2 hari setelah acara pertunangan, Gia kembali masuk ke kantor untuk bekerja seperti biasa. Namun, sialnya, baru saja ia melangkah memasuki halaman kantor, semua tatapan mata tertuju padanya. Tatapan mata dan bisik-bisikan orang-orang membuatnya seakan ingin segera menghilang dari tempat tersebut.Gia memang sengaja diberikan waktu cuti oleh Bastian untuk beristirahat, dan ia pun sudah mengira jika kabar tentang pertunanagannya yang mendadak dengan Bastian akan menyebar. Namun, ia tak menyangka jika akan tersebar secepat ini.Gia memilih untuk menggunakan tangga darurat untuk menjauhi kerumunan orang yang masih bergosip tentangnya. "Huh! kenapa bisa tersebar secepat ini?" gumamnya sembari mempercepat langkahnya menaiki satu persatu anak tangga.Gia sampai dilantai ruangannya berada, gadis itu mempercepat langkahnya setengah berlari, ia bisa malu jika berpapasan dengan rekan kerjanya yang lain. Namun, tiba-tiba saja gadis itu menghantam sesuatu hingga membuatnya terhuyung ke belakang.
5 Hari kemudian. Sesuai yang dikatakan Bastian sebelumnya, ia akan mengumumkan secara resmi tentang pertunangan yang dirumorkan selama beberapa hari kebelakang.Ia pun menegaskan jika hubungan mereka pure karena rasa suka dan cinta, yang terjalin karena lamanya mereka bekerja sama. Tentu saja berita yang bukan hanya rumor itu mematahkan hampir semua wanita yang ada di perusahaan tersebut. Melihat orang yang mereka puja sudah memiliki pasangan.Setelah itu pula, perubahan sikap dari rekan kerjanya gadis itu temukan. Ada yang menjadi sangat baik padanya sampai orang yang terang-terangan mengatakan jika ia tidak layak bersanding dengan Bastian. Yah, ia juga tidak terlalu memperdulikannya."Kau tidak usah berlagak karena menjadi tunangan, Boss. Aku yakin kau hanya salah satu boneka untuknya," kata seorang rekannya yang memang sudah menginginkan posisi sekretaris sejak awal ia menjabat."Benarkah? Sepertinya anda sangat berpengalaman ya, nona Julia," balas Gia. Ya, ia memang bukan wanita
Gia merebahkan tubuhnya diatas sofa di kediamannya, gadis itu baru bisa keluar dari rumah utama keluarga Da Franch pada pukul 9 lewat. Ia menghela napas, Gia merasa hari ini cukup melelahkan, padahal ia hanya perlu duduk dan mengobrol bersama keluarga Bastian. Namun, entah kenapa itu membuat energinya terasa terkuras.Gadis itu menoleh saat merasa seseorang tengah berjalan mendekatinya, "Mama belum tidur?" tanyanya kepada wanita yang kini sudah duduk disampingnya."Lembur lagi?" Pertanyaan yang bahkan bukan jawaban dari yang di lontarkan Gia.Ia menggeleng, "Gia baru dari rumah Bastian, mamanya minta buat Gia kesana.""Kalian baik-baik saja? bukankah hari ini pengumuman pertunangan kalian?""Ya, kami baik-baik saja."Ibunya tersenyum lalu mengusap rambut putrinya itu, "Mama senang kalau kalian baik-baik saja. Mama harap kalian akan bahagia, dan Bastian bisa melindungi dan menyayangi kamu, dengan begitu mama bisa tenang buat ninggalin kamu juga Dion, nantinya," kata wanita itu membuat
Gia pulang diantarkan oleh Bastian sampai kedepan pintu apartemannya seperti biasa. Ia terkejut saat melihat ada 2 orang berseragam hitam tengah berdiri di depan pintu apartementnya. Ia tak menyangka jika pria itu benar-benar mengirimkan orang untuk menjaga kediamannya.Setelah Gia menceritakan situasinya, Bastian memang segera memerintah anak buahnya untuk menjaga tempat tinggal Gia, setelah sebelumnya kesal karena ia baru tahu 1 minggu setelah beberapa kejadian terjadi."Jangan sembunyikan apapun dariku, aku sudah berjanji melindungimu dan keluargamu. Jadi jangan membuatku melanggarnya!" katanya saat itu setelah selesai menugaskan anak buahnya.Gia masuk kedalam rumahnya melihat ibunya yang tengah menonton televisi. "Sudah pulang, kau pulang cepat hari ini," kata ibunya."Iya, tidak banyak pekerjaan dikantor, jadi aku bisa pulang lebih cepat.""Aku tahu kau pekerja keras, tapi terlalu memaksakan diri juga tidak bagus untukmu, sayang.""Aku tidak memaksakan diri, Mama.""Oh iya, Mama
"Maaf! saya tidak sengaja," kata seorang pemuda muda yang berpakaian seperti perawat itu, sembari berjongkok memungut kertas-kertas yang berhamburan."Ouh!" Gia berjongkok untuk membanti memungut kertas-kertas itu, lalu bangkit dan memberikannya lagi padanya, "hati-hatilah, bisa bahaya jika yang kau tabrak pasien, 'kan?"Pemuda itu membungkuk sembari kembali meminta maaf lalu pergi. Gia baru saja berjalan beberapa langkah sampai suara bariton mengejutkannya."Siapa dia?""Astaga! kau mengejutkanku!" pekiknya benar-benar terkejut sembari memukul tangan Bastian membuat pemuda itu seolah bertanya-tanya apa yang baru saja ia lakukan? Gia membelalak saat menyadari apa yang baru saja ia lakukan, "Maaf pak, saya reflek karena anda mengejutkan saya," katanya sembari membungkukkan badan."Sudahlah, kenapa kau sebegitu takutnya? Apa aku terlihat seperti akan membakarmu hidup-hidup?"Dalam diam gadis itu mengiyakan ucapan Bastian, tetapi tentu saja ia tak bisa mengatakannya dengan gamblang, "Bu
Bastian memasuki sebuah ruangan dengan raut marah yang sangat terlukis jelas diwajahnya, seolah-olah berkata siapapun yang menahannya maka dia akan mati saat itu juga. Dia membuka paksa pintu ruangan tersebut, membuat seseorang yang ada di dalamnya memandangnya terkejut."Bisakah kau berhenti mengganggu milikku sejenak, David?!" ujar Bastian yang sudah sebisa mungkin menahan keinginannya untuk langsung memukuli pria dihadapannya itu.Laki-laki yang duduk di sebuah sofa itu memandang bergantian Bastian dan beberapa anak buahnya yang kini menatapnya takut. Laki-laki itu menghela napas, "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin menerima tamu." Ucapan itu ia tujukan untuk anak buahnya."Maaf tuan, tapi tuan Bastian yang--"Prangg!Sebuah vas bunga meluncur melewati Bastian begitu saja, tepat terkena pemuda berpakaian hitam yang ada di belakanag Bastian, pemuda yang sesaat sebelumnya berbicara. "Siapa yang menyuruhmu bicara, bangsat?" tanyanya dengan santai, ia menghela napas, "pergilah kalia
BUGH! Bastian tersungkur saat sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Namun satu pukulan tak cukup untuk menumbangkannya, ia segera bangkit dan berbalik menghadap beberapa orang yang sudah siap untuk menyerangnya. Pemuda itu tersenyum simpul, "Trup, huh?" gumamnya. Bastian bersiap dengan posisi kuda-kudanya, siap menghabisi semua orang yang ada ditempat itu. Satu orang, dua orang, tiga orang, ia berhasil melumpuhkan setengah dari orang-orang itu dalam waktu singkat. Memukuli orang adalah bakatnya yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, ia sudah di didik dengan sedemikian rupa untuk menjadi pewaris keluarga konglomerat. Kini hanya tinggal beberapa orang saja dihadapannya, ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin untuk bisa mencari keberadaan Gia yang sebenarnya.Satu pukulan terakhir, setelah ini ia akan segera pergi mencari Gia. Setidaknya itu yang ia rwncanakan sebelum matanya menangkap sosok Gia yang tengah di seret oleh seorang pria.Konsentrasinya buyar seketika membu
BRAK! Suara gebrakan pintu mengejutkan semua orang yang ada disana, tak lama puluhan orang berbaju hitam sudah mengepung tempat tersebut. "Apa-apaan ini?" tanya Bertho bingung sekaligus panik. Seorang pemuda yang berwajah sangat familiar segera menghampiri Bastian yang masih tersungkur dengan diikuti beberapa anak buahnya yang segera meringkus orang-orang suruhan Bertho dengan pemuda itu juga. "Brengsek! lepaskan aku! apa-apaan ini, Bas! kau menjebakku, Sialan!" Makinya sembari berjalan keluar dari gedung tersebut, bersama anak buah BAstian yang lain. "Kenapa kau lama sekali?" tanya Bastian pada Max yang kini mencoba membantunya bangkit. Detik berikutnya Gia pun menghampiri Bastian dan mencoba membantu pemuda itu untuk berdiri. Entah kenapa rasanya menyesakkan melihat Bastian meringis kesakitan seperti itu. "Tentu saja aku harus menikmati moment yang belum pernah ku lihat sebelumnya," jawabnya santai. "Kau baik-baik saja, Bas?" tanya Gia khawatir. "Bukankah seharusnya aku yang