duduk disebelahnya itu, masih memalingkan wajahnya dengan sesekali menyentuh kedua pipinya dan beralih memegang dada
Disebuah ruang makan terdapat 3 orang yang sedang menikmati acara makan malam mereka. Tepat 30 menit setelah Gia dan ibunya selesai memilih gaun pertunangan mereka, Bastian sampai bermaksud untuk menjemput Gia dan mengantarnya pulang. Namun, pada akhirnya ia pun juga harus tertahan atas permintaan ibunya untuk makan malam bersama. Selesai makan malam, keduanya memutuskan untuk pulang tentu saja Bastian yang akan mengantar Gia kembali ke kediamannya dengan selamat. Baru saja Bastian menjalankan mobilnya menjauh dari kediaman tersebut, protesan Gia sudah masuk menyapa indra pendengarannya."Anda sudah tahu kalau pertunangan kita dipercepat?" Bastian hanya melirik sekilas gadis itu tanpa menjawab, "kenapa anda tidak memberitahu saya?" "Untuk apa aku memberitahumu, toh mommy juga akan memberitahumu," jawab Bastian santai."Tetap saja! Seharusnya kalian juga membicarakannya dengan saya, 'kan. Huhh! apa semua konglomerat seperti ini?""Ibumu sudah menyetujuinya, beliau bilang lebih cepat
2 hari setelah acara pertunangan, Gia kembali masuk ke kantor untuk bekerja seperti biasa. Namun, sialnya, baru saja ia melangkah memasuki halaman kantor, semua tatapan mata tertuju padanya. Tatapan mata dan bisik-bisikan orang-orang membuatnya seakan ingin segera menghilang dari tempat tersebut.Gia memang sengaja diberikan waktu cuti oleh Bastian untuk beristirahat, dan ia pun sudah mengira jika kabar tentang pertunanagannya yang mendadak dengan Bastian akan menyebar. Namun, ia tak menyangka jika akan tersebar secepat ini.Gia memilih untuk menggunakan tangga darurat untuk menjauhi kerumunan orang yang masih bergosip tentangnya. "Huh! kenapa bisa tersebar secepat ini?" gumamnya sembari mempercepat langkahnya menaiki satu persatu anak tangga.Gia sampai dilantai ruangannya berada, gadis itu mempercepat langkahnya setengah berlari, ia bisa malu jika berpapasan dengan rekan kerjanya yang lain. Namun, tiba-tiba saja gadis itu menghantam sesuatu hingga membuatnya terhuyung ke belakang.
5 Hari kemudian. Sesuai yang dikatakan Bastian sebelumnya, ia akan mengumumkan secara resmi tentang pertunangan yang dirumorkan selama beberapa hari kebelakang.Ia pun menegaskan jika hubungan mereka pure karena rasa suka dan cinta, yang terjalin karena lamanya mereka bekerja sama. Tentu saja berita yang bukan hanya rumor itu mematahkan hampir semua wanita yang ada di perusahaan tersebut. Melihat orang yang mereka puja sudah memiliki pasangan.Setelah itu pula, perubahan sikap dari rekan kerjanya gadis itu temukan. Ada yang menjadi sangat baik padanya sampai orang yang terang-terangan mengatakan jika ia tidak layak bersanding dengan Bastian. Yah, ia juga tidak terlalu memperdulikannya."Kau tidak usah berlagak karena menjadi tunangan, Boss. Aku yakin kau hanya salah satu boneka untuknya," kata seorang rekannya yang memang sudah menginginkan posisi sekretaris sejak awal ia menjabat."Benarkah? Sepertinya anda sangat berpengalaman ya, nona Julia," balas Gia. Ya, ia memang bukan wanita