Share

47. Menolak Tawaran

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2024-09-15 22:34:31

“Aku pernah mendengar, dulu orang tuamu menerima dan menyayangi Naina seperti anaknya sendiri. Apa kamu nggak cemburu?”

Zelda tersenyum manis. “Sayangnya aku bukan kamu yang haus akan kasih sayang.”

Ia mengerti kemana arah pembicaraan Freya. Namun, itu tidak akan mempengaruhinya.

“Nggak akan ada yang bisa merebut apapun yang kumiliki termasuk Naina, Freya. Dari kecil aku udah mendapatkan limpahan kasih sayang dari keluarga besarku bahkan hingga di usiaku yang sekarang.”

Perempuan yang mengenakan blouse warna navy itu memperhatikan raut wajah Freya yang langsung berubah.

“Aku rasa nggak ada salahnya memberikan setitik kasih sayang kedua orang tuaku untuk Naina yang notabene nya anak yatim piatu. Hanya setitik, nggak lebih.”

“Toh, kasih sayang yang mereka berikan untuk Naina jelas berbeda dengan kasih sayang mereka untukku. Jadi, buat apa cemburu? Nggak ada gunanya malahan bikin penyakit hati,” jelasnya diakhir dengan senyum miring.

Freya terbungkam, tak mampu berkata apa-apa lagi. Sepe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   48. Antara Sahabat dan Karir

    Sinta mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalau menurut saya terima saja, Bu, tawarannya. Mbak Freya sendiri yang menawarkan sebelum kita mencari orang untuk posisi model.”“Itu tawaran yang bagus banget loh, Bu. Mbak Freya itu model jebolan dari luar negeri, terus selebgram juga dengan ratusan ribu followers. Bukankah sangat menguntungkan, Bu?” ungkapnya mengemukakan pendapat.“Tapi, Sin, bagaimana dengan Naina?” sanggah Zelda. Sedikit banyak Sinta tahu mengenai hubungan Naina dengan Freya.“Iya ya, Bu. Agak susah kalau kayak gitu.” Sinta meletakkan tangannya di dagu ikut berpikir. “Tapi, Bu, inikan menyangkut pekerjaan, bukan hal lain. Nggak apa-apalah kita rekrut Mbak Freya. Demi kelangsungan butik ini juga kan, Bu,” ungkapnya.“Gitu, ya?”Sinta mengangguk pasti. “Iya, Bu. Atau kita bikin aja kontrak kerja yang mana kalau dilanggar bakal merugikannya. Jadi, dia nggak bisa berbuat seenaknya di sini.”“Hm… boleh juga.”“Kita bisa memanfaatkan jasanya untuk keuntungan butik. Kayak salin

    Last Updated : 2024-09-15
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   49. Solusi Terbaik

    Usapan di punggungnya membuat Zelda menegakkan tubuh lantas menoleh ke arah samping kiri di mana ibunya berada. Tatapannya berubah sendu dengan bibir melengkung ke bawah.“Mama….”Perempuan itu beralih memeluk lengan ibunya dari samping. Ia menyandarkan kepalanya di pundak wanita yang telah melahirkannya ini. Ketika ada masalah, yang pertama kali dicari adalah pelukan ibunya.Bu Kayla, ibu Zelda, mengusap lembut kepala putrinya. “Apa yang dikatakan Papa memang benar, Sayang. Kesampingkan dulu masalah pribadi. Kamu sendiri sama Freya nggak ada masalah kan?”Zelda menggeleng. “Nggak ada, Ma.” Dirinya memang sama sekali tidak memiliki masalah apapun dengan Freya. Hanya saja ia dibuat geram dengan perilaku Freya yang terus-menerus menyakiti Naina.“Konflik antara Naina dan Freya biarlah menjadi urusan mereka. Sekarang kamu fokus aja sama masalah pekerjaanmu,” ucap Bu Kayla menasehati dengan tutur kata lembut.Zelda mengangkat kepalanya sejenak untuk melihat wajah Bu Kayla dari samping. “

    Last Updated : 2024-09-16
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   50. Permintaan Oma

    Di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah yang terletak di pinggiran kota.Oma Hira tengah bersantai di gazebo samping rumah sembari memainkan ponsel canggihnya. Ia sendirian sekarang ini karena Naina sedang keluar sebentar bersama Mira.Tangannya sibuk men-scroll akun sosial medianya untuk mengetahui berita terhangat sekaligus memantau perkembangan tentang berita Naina. Semakin hari berita itu semakin surut dan tergantikan dengan berita baru yang lebih menarik perhatian.Tangannya berhenti menggulirkan layar ponsel ketika tanpa sengaja Oma Hira melihat postingan tentang restoran yang dijual. Ia mengamati dan membaca dengan seksama informasi yang tertera di sana.“Sayang banget harus dijual. Letaknya strategis begini.”Tiba-tiba ada sebuah ide cemerlang yang terlintas di otaknya. Wajah keriputnya berubah cerah dengan senyum merekah di bibirnya.Oma Hira bangkit dari duduknya dan berjalan dengan semangat menuju ruang tengah untuk menemui putra pertamanya. Ia duduk di samping Tuan

    Last Updated : 2024-09-16
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   51. Tawaran Menjadi Model

    “Nainaaa….!”Zelda langsung memeluk Naina erat begitu pintu utama rumah megah milik keluarga Starward terbuka.“Aku kangen banget sama kamu, Nai.”Naina terkekeh kecil sembari membalas pelukan sang sahabat. “Baru juga seminggu nggak ketemu.”Zelda melepaskan pelukannya. “Tapi rasanya lama banget.”“Heleh! Mentang-mentang ada Naina di sini kamu sekarang jadi sering datang,” sahut Oma Hira dari arah belakang Naina dan berjalan mendekat.Zelda beralih menghampiri Oma Hira lalu mencium kedua pipi neneknya. “Dulu juga aku sering ke sini kok, Oma.”Mereka bertiga berjalan menuju ruang tengah. Zelda memeluk lengan sang nenek dengan manja.Oma Hira menjitak kepala cucunya. “Sering apanya? Cuma satu sekali setiap lebaran.”“Ya, habisnya di sini sepi. Aku nggak temannya,” balas Zelda dengan bibir mengerucut.Oma Hira memasang wajah garang dan melepaskan tangan Zelda di lengannya. “Terus nenek tua ini kamu anggap apa? Pajangan? Barang antik?” sewotnya lantas duduk di sofa panjang sambil bersedek

    Last Updated : 2024-09-17
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   52. Inovasi Baru

    “Bantu aku, ya, please.”“Oma setuju dengan Zelda.” Oma Hira yang sejak tadi hanya diam dan menyimak mulai angkat suara.Ia menatap Naina. “Terimalah tawarannya, Nak. Biar kamu ada kegiatan dan nggak jenuh di rumah. Nggak ada salahnya mencoba hal baru. Dicoba aja dulu, jangan bilang nggak bisa.”Zelda mengangguk setuju. “Tuh, Oma aja setuju denganku. Pemotretannya nggak setiap hari kok, paling foto dengan beberapa baju sama kalau launching produk baru.”“Dicoba dulu. Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu boleh berhenti,” bujuknya tanpa menyerah.“Nah, betul itu.” Oma Hira tampak sumringah dan sangat antusias. “Kamu bisa sekalian mengembangkan skill kamu. Oma lihat kamu juga punya potensi untuk jadi modelling.”“Kamu itu punya bentuk badan yang sangat bagus, Nak. Tinggi, ideal, juga cara berjalanmu itu tampak elegan seperti sudah terlatih,” ungkapnya.Naina tersenyum malu sekaligus canggung ternyata sedetail itu Oma Hira memperhatikannya. “Oma terlalu berlebihan. Aku juga sama seperti pe

    Last Updated : 2024-09-17
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   53. Kenapa Harus Freya?

    Zelda tidak langsung menjawab. Terlihat sekali dari raut wajahnya yang menahan rasa cemas dan gelisah. Perempuan itu menghela sejenak lantas mengangguk pelan. “Iya.”Deg! Untuk sejenak, jantung Naina terasa berhenti berdetak. Tubuhnya menegang kaku. Ia mengalihkan pandangannya ke arah depan dengan tatapan mata kosong.FreyaNama itu kembali terdengar di telinganya. Naina kembali teringat akan semua rasa sakit yang ditanggungnya apalagi kala mengingat kematian sang putra yang disebabkan oleh perempuan itu. Hatinya semakin teriris dan perih. Luka yang telah dibalut kini kembali berdarah. Dadanya sesak luar biasa. Udara di sekitarnya serasa menipis sehingga membuatnya sulit untuk bernapas. Mata cantiknya memburam tertutup oleh kabut air yang siap tumpah kapan saja.Ya Tuhan... dari sekian banyak orang yang berprofesi sebagai model, kenapa harus Freya? Orang yang telah menghadirkan penderitaan dalam hidupnya. Dan sekarang perempuan jahat itu menjadi model di butik Zelda.Entah apa tu

    Last Updated : 2024-09-18
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   54. Harus Lebih Berhati-hati

    Zelda menatap ke arah Oma sejenak lantas beralih memandang ke arah lain. “Waktu itu aku masih punya satu model yang kukira akan tetap bertahan.”“Sayangnya, dia memilih resign karena hamil dan dilarang suaminya menjadi model lagi. Di hari yang sama Freya datang menawarkan kerja sama lalu seperti yang udah kuceritakan tadi.”Ia menghela napas berat lantas menunduk. “Aku didesak Papa untuk segera memberikan keputusan, Mama juga memberikan dukungan. Jadi, terpaksa aku menerimanya.”Oma Hira berdecak. “Aish! Memang dasar si Antonio Starward itu. Nggak pengertian sekali dengan keinginan anak.”Ia mengusap lengan Zelda. “Yaudah, nggak papa. Di sini kamu harus pintar-pintarnya memanfaatkan dia untuk memperoleh keuntungan besar.”Zelda mengangguk. “Iya, Oma, aku juga udah punya rencana seperti itu.”“Selain memanfaatkannya untuk kepentingan butik, kamu bisa gunakan untuk menyelidiki kasus kematian anaknya Naina. Bukan begitu, Naina?” Oma Hira menoleh ke arah Naina.Naina tersenyum dan mengang

    Last Updated : 2024-09-18
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   55. Tidak Akan Bercerai

    Dhafin keluar dari mobil hitam miliknya setelah parkir di tempat yang tersedia. Tatapannya langsung tertuju pada gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Ia merapikan jas mahalnya sejenak, lalu melangkah masuk. “Selamat siang, Bapak, ada yang bisa kami bantu?”Dhafin menatap resepsionis di hadapannya dengan ekspresi datar. “Saya ingin bertemu dengan Bapak Bagas Angga Wijaya.”“Apakah sudah membuat janji?” tanya sang resepsionis.Dhafin menggeleng. “Tolong, sampaikan kepada beliau kalau saya, Dhafin Manggala Wirabuana ingin bertemu.”Resepsionis tersenyum ramah. “Baik, Pak. Mohon ditunggu lebih dahulu.”Dhafin melihat resepsionis itu yang sedang menelepon seseorang. Ia menunggu sambil memasukkan tangannya di dalam saku.Siang ini, Dhafin berniat untuk menemui pengacara yang telah ditunjuk Naina. Ada beberapa hal yang ingin ditanyakan kepadanya. Ia baru bisa datang hari ini karena disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk.Beberapa saat kemudian, seorang pria yang pernah datang ke r

    Last Updated : 2024-09-19

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   224. Rencana Pembalasan

    Dokter Radha terus menceritakan sekaligus mengenalkan keluarga besarnya kepada Lora sambil memperlihatkan album foto.Hingga tanpa terasa hari sudah beranjak sore. Keduanya pun menyudahi dan memutuskan untuk turun ke lantai bawah.Namun, sebelum itu Lora meminta tolong pada Amina untuk menjaga si kembar bila sewaktu-waktu terbangun. “Ibun lihat bisnis restoranmu berkembang pesat setelah diterpa masalah fitnah kemarin,” ujar Dokter Radha yang berjalan menuruni tangga bersama Lora. “Alhamdulillah, Bun. Masalah kemarin itu untuk pembelajaran kedepannya agar nggak keulang lagi. Udah diantisipasi juga kok,” balas Lora. Dokter Radha tersenyum bangga sembari mengusap lengan Lora. “Kamu mewarisi jiwa bisnis dari ayahmu. Kelak kamu akan menjadi pewaris perusahaan Brighton Group milik keluarga Ayah.” Lora hanya membalas dengan senyuman saja dan terus melangkah sampai di ruang tamu. Di sana ternyata masih ada Grissham dan Pak Raynald yang sepertinya sedang membicarakan hal penting. Keduanya

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   223. Tentang Keluarga Kusuma

    “Ini foto siapa, Bun?”Dokter Radha ikut menatap foto itu dengan mengulas senyum. “Dia kembaran Ibun. Namanya Anarva Raharja Kusuma.” Lora menatap Dokter Radha dengan mata berbinar-binar. “Wah... Ibun juga punya kembaran. Jadi pengen bertemu dan berkenalan. Bolehkan, Bun?” Dokter Radha mengubah raut wajahnya menjadi sendu dan menggeleng pelan. Tangannya mengusap foto dibagian laki-laki kecil itu. “Sayangnya nggak bisa karena dia udah meninggal.”Lora seketika melunturkan senyumnya dan merasa tidak enak. “Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Maaf, Bun. Aku nggak tau.” Dokter Radha menatap Lora dan tersenyum maklum. “Nggak papa, Sayang. Ibun mengerti.” Ia kembali membuka halaman album selanjutnya. Di situ terdapat beberapa foto kenangan Dokter Radha dengan kembarannya saat usia balita. “Meskipun kembar, Ibun dan Arva dilahirkan dalam keadaan yang berbeda. Arva memiliki penyakit jantung bawaan sama seperti Zora.”“Bedanya Arva penyakitnya lebih kronis dan nggak bisa bertahan lama. Se

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   222. Putri Keluarga Konglomerat

    [Aku nggak bisa datang. Aku sibuk]Tidak lama kemudian, pesannya yang semula centang dua abu-abu berubah warna menjadi centang biru. Nama kontak ‘Lora❤’ itu tampak mengetikkan balasan.[Aku tau kamu sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan Freya. Tapi apa kamu nggak bisa meluangkan waktu sedikit aja untuk anak-anak? Ini demi anak-anakmu sendiri loh, Mas. Apa sesusah itu?][Maaf, Lora. Dalam waktu dekat ini aku memang nggak bisa datang. Tolong, sampaikan maafku untuk si kembar] [Baik, terserah kamu! Kamu udah berhasil membuat anak-anak dekat denganmu, tapi begini balasanmu? Ingat, ya, aku nggak akan memintamu datang kalau bukan demi anak-anak]Dhafin tahu Lora bukan tipe orang yang mengemis perhatian. Wanita itu menghubungi dirinya semata-mata hanya untuk si kembar dan itu pun saat mereka yang meminta. Jika tidak, Lora tidak pernah mengirimkan pesan padanya kalau bukan ia duluan yang ngechat.[Ini terakhir kalinya aku mengganggu waktumu. Kedepannya jangan salahkan aku kalau si kembar

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   221. Masalah Panggilan

    “Tante cuma dapat hikmahnya aja,” timpal Zelda.Dokter Radha mengangguk dengan memasang wajah sedih. “Iya, nih. Padahal kan Tante yang merasakan susahnya hamil sembilan bulan sama sakitnya melahirkan.” Pak Raynald tertawa pelan lantas menatap istrinya dalam-dalam. “Meskipun dari segi fisik tak ada kemiripan denganmu, tetapi jangan salah. Kebaikan dan kecerdasan dalam diri Lora sudah pasti menurun darimu, Sayang.”Dokter Radha tersenyum malu hingga menciptakan semburat merah di pipinya yang terlihat samar-samar. Ia berdehem pelan untuk mengurangi salah tingkahnya. “Lora, bagaimana kabarnya Dek Zora?” tanyanya mengalihkan pembicaraan. “Zora sehat, Bun. Akhir-akhir ini udah jarang kambuhan,” jawab Lora sambil tersenyum melihat keharmonisan orang tuanya di usia yang tak lagi muda.“Alhamdulillah….” Dokter Radha kembali memegang kedua tangan Lora dengan mata berbinar-binar. “Ibun nggak nyangka banget udah punya cucu darimu. Kembar lagi, masyaallah….”“Sebenarnya ada tiga, Bun. Tapi putr

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   220. Mirip Tanpa Celah

    “Bila kau tidak kuat, lebih baik kita tunda dulu penjelasannya,” kata Grissham.Lora mengalihkan pandangannya pada Grissham lalu menggeleng pelan. “Lanjut aja. Aku ingin semuanya tuntas hari ini,” balasnya lirih. Ia sekarang duduk di antara dua orang yang mengaku sebagai orang tua kandungnya. Grissham menghela napas, menatap Lora yang terlihat sudah baik-baik saja. “Lora, seperti yang sudah kau dengar dari penjelasanku tadi, Uncle Raynald dan Aunty Radha sebenarnya adalah orang tua kandungmu.”“Kau merupakan putri yang ditukar oleh Ibu Linda dengan putri kandung Ibu Sekar yang selama ini diasuh oleh keluarga Brighton,” jelasnya.Pak Raynald mengangguk setuju menimpali perkataan Grissham. “Kami sudah melakukan tes DNA dan hasilnya memang benar kau adalah putri kandungku, Lora.”Dokter Radha mengeluarkan sebuah kertas yang memiliki logo rumah sakit ternama dari dalam tas kemudian menyerahkannya pada Lora. “Ini hasil tes DNA-nya.”Lora menegakkan tubuh dan mulai membaca isi dalam kertas

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   219. Panic Attack

    Di ruang tamu, Zelda beranjak dari duduknya menghampiri mereka yang masih berdiri di ambang pintu.Sedikit banyak dirinya bisa mendengar pembicaraan mereka dan ikut terkejut sama seperti Lora.Ia berdehem pelan begitu tiba di samping sahabatnya. “Lora, alangkah baiknya kalau mereka dipersilahkan duduk dulu biar enak ngobrolnya.”Lora menepuk dahinya pelan. “Oh iya, sampai lupa. Mari masuk, Om, Dokter, Kak Sham.” Ia memiringkan tubuh untuk memberikan akses jalan pada tamunya. “Loh, Zee. Kau di sini?” tanya Grissham saat melangkah masuk dan melihat sepupunya yang berada di rumah Lora. “Udah dari tadi,” balas Zelda datar lalu berjalan bersisian di samping Grissham.“Di mana si kembar? Tumben tidak kelihatan?” tanya Pak Raynald sambil menatap sekeliling. Ia melihat beberapa mainan dua bocil itu berserakan, tetapi tidak ada pemiliknya. “Lagi main sama Evan di taman samping, Om.” Lora mengekor di belakang mereka semua tanpa menutup pintu kembali. Ia menunjuk ke arah jendela besar di ruan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   218. Orang Tua Kandung

    Lora menoleh sejenak ke arah sahabatnya lalu kembali menatap ke depan. Ia menghela napas panjang dengan raut wajah yang datar. Wanita itu tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya sekarang. Semuanya terasa campur aduk dan tak karuan setelah mendengar kabar berita itu. Sedikit banyak ia berharap bahwa berita itu tidaklah benar. Entahlah, ada rasa kecewa dalam hatinya apalagi mengingat Dhafin yang sudah mengetahui bagaimana kebusukan Freya. Ia merasa dikhianati karena telah menaruh kepercayaan yang lebih pada ayah kandung dari anak-anaknya itu. Lora juga merasakan ada rasa nyeri dan sesak dalam dadanya. Walaupun selama ini sikapnya pada Dhafin terkesan ketus dan ogah-ogahan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sisa rasa yang terpendam dalam hatinya yang paling dalam."Lora," panggil Zelda berusaha menyadarkan sahabatnya yang tampak larut dalam lamunannya. Ia jadi berpikir tentang apa yang membuat Lora terlihat menanggung beban berat. Seakan menyadari sesuatu, dirinya

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   217. Kabar Tak Terduga

    Lora membulatkan mata terkejut bahkan sampai menutup mulutnya sejenak. Ia mengambil benda pipih berwarna putih dan biru itu dari tangan sahabatnya. Dirinya kembali menatap Zelda dengan pandangan penuh haru. “Zelda, kamu… kamu hamil?”Zelda mengangguk semangat disertai senyum yang mengembang lebar. “Iya, aku juga baru tau kemarin.” Lora langsung memeluk sahabatnya erat dengan tangan yang masih memegang test pack itu. “MasyaAllah tabarakallah, selamat, ya. Aku ikut senang banget.”Wanita itu melepaskan pelukannya dan beralih mengusap perut Zelda yang masih rata. “Alhamdulillah, Allah memberikan kepercayaan padamu dengan cepat. Si kembar bakal punya teman nih.”Zelda tertawa kecil. “Iya, personilnya nambah buat bikin kakek-neneknya kerepotan.” Lora ikut tertawa lantas mengembalikan testpack itu kepada pemiliknya. “Om Albern sama Kak Sham udah kamu beritahu belum?”Zelda menyimpan kembali testpack-nya ke dalam tas dan menggeleng. “Rencananya nanti sekalian mau menginap. Mama sama Papa

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   216. Takkan Pernah Berubah

    Grissham tersenyum misterius. “Bukan hal yang sulit, Uncle. Ada Mira yang membantuku mengambil beberapa helai rambut Lora yang sudah rontok.” Pak Raynald ikut terkekeh kecil lalu menyimpan sampel rambut itu ke tempat yang lebih aman. “Baiklah, saya akan segera menjadwalkan tes DNA.”“Bukan begitu, Sayang?” tanyanya sembari menoleh ke arah sang istri. Dokter Radha mengangguk mantap. “Lebih cepat lebih baik. Nanti aku yang akan mengurusnya.” “Kalau boleh kusarankan, sebaiknya tes DNA ini dikawal dengan ketat. Aku takut ada pihak-pihak lain yang bisa saja menyabotase hasilnya,” ujar Grissham memberikan usulan. Raynald menganggukkan kepalanya setuju. “Saya mengikuti saran darimu, Grissham.”Dokter Radha mengalihkan pandangannya ke arah Florence yang duduk sendirian di sofa seberang. Seketika rasa bersalah mulai bersarang dalam hatinya. Terlalu fokus membahas tentang Lora, ia sampai melupakan keberadaan putrinya di sana.Wanita itu beranjak menghampiri Florence lalu berpindah tempat d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status