Tok! tok! tok!"Masuk!"Pintu terbuka, menunjukkan seorang perempuan dengan penampilan rapi memakai setelan jas wanita berwarna hitam dan kemeja putih di dalamnya. Make up tipis yang membalus wajahnya memberikan kesan natural, serta rambut coklat yang di ikat ekor kuda membuatnya lebih terlihat fresh.Ia berjalan memasuki ruangan yang cukup besar itu dengan sopan lalu meletakkan 3 map diatas meja yang langsung di ambil alih oleh seorang pria tampan yang sedetik yang lalu masih sibuk berkutat dengan komputernya.Laki-laki tampan dengan rahang tegasnya, tatapan tajam saat membolak balikkan lembar demi lembar laporan yang ia baca memberi kesan serius. Pria itu meraih bolpoin dan menanda tangani beberapa lembar di 2 map dari 3 yang tadi diberikan."Tolong buat ini lebih mudah untuk dipahami," kata laki-laki itu."Baik, pak. Akan saya lakukan," jawab wanita itu sembari menerima kembali 3 map tersebut, "maaf pak, saya hanya mengingatkan kalau nanti anda ada pertemuan lunch jam 1 siang di Va
Jam menunjukkan pukul 12.55, Gia dan Bastian sudah berada di tempat temu dengan perwakilan dari C'yo Corp untuk lunch bersama. Namun, pihak yang membuat janji temu bahkan sedikitpun belum menunjukkan batang hidungnya. Bastian memang salah satu orang yang tepat waktu dan tidak mentolerir keterlambatan, jika perlu ia ataupun mereka yang membuat janji dengannya harus datang minimal 5 menit sebelum jam pertemuan sebenarnya.Gia membuka ponselnya saat merasakan getaran dari dalam tasnya, gadis itu membulatkan matanya sesaat setelah membaca pesan singkat tersebut. "Gawat," gumamnya.Tak disangka gumaman itu ternyata terdengar hingga telinga Bastian, laki-laki itu menoleh, "Ada apa, Gia?"Pertanyaan singkat yang berhasil membuatnya terkejut, "Ah, pihak C'yo Corp baru saja memberi kabar, mereka meminta maaf karena harus membatalkan janji temu hari ini, pak," jawab Gia.Bastian menaikkan sebelah alisnya lalu melihat arloji ditangan kirinya, "Mereka membatalkan janji 3 menit sebelum jam temu?"
Gia tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang harus di selesaikan hari ini, ia beberapa kali memeriksa jam digital yang ia letakkan di samping komputernya. Sudah hampir satu jam setelah ia kembali dari makan siang, tetapi CEO nya masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kemunculan. Sedikit aneh menurutnya, karena selama ini laki-laki itu selalu memastikan jadwal terlebih dahulu sebelum pergi, kalaupun ia harus pergi mendadak Bastian akan selalu menghubunginya untuk merubah jadwal."Aneh, yah walaupun hari ini tidak ada meeting, sih. Ah, sudahlah, lebih bagus jika hari ini dia tidak kembali," gumam Gia.Drrrttt... drrttt....Gadis itu meraih benda pipih yang bergetar sedetik yang lalu, tertulis nama yang sangat familiar dilayarnya. Gia menoleh kesebuah kalender kecil, ia menepuk dahinya pelan seolah mengingat sesuatu. Buru-buru ia menerima panggilan suara tersebut."Halo... Kakak?" panggil seseorang dari ujung telepon, "kakak belum transfer uangnya?"Dia adalah Dion Verestio Licgeor
mobil lamborgini berwarna hitam berhenti di depan kediaman keluarga da Franch, menit berikutnya dua pelayan membukakan masing-masing pintu dimana dua pria keluar dari dalam sana. Sebastian dan Max berjalan memasuki rumah yang sudah lama tak ia kunjungi itu."Dimana Mommy?" tanya Bastian pada kepala pelayan rumah orang tuanya."Nyonya berada di ruang kerja, Tuan muda," jawab pelayan tersebut sopan. Tanpa membalas, Bastian berlalu begitu saja."Selamat siang, miss Clara, bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu, ya," kata Max ramah."Selamat siang tuan Max, seperti yang anda lihat saya sangat sehat.""Baguslah, kau harus selalu sehat miss, karena mengurus keluarga ini adalah pekerjaan yang berat, right?" Pelayan itu hanya tersenyum membalas ucapan Max."Sampai kapan kau mau diam disana, Max?" Mendengar suara boss nya itu, Max pun segera menyusul Bastian yang sudah memandangnya jengah. "Santailah sedikit, Bas," kata Max sembari menyenggol lengan Bastian dengan sikunya. Kedua p
Sesuai janji yang sebelumnya ia katakan kepada Carlos, mereka pergi kerumah Gia untuk mengadakan pesta ulang tahunnya. Carlos dan Gia sampai dengan bebrapa pepperbag yang dibawa Carlos, berisi bahan bahan yang Gia butuhkan."Mama, Gia pulang.""Oh, sayang, kau pulang cepat?"Gadis itu mencium pipi ibunya, "Iya, dan lihat siapa yang kubawa kemari," katanya sembari sedikit menyingkir memperlihatkan Carlos yang baru saja masuk."Carlos, sudah lama kau tak berkunjung kemari. Kau semakin tampan saja, ya," kata wanita itu sembari memeluk pemuda itu."Maaf tante, pekerjaanku cukup menumpuk akhir-akhiri ini.""Ck, kalian berdua itu sama saja. Terlalu sibuk dengan pekerjaan juga bukan hal bagus, kesehatan kalian yang terpenting," ujar wanita itu menceramahi keduanya yang kini hanya saling pandang."Baiklah-baiklah, tenang saja mama, kami akan menjaga diri," kata Gia dengan senyuman, "berikan itu padaku, Carl," lanjutnya sembari mengambil alih pepperbag yang dibawa Carlos."Kalian berdua dudukl
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tetapi belum membuat Gia beranjak dari depan komputernya. Sesekali ia meregangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal, gadis itu menghela napas saat melihat setumpuk berkas yang harus ia kerjakan. "Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini," gumamnya lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa menyadari seseorang yang sudah berdiri di depan tempat kerjanya. Gia tersentak ketika suara ketukan terdengar dari mejanya, ia menoleh dan melihat orang yang ia kenal tengah berdiri didepan mejanya, "Kau lembur, nona Gia?" tanya laki-laki itu. "Ah, iya pak." Max tersenyum lalu meletakkan sebuah gelas yang ia bawa di atas meja Gia membuat gadis itu bingung, "Minumlah, aku membuatkanmu kopi." "Emm..., terimakasih pak." Max menggangguk, "ah, pak Bastian sudah pergi sejak 1 jam yang lalu pak," katanya, ketika melihat Max masih berada di posisi yang sama."Tidak-tidak, aku tidak mencari boss."Gadis itu mengangguk kecil, tetapi juga tetap menerka-nerka tujuan
Gia menghempas tubuhnya di sofa sesaat setelah baru saja sampai dikediamannya tepat pukul 9 malam, gadis itu menghela napasnnya berat sembari memejamkan mata. Meeting yang ia kira akan berjalan lebih ceat ternyata tidak sesuai dengan perkiraannya, terlebih lagi suasana meeting yang sangat tegang untuknya mendengar para pimpinan beradu argumen. “Kau baru pulang, Nak?” tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya. Gia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk disampingnya, gadis itu beralih memeluk wanita tersebut dengan manja. “Gia lelah mama.” Wanita itu mengusap kepala anaknya lembut, “Maafkan mama karena selalu merepotkanmu, Sayang,” ujarnya membuat Gia merasa berslah seketika. “Aku tak menyalahkan mama, aku hanya ingin bercerita karena hari ini adalah hari yang cukup berat untukku.” “Tetap saja, mama tak bisa membantumu.” “Sudahlah mama, Gia yang bertugas menggantikan papa. Melihat mama sehat saja aku sudah senang,” kata gadis itu. Wanita itu mencium pucuk kepala put
Gia menerjapkan matanya ketika sayup-sayup mendengar suara beberapa barang-barang yang berdenting. Gadis itu meregangkan badannya, matanya beralih pada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya, ia memeriksa arlojinya yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.“Sejak kapan kau sampai?” tanya gadis itu kepada pemuda yang masih membelakanginya.“15 menit yang lalu,” jawabnya masih sibuk dengan kegiatannya.“Kau sedang apa, Carl?” tanya Gia yang kini sudah berdiri disamping Carlos.“Aku membawakan makanan untukmu, aku tau kau belum makan dari semalam,” ujarnya.“Kau tak perlu repot-repot membawakan makanan untukku, Carl.”“Apa salahnya?”“Aku hanya tak mau semakin membebanimu. Kau sudah cukup membantu keluargaku.”“Bisakah kau berhenti mengatakan itu? Aku bosan mendengarnya. Lagi pula aku sudah bilang bukan jika kita ini keluarga,” kata Carlos sembari duduk di sofa, “makanlah selagi hangat, aku membuatnya sendiri.”Gia diam dan menuruti permintaan pemuda itu, gadis itu melahap ma