Share

Part 1

last update Last Updated: 2022-12-26 21:49:37

Jam menunjukkan pukul 12.55, Gia dan Bastian sudah berada di tempat temu dengan perwakilan dari C'yo Corp untuk lunch bersama. Namun, pihak yang membuat janji temu bahkan sedikitpun belum menunjukkan batang hidungnya.

Bastian memang salah satu orang yang tepat waktu dan tidak mentolerir keterlambatan, jika perlu ia ataupun mereka yang membuat janji dengannya harus datang minimal 5 menit sebelum jam pertemuan sebenarnya.

Gia membuka ponselnya saat merasakan getaran dari dalam tasnya, gadis itu membulatkan matanya sesaat setelah membaca pesan singkat tersebut. "Gawat," gumamnya.

Tak disangka gumaman itu ternyata terdengar hingga telinga Bastian, laki-laki itu menoleh, "Ada apa, Gia?"

Pertanyaan singkat yang berhasil membuatnya terkejut, "Ah, pihak C'yo Corp baru saja memberi kabar, mereka meminta maaf karena harus membatalkan janji temu hari ini, pak," jawab Gia.

Bastian menaikkan sebelah alisnya lalu melihat arloji ditangan kirinya, "Mereka membatalkan janji 3 menit sebelum jam temu?" Gia mengangguk ragu.

Bastian berdecak, "Baiklah, lain kali tidak perlu lagi menerima janji temu dengan mereka. Sekali mengecewakan akan tetap begitu, jika mereka meminta lagi kau bilang saja jika aku sibuk, mengerti?"

"Baik."

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Bastian bangkit dari duduknya diikuti Gia yang juga bangkit dari tempatnya itu membuat laki-laki yang berstatus sebagai boss nya itu menoleh bingung, "mau kemana kau?"

"Bukankah saya juga harus pergi jika anda pergi?"

Bastian melihat arlojinya, "Ini masih jam makan siang, jadi kau tetap disini dan pesan lah sesuatu, aku yang akan membayarnya," ujarnya membuat Gia membulatkan matanya kaget.

Selama 2 tahun ia bekerja sebagai sekretaris Bastian, ini adalah sikap paling manusiawi yang laki-laki itu tunjukkan padanya. "Apakah bisa seperti itu? bukankah anda juga belum makan?"

"Aku tidak lapar, jadi lebih baik kau duduk dan segera memesan makananmu. Aku tidak akan memberikan kau tambahan waktu istirahat!"

Baiklah, Gia menarik kembali rasa kemanusiaan yang ia pikirkan sebelumnya. "Baiklah. Tapi, anda mau kemana?"

"Apa aku harus memberitahu kau?"

Wanita itu menggeleng cepat, "Tidak! baik, kalau begitu selamat jalan pak direktur, terimakasih traktirannya," jawab Gia merutuki dirinya yang terkesan kepo itu. 'Kau bodoh, Gia.' batinnya

Bastian berlalu tanpa menanggapi kata-kata sekretarisnya keluar cafe, Gia yang melihat itu hanya menghela napas berat lalu menghempaskan kembali tubuhnya diatas kursi.

"Dasar manusia berdarah dingin!" umpatnya saat matanya masih melihat direktur nya hendak memasuki mobil. "Baiklah, lebih baik aku segera memesan. Hahh... untuk pertama kalinya dalam sejarah sekretarisku laki-laki itu mentraktirku dengan cuma-cuma seperti ini."

***

Bastian melajukan mobilnya memecah jalanan ramai menuju apartementnya, ia bukan sengaja untuk membolos tetapi beberapa menit yang lalu Bastian mendapatkan kabar bahwa pria bodoh yang berstatus sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaannya tengah merusuh disana.

"Akan ku hajar kau keparat!" umpat Bastian kesal.

Sesampainya di area apartemen, ia menghentikan mobil di depan lobi dan segera keluar. Seperti biasa, seorang security akan beralih memindahkan mobilnya ke basement. Laki-laki itu mempercepat langkahnya, ia beberapa kali menekan tombol dengan angka 10 di sana, tempatnya tinggal. Pintu lift terbuka, ia pun segera melangkah masuk.

Bastian membuka pintu apartemennya yang sudah hampir tak berbentuk. Laki-laki itu dibuat menganga karena tingkah pria gila yang tengah menggila itu, dan sialnya dia adalah sahabatnya. Sial!.

Ruang tamu yang semula rapi kini sudah seperti kapal pecah, dimana banyak berserakan bungkus makanan ringan, cola dan alkohol. Ah, sepertinya ia benar-benar harus membereskan laki-laki gila itu.

"Kau sudah bersenang-senang ya?" Itu bukan pertanyaan melainkan sindiran. Pria tampan dengan wajah ala eropa itu menoleh dan tersenyum melihat kehadiran sahabatnya itu.

"Oh, kau sudah pulang? Apa kau tidak punya alkohol lagi, Bas?" Pertanyaan sederhana yang mampu membuat Bastian kesal.

"Mau separah apa lagi kau menghancurkan tempat tinggalku, Max?!" Bastian bertanya dengan tenang tetapi justru terkesan sangat menusuk, laki-laki itu memijat pelipisnya dan menghela napas, "sudahlah, masalah apa lagi sekarang sampai kau membolos dari kantor dan malah membuat onar di rumah orang lain seperti ini."

"Julia selingkuh."

"Apa?!!" pekik Bastian, oke, untuk kali ini ia benar-benar kesal dengan pria yang bernama Max itu, "kau menjadi gila seperti ini hanya karena seorang wanita menyelingkuhimu?! dude c'mon, are you kidding me?"

"Julia is my life, Bas."

"Hah? kau bercanda? sudahlah, jangan mengeluh dan segeralah kembali ke kantor! Kau membuatku membuang waktu selama lebih dari 30 menit!"

"Bas! kau benar-benar tak punya perasaan!"

"Apa? untukmu? tentu saja, untuk apa ku berikan perasaanku untukmu?" Bastian melangkah menuju pintu keluar apartementnya, "kuberi waktu 20 menit dari sekarang, aku tunggu di lobi," lanjutnya lalu keluar dari apartement itu.

"Fuck you, Bastian!!" pekik Max yang masih sempat bastian dengar sebelum pintu benar-benar tertutup.

"Fuck you too, Max," gumamnya santai sembari melangkah semakin jauh.

Maxium Van Lionhart, laki-laki berusia 30 tahun yang berstatus sebagai sahabat, orang kepercayaan dan wakil CEO-nya. Keluarga Lionhart dan De France memang sudah terkenal kedekatannya sejak dulu, kedekatan keduanya pun bukan sekedar persahabatan atau atasan bawahan melainkan sebuah keluarga.

30 menit sudah Bastian duduk di sofa yang berada di lobi bangunan tersebut, beberapa kali ia memeriksa arlojinya. Laki-aki itu berdecak saat jarum panjang itu terus berjalan sedangkan manusia yang ia tunggu pun tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Apa dia mati di dalam sana?" gumamnya.

Bastian beralin mengoperasikan ponselnya, ia hendak menelpon Max sebelum sebuah suara menghentikannya dan membuatnya menoleh menatap laki-laki yang berumur satu tahun diatasnya itu dengan tatapan datar. "Apa kau tak bisa membaca jam?"

"Apa kau tidak mengerti jika sahabatmu ini sedang berkabung?!" tanya Max dengan nada menyindir.

Bastian memutar bola matanya, "Perkabunganmu tidak berguna bagiku. Cepatlah, kita masih ada hal yang harus dikerjakan di kantor."

"Baiklah-baiklah, dasar killer CEO!" ujar Max yang tak dipedulikan Bastian.

Yah, ia tahu sebutan itu. Sebutan dari para karyawannya untuk seorang CEO yang terlalu disiplin waktu, pemarah, perfeksionis, dan dingin. Max pun menyadari jika itu semua memanglah benar, ia tak mungkin tak bisa setuju dengan fakta yang jelas didepan mata seperti itu, 'kan.

Kedua laki-laki itu berada disatu mobil yang sama, dengan Max yang berada dibangku kemudi sedangkan Bastian berada di sampingnya. Siang ini jalanan cukup ramai tak seperti biasanya, sudah hampir satu jam setelah mereka keluar area apartement, tetapi mereka masih menempuh setengah jalan.

Berbeda dengan Max yang fokus dengan acara menyetirnya, Bastian justru sibuk dengan tablet yang menampilkan softcopy untuk presentasi minggu depan dan beberapa lembar berkas-berkas yang sebelumnya belum sempat ia periksa lebih detail.

"Kau tak pulang kerumah orang tuamu, Bas?"

"Besok aku akan kesana," jawab Bossnya tanpa mengalihkan pandangan dari pekerjaannya, "ah, bicara tentang itu, besok temani aku kerumah, oke!"

Max menoleh dan menaikkan sebelah alisnya, "Untuk apa?"

"Kau tau bukan, apa yang akan dibahas orang tuaku nanti? Aku malas mendengarnya sendiri, lagi pula jika mereka mengenalkan seorang gadis bukankah kau juga bisa mendekatinya."

Max menghela napas, "Apa susahnya menerima perjodohan orang tuamu? Lagi pula yang mereka tawarkan bukanlah wanita-wanita sembarangan, bukankah itu menguntungkan?"

"Aku akan menikah, tapi tidak sekarang dan bukan karena perjodohan. Lagi pula wanita itu merepotkan!"

Related chapters

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 2

    Gia tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang harus di selesaikan hari ini, ia beberapa kali memeriksa jam digital yang ia letakkan di samping komputernya. Sudah hampir satu jam setelah ia kembali dari makan siang, tetapi CEO nya masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kemunculan. Sedikit aneh menurutnya, karena selama ini laki-laki itu selalu memastikan jadwal terlebih dahulu sebelum pergi, kalaupun ia harus pergi mendadak Bastian akan selalu menghubunginya untuk merubah jadwal."Aneh, yah walaupun hari ini tidak ada meeting, sih. Ah, sudahlah, lebih bagus jika hari ini dia tidak kembali," gumam Gia.Drrrttt... drrttt....Gadis itu meraih benda pipih yang bergetar sedetik yang lalu, tertulis nama yang sangat familiar dilayarnya. Gia menoleh kesebuah kalender kecil, ia menepuk dahinya pelan seolah mengingat sesuatu. Buru-buru ia menerima panggilan suara tersebut."Halo... Kakak?" panggil seseorang dari ujung telepon, "kakak belum transfer uangnya?"Dia adalah Dion Verestio Licgeor

    Last Updated : 2022-12-26
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 3

    mobil lamborgini berwarna hitam berhenti di depan kediaman keluarga da Franch, menit berikutnya dua pelayan membukakan masing-masing pintu dimana dua pria keluar dari dalam sana. Sebastian dan Max berjalan memasuki rumah yang sudah lama tak ia kunjungi itu."Dimana Mommy?" tanya Bastian pada kepala pelayan rumah orang tuanya."Nyonya berada di ruang kerja, Tuan muda," jawab pelayan tersebut sopan. Tanpa membalas, Bastian berlalu begitu saja."Selamat siang, miss Clara, bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu, ya," kata Max ramah."Selamat siang tuan Max, seperti yang anda lihat saya sangat sehat.""Baguslah, kau harus selalu sehat miss, karena mengurus keluarga ini adalah pekerjaan yang berat, right?" Pelayan itu hanya tersenyum membalas ucapan Max."Sampai kapan kau mau diam disana, Max?" Mendengar suara boss nya itu, Max pun segera menyusul Bastian yang sudah memandangnya jengah. "Santailah sedikit, Bas," kata Max sembari menyenggol lengan Bastian dengan sikunya. Kedua p

    Last Updated : 2022-12-27
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   Part 4

    Sesuai janji yang sebelumnya ia katakan kepada Carlos, mereka pergi kerumah Gia untuk mengadakan pesta ulang tahunnya. Carlos dan Gia sampai dengan bebrapa pepperbag yang dibawa Carlos, berisi bahan bahan yang Gia butuhkan."Mama, Gia pulang.""Oh, sayang, kau pulang cepat?"Gadis itu mencium pipi ibunya, "Iya, dan lihat siapa yang kubawa kemari," katanya sembari sedikit menyingkir memperlihatkan Carlos yang baru saja masuk."Carlos, sudah lama kau tak berkunjung kemari. Kau semakin tampan saja, ya," kata wanita itu sembari memeluk pemuda itu."Maaf tante, pekerjaanku cukup menumpuk akhir-akhiri ini.""Ck, kalian berdua itu sama saja. Terlalu sibuk dengan pekerjaan juga bukan hal bagus, kesehatan kalian yang terpenting," ujar wanita itu menceramahi keduanya yang kini hanya saling pandang."Baiklah-baiklah, tenang saja mama, kami akan menjaga diri," kata Gia dengan senyuman, "berikan itu padaku, Carl," lanjutnya sembari mengambil alih pepperbag yang dibawa Carlos."Kalian berdua dudukl

    Last Updated : 2023-01-02
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 5

    Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tetapi belum membuat Gia beranjak dari depan komputernya. Sesekali ia meregangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal, gadis itu menghela napas saat melihat setumpuk berkas yang harus ia kerjakan. "Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini," gumamnya lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa menyadari seseorang yang sudah berdiri di depan tempat kerjanya. Gia tersentak ketika suara ketukan terdengar dari mejanya, ia menoleh dan melihat orang yang ia kenal tengah berdiri didepan mejanya, "Kau lembur, nona Gia?" tanya laki-laki itu. "Ah, iya pak." Max tersenyum lalu meletakkan sebuah gelas yang ia bawa di atas meja Gia membuat gadis itu bingung, "Minumlah, aku membuatkanmu kopi." "Emm..., terimakasih pak." Max menggangguk, "ah, pak Bastian sudah pergi sejak 1 jam yang lalu pak," katanya, ketika melihat Max masih berada di posisi yang sama."Tidak-tidak, aku tidak mencari boss."Gadis itu mengangguk kecil, tetapi juga tetap menerka-nerka tujuan

    Last Updated : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 6

    Gia menghempas tubuhnya di sofa sesaat setelah baru saja sampai dikediamannya tepat pukul 9 malam, gadis itu menghela napasnnya berat sembari memejamkan mata. Meeting yang ia kira akan berjalan lebih ceat ternyata tidak sesuai dengan perkiraannya, terlebih lagi suasana meeting yang sangat tegang untuknya mendengar para pimpinan beradu argumen. “Kau baru pulang, Nak?” tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya. Gia menoleh dan melihat ibunya sudah duduk disampingnya, gadis itu beralih memeluk wanita tersebut dengan manja. “Gia lelah mama.” Wanita itu mengusap kepala anaknya lembut, “Maafkan mama karena selalu merepotkanmu, Sayang,” ujarnya membuat Gia merasa berslah seketika. “Aku tak menyalahkan mama, aku hanya ingin bercerita karena hari ini adalah hari yang cukup berat untukku.” “Tetap saja, mama tak bisa membantumu.” “Sudahlah mama, Gia yang bertugas menggantikan papa. Melihat mama sehat saja aku sudah senang,” kata gadis itu. Wanita itu mencium pucuk kepala put

    Last Updated : 2023-01-18
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 7

    Gia menerjapkan matanya ketika sayup-sayup mendengar suara beberapa barang-barang yang berdenting. Gadis itu meregangkan badannya, matanya beralih pada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya, ia memeriksa arlojinya yang menunjukkan pukul setengah 6 pagi.“Sejak kapan kau sampai?” tanya gadis itu kepada pemuda yang masih membelakanginya.“15 menit yang lalu,” jawabnya masih sibuk dengan kegiatannya.“Kau sedang apa, Carl?” tanya Gia yang kini sudah berdiri disamping Carlos.“Aku membawakan makanan untukmu, aku tau kau belum makan dari semalam,” ujarnya.“Kau tak perlu repot-repot membawakan makanan untukku, Carl.”“Apa salahnya?”“Aku hanya tak mau semakin membebanimu. Kau sudah cukup membantu keluargaku.”“Bisakah kau berhenti mengatakan itu? Aku bosan mendengarnya. Lagi pula aku sudah bilang bukan jika kita ini keluarga,” kata Carlos sembari duduk di sofa, “makanlah selagi hangat, aku membuatnya sendiri.”Gia diam dan menuruti permintaan pemuda itu, gadis itu melahap ma

    Last Updated : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 8

    Dua manusia berbeda jenis kelamin itu duduk berhadapan disebuah cafeteria rumah sakit, kecanggungan tak luput dari keduanya. Gia hanya diam, meminum kopinya dengan tenang dan sesekali melirik bossnya itu yang juga hanya memandangnya. Gadis itu berdekhem, “Jadi kenapa anda sampai datang menjenguk ibu saya, pak?” “Apa ada salah jika atasan mencoba lebih memperhatikan pegawainya?” “Tentu saja tidak, tapi anda bukanlah orang yang bisa melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Gia dengan suara yang sedikit pelan tetapi masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Bastian. “Kau sepertinya sangat mengetahui tabiatku, nona Gia.” Gia diam, siapapun pasti juga akan berpikir seperti itu meski baru pertama kali bertemu dengan orang seperti Bastian. Manusia kaku seperti batu yang dengan sengaja diberi nyawa oleh Tuhan. “Baiklah, aku tak mau berbasa-basi lagi. Aku kesini masih dengan pertanyaan yang sama.” “Maaf pak, tapi jawaban saya tetap sama.” Bastian sedikit berdecak, “Baiklah, aku akan memb

    Last Updated : 2023-01-19
  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 9

    Gia menarik pergelangan tangan Bastian kasar untuk segera keluar dari ruangan tersebut, setelah sedikit lebih jauh dari ruangan ibunya, ia menghempas cekalannya itu dan menghadap Bastian dengan kesal. “Kenapa anda bisa berbicara semudah itu didepan mama saya?”“Aku hanya mempermudah urusan kita.”“Mempermudah? Saya bahkan tidak pernah setuju dengan itu.”Bastian memandang Gia aneh, “Bukankah itu juga menguntungkan untukmu? Aku tidak melakukannya untuk kepentinganku sendiri.”Gia mengusap wajahnya kasar, ia kesal dan lelah. Mengapa ia harus menghadapi manusia seperti Bastian untuk saat ini? Gadis itu menghela napas, “Sebaiknya anda pergi sekarang, pak. Bukankah anda ada urusan?”Bastian mengangguk, “Baiklah, aku tunggu kau besok pagi diruanganku.” Ia pun pergi meninggalkan Gia dengan perasaan yang masih dongkol itu.“Apalagi ini, Tuhan?”*****Gia berangkat kekantornya seperti biasanya, tetapi dengan perasaan yang berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar enggan untu

    Last Updated : 2023-01-21

Latest chapter

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 28

    Setelah menyelesaikan semua jadwal mereka pada hari itu, keduanya memutuskan kembali ke rumah orang tua Bastian saat bulan sudah meninggi. Sangat terlihat dari raut muka Gia jika gadis itu kelelahan. Seperti biasa mereka disambut hangat oleh seluruh penghuni rumah, tak terkecuali para pelayan. Gia berjalan menuju kamarnya setelah lebih dulu menyapa calon mertuanya yang ada di ruang keluarga. Gadis itu menghempaskan tubuhnya yang kelelahan keatas kasur empuk milik keluarga Da Frans itu. Gadis itu memandang langit-langit kamar tidurnya, pikirannya masih mencerna apakah keputusan yang ia pilih sampai kini adalah yang terbaik. Bagaimana jika justru pilihannya akan membuat hidupnya semakin terluka? Gia bangkit dari tidurnya, gadis itu menepuk kedua pipinya cukup kencang secara tiba-tiba, "Kau harus menerima semua resiko dari keputusan yang kau ambil, Gia!" monolognya. Tanpa ia sadari seorang pria sedang berdiri diambang pintu sembari menatapnya aneh, "Sedang apa kau? kenapa menam

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 27

    Siang itu Gia dan Bastian disibukkan dengan pemilihan baju pernikahan mereka. Banyak gaun yang harus Gia coba, meskipun gadis itu sejujurnya lebih ingin acara yang sederhana, tetapi mengingat jika pasangannya adalah salah satu anggota keluarga da Franch, pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Lousi dan keluarganya.Da Franch Family, keluarga kaya raya yang memiliki banyak scandal tetapi tak pernah terjatuhkan selama puluhan tahun. Bahkan, saat sebuah rumor tersebar dengan cepat pula rumor itu menghilang bak tak pernah ada.Meskipun kakek Thomson masih cukup sehat, tetapi jabatan kepala keluarga Da Franch kini sudah diturunkan pada Jefran, ayah Bastian. Tentu saja Bastian yang akan meneruskan menjadi kepala keluarga selanjutnya."Bagaimana menurut anda?" tanya seorang pelayan pada Bastian setelah Gia muncul. Ini adalah gaun ke 10 yang gadis itu coba, dan hampir semua gaun yang ia coba mendapat komentar tak sedap dari Bastian.Dengan wajah kesalnya gadis itu menatap

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 26

    "Jadi, acara makan malam kali ini adalah untuk membahas tanggal pernikahan kalian yang akan dipercepat!" ujar Jefran membuat Gia membelalakkan matanya terkejut, "kami berencana untuk mengadakan pernikahan kalian dalam 2 minggu lagi." "Apa?!" pekik Gia, "t-tunggu mom, dad, kenapa tiba-tiba dipercepat? bukankah mom dan dad sudah setuju jika pernikahan kami dilakukan 3 bulan lagi?" "Ini untuk kebaikan kamu dan mama kamu, Gia," ujar Lousi. "Iya, Gia. Semakin cepat kamu menjadi anggota keluarga Da Franch, semakin mudah untuk kami menjaga kalian," jelas Jefran. "Kenapa mom dan dad tidak mengobrolkannya dulu pada kami?" "Kami sudah mengobrolkannya dengan mamamu Gia, begitupun Bastian yang juga tidak ingin membuat kalian lebih tidak aman lagi dari sebelumnya," ucap Lousi, gadis itu menoleh bergantian pada mamanya dan juga Bastian. Apakah hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa disini? "Tetap saja kenapa kalian tidak bertanya pendapat Gia terlebih dulu?" tanyanya. "Sayang, ini untuk kebaik

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 25

    Bastian berdiri dibarisan rak pembalut hanya diam memandang satu persatu produk-produk itu. Ia agak menyesali dirinya karena tidak bertanya apa yang biasa ia gunakan, dan juga ia masih mempertanyakan didalam otaknya bagaimana bisa pembalut wanita memiliki sayap? "Sayap? Apa dia akan terbang?" gumamnya, "merk apa yang harus aku belikan untuknya?" monolognya lagi, "Akh. Kubelikan saja semua merk biarkan dia memilih sendiri apa yang dia mau." Final, pada akhirnya Bastian membeli 1 pembalut setiap merk dan setiap kemasan yang berbeda. Sekembalinya Bastian dari swalayan, ia segera mencari keberadaan Gia dengan membawa satu kantong belanja full yang hanya berisi pembalut, membuat Gia membelalakkan matanya terkejut terheran-heran dengan laki-laki satu ini. "Bas! kamu mau membuka toko, kenapa beli sebanyak ini?" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Aku tidak tahu apa yang biasanya kau gunakan, dan apa maksud dari pesanmu yang bersayap." Gia memijat pelipisnya, "Kau kan

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 24

    "Jika bukan karena kita adalah tunangan, dia pasti sudah ku tendang keujung dunia!" ujarnya asal. Tak berapa lama, Gia menyusul Bastian yang sudah menunggunya diloby toko. Tanpa memperdulikan pemuda itu ia berlalu begitu saja keluar toko meninggalkan Bastian dibelakangnya. Bastian yang terkejut melihat tingkah Gia pun segera menyusul gadis yang kini sudah memasuki mobil itu. Setelah Bastian memasuki mobil, mereka pun melajukan kendaraannya. Tak ada satupun obrolan dikeduanya membuat suasanasemakin canggung, terlebih dengan wajah Gia yang terlihat tidak bersahabat. Pemuda itu teringat dengan penjelasan Max yag mengatakan wanita yang bisa berubah seperti singa sewaktu-waktu, apakah saat ini ia akan menjumpai sosok Gia yang seperti itu? "Ekhem." pada akhirnya Bastian mencoba untuk memberanikan diri untuk membuka obrolan, "ada apa denganmu?" tanya pemuda itu sembari sesekali melirik gadis yang hanya diam dengan tangan bersilang didepan dada dan wajah yang menatap keluar jendela. "Aku

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 23

    Sudah satu minggu semenjak kejadian penculikan Gia terjadi, dan juga kini Gia dan ibunya sudah tinggal di apartement yang sama dengan Bastian, kamar mereka hanya bersebelahan. Mulai saat itu pula Gia dan Bastian selalu berangkat dan pulang kantor bersama.Meski terlihat romantis dan baik-baik saja, nyatanya hubungan mereka masih sangat canggung. Namun, juga banyak orang yang mendoakan dan mendukung hubungan mereka agar sampai dijenjang pernikahan, tentu saja tak sedikit manusia yang masih menghujat Gia yang tak pantas bersanding dengan seorang Bastian."Kau sudah memberitahu mama, jika nanti kita ada acara makan malam bersama keluargaku?" tanya Bastian."Sudah, nanti akan ku ingatkan lagi." Bastian mengangguk.*****Jam makan siang tiba, Gia hendak bangkit dari duduknya sebelum Bastian lebih dulu mengajaknya untuk makan siang di luar area kantor. Tentu saja gadis itu tidak bisa menolak ajakan pemuda itu. Setelah makan siang selesai, Bastian tidak mengajak Gia untuk kembali ke kantor t

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 22

    BRAK! Suara gebrakan pintu mengejutkan semua orang yang ada disana, tak lama puluhan orang berbaju hitam sudah mengepung tempat tersebut. "Apa-apaan ini?" tanya Bertho bingung sekaligus panik. Seorang pemuda yang berwajah sangat familiar segera menghampiri Bastian yang masih tersungkur dengan diikuti beberapa anak buahnya yang segera meringkus orang-orang suruhan Bertho dengan pemuda itu juga. "Brengsek! lepaskan aku! apa-apaan ini, Bas! kau menjebakku, Sialan!" Makinya sembari berjalan keluar dari gedung tersebut, bersama anak buah BAstian yang lain. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Bastian pada Max yang kini mencoba membantunya bangkit. Detik berikutnya Gia pun menghampiri Bastian dan mencoba membantu pemuda itu untuk berdiri. Entah kenapa rasanya menyesakkan melihat Bastian meringis kesakitan seperti itu. "Tentu saja aku harus menikmati moment yang belum pernah ku lihat sebelumnya," jawabnya santai. "Kau baik-baik saja, Bas?" tanya Gia khawatir. "Bukankah seharusnya aku yang

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 21

    BUGH! Bastian tersungkur saat sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Namun satu pukulan tak cukup untuk menumbangkannya, ia segera bangkit dan berbalik menghadap beberapa orang yang sudah siap untuk menyerangnya. Pemuda itu tersenyum simpul, "Trup, huh?" gumamnya. Bastian bersiap dengan posisi kuda-kudanya, siap menghabisi semua orang yang ada ditempat itu. Satu orang, dua orang, tiga orang, ia berhasil melumpuhkan setengah dari orang-orang itu dalam waktu singkat. Memukuli orang adalah bakatnya yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, ia sudah di didik dengan sedemikian rupa untuk menjadi pewaris keluarga konglomerat. Kini hanya tinggal beberapa orang saja dihadapannya, ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin untuk bisa mencari keberadaan Gia yang sebenarnya.Satu pukulan terakhir, setelah ini ia akan segera pergi mencari Gia. Setidaknya itu yang ia rwncanakan sebelum matanya menangkap sosok Gia yang tengah di seret oleh seorang pria.Konsentrasinya buyar seketika membu

  • Mari Cerai setelah Anak ini Lahir!   PART 20

    Bastian memasuki sebuah ruangan dengan raut marah yang sangat terlukis jelas diwajahnya, seolah-olah berkata siapapun yang menahannya maka dia akan mati saat itu juga. Dia membuka paksa pintu ruangan tersebut, membuat seseorang yang ada di dalamnya memandangnya terkejut."Bisakah kau berhenti mengganggu milikku sejenak, David?!" ujar Bastian yang sudah sebisa mungkin menahan keinginannya untuk langsung memukuli pria dihadapannya itu.Laki-laki yang duduk di sebuah sofa itu memandang bergantian Bastian dan beberapa anak buahnya yang kini menatapnya takut. Laki-laki itu menghela napas, "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin menerima tamu." Ucapan itu ia tujukan untuk anak buahnya."Maaf tuan, tapi tuan Bastian yang--"Prangg!Sebuah vas bunga meluncur melewati Bastian begitu saja, tepat terkena pemuda berpakaian hitam yang ada di belakanag Bastian, pemuda yang sesaat sebelumnya berbicara. "Siapa yang menyuruhmu bicara, bangsat?" tanyanya dengan santai, ia menghela napas, "pergilah kalia

DMCA.com Protection Status