Share

46. Tawaran Freya

Author: Putri Cahaya
last update Huling Na-update: 2024-09-14 23:50:05

Tak berselang lama, pesanannya datang. Zelda sekalian membayar tagihannya supaya lega dan tidak kepikiran. Setelah itu, ia pun langsung menyantap makan siangnya.

“Hai, Zelda, boleh aku bergabung?”

Zelda mendongak dan menemukan Freya yang sudah duduk di hadapannya. Sontak, raut wajahnya berubah dengan tatapan datar tanpa minat.

“Ngapain minta izin kalau kamu sendiri udah duduk tanpa dipersilahkan? Nggak sopan banget,” balasnya dengan sewot.

Ia lantas kembali melanjutkan acara makannya yang sudah tidak senikmat sebelumnya karena kedatangan tamu tak diundang.

Freya tersenyum berusaha sabar saat melihat raut tak suka dari Zelda. “Sendirian aja? Nggak sama Naina?” tanyanya basa basi.

“Aku nggak tau dia dimana,” jawab Zelda datar sekaligus berbohong.

“Sejak keluar dari kediaman Wirabuana, Naina benar-benar hilang bagai ditelan bumi. Apa kamu masih mencarinya?”

“Tentu saja masih.” Zelda menyuapkan satu sendok terakhir makanannya ke dalam mulut.

“Ngomong-ngomong aku menyukai baju rancanganm
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   47. Menolak Tawaran

    “Aku pernah mendengar, dulu orang tuamu menerima dan menyayangi Naina seperti anaknya sendiri. Apa kamu nggak cemburu?”Zelda tersenyum manis. “Sayangnya aku bukan kamu yang haus akan kasih sayang.”Ia mengerti kemana arah pembicaraan Freya. Namun, itu tidak akan mempengaruhinya.“Nggak akan ada yang bisa merebut apapun yang kumiliki termasuk Naina, Freya. Dari kecil aku udah mendapatkan limpahan kasih sayang dari keluarga besarku bahkan hingga di usiaku yang sekarang.”Perempuan yang mengenakan blouse warna navy itu memperhatikan raut wajah Freya yang langsung berubah.“Aku rasa nggak ada salahnya memberikan setitik kasih sayang kedua orang tuaku untuk Naina yang notabene nya anak yatim piatu. Hanya setitik, nggak lebih.”“Toh, kasih sayang yang mereka berikan untuk Naina jelas berbeda dengan kasih sayang mereka untukku. Jadi, buat apa cemburu? Nggak ada gunanya malahan bikin penyakit hati,” jelasnya diakhir dengan senyum miring.Freya terbungkam, tak mampu berkata apa-apa lagi. Sepe

    Huling Na-update : 2024-09-15
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   48. Antara Sahabat dan Karir

    Sinta mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalau menurut saya terima saja, Bu, tawarannya. Mbak Freya sendiri yang menawarkan sebelum kita mencari orang untuk posisi model.”“Itu tawaran yang bagus banget loh, Bu. Mbak Freya itu model jebolan dari luar negeri, terus selebgram juga dengan ratusan ribu followers. Bukankah sangat menguntungkan, Bu?” ungkapnya mengemukakan pendapat.“Tapi, Sin, bagaimana dengan Naina?” sanggah Zelda. Sedikit banyak Sinta tahu mengenai hubungan Naina dengan Freya.“Iya ya, Bu. Agak susah kalau kayak gitu.” Sinta meletakkan tangannya di dagu ikut berpikir. “Tapi, Bu, inikan menyangkut pekerjaan, bukan hal lain. Nggak apa-apalah kita rekrut Mbak Freya. Demi kelangsungan butik ini juga kan, Bu,” ungkapnya.“Gitu, ya?”Sinta mengangguk pasti. “Iya, Bu. Atau kita bikin aja kontrak kerja yang mana kalau dilanggar bakal merugikannya. Jadi, dia nggak bisa berbuat seenaknya di sini.”“Hm… boleh juga.”“Kita bisa memanfaatkan jasanya untuk keuntungan butik. Kayak salin

    Huling Na-update : 2024-09-15
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   49. Solusi Terbaik

    Usapan di punggungnya membuat Zelda menegakkan tubuh lantas menoleh ke arah samping kiri di mana ibunya berada. Tatapannya berubah sendu dengan bibir melengkung ke bawah.“Mama….”Perempuan itu beralih memeluk lengan ibunya dari samping. Ia menyandarkan kepalanya di pundak wanita yang telah melahirkannya ini. Ketika ada masalah, yang pertama kali dicari adalah pelukan ibunya.Bu Kayla, ibu Zelda, mengusap lembut kepala putrinya. “Apa yang dikatakan Papa memang benar, Sayang. Kesampingkan dulu masalah pribadi. Kamu sendiri sama Freya nggak ada masalah kan?”Zelda menggeleng. “Nggak ada, Ma.” Dirinya memang sama sekali tidak memiliki masalah apapun dengan Freya. Hanya saja ia dibuat geram dengan perilaku Freya yang terus-menerus menyakiti Naina.“Konflik antara Naina dan Freya biarlah menjadi urusan mereka. Sekarang kamu fokus aja sama masalah pekerjaanmu,” ucap Bu Kayla menasehati dengan tutur kata lembut.Zelda mengangkat kepalanya sejenak untuk melihat wajah Bu Kayla dari samping. “

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   50. Permintaan Oma

    Di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah yang terletak di pinggiran kota.Oma Hira tengah bersantai di gazebo samping rumah sembari memainkan ponsel canggihnya. Ia sendirian sekarang ini karena Naina sedang keluar sebentar bersama Mira.Tangannya sibuk men-scroll akun sosial medianya untuk mengetahui berita terhangat sekaligus memantau perkembangan tentang berita Naina. Semakin hari berita itu semakin surut dan tergantikan dengan berita baru yang lebih menarik perhatian.Tangannya berhenti menggulirkan layar ponsel ketika tanpa sengaja Oma Hira melihat postingan tentang restoran yang dijual. Ia mengamati dan membaca dengan seksama informasi yang tertera di sana.“Sayang banget harus dijual. Letaknya strategis begini.”Tiba-tiba ada sebuah ide cemerlang yang terlintas di otaknya. Wajah keriputnya berubah cerah dengan senyum merekah di bibirnya.Oma Hira bangkit dari duduknya dan berjalan dengan semangat menuju ruang tengah untuk menemui putra pertamanya. Ia duduk di samping Tuan

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   51. Tawaran Menjadi Model

    “Nainaaa….!”Zelda langsung memeluk Naina erat begitu pintu utama rumah megah milik keluarga Starward terbuka.“Aku kangen banget sama kamu, Nai.”Naina terkekeh kecil sembari membalas pelukan sang sahabat. “Baru juga seminggu nggak ketemu.”Zelda melepaskan pelukannya. “Tapi rasanya lama banget.”“Heleh! Mentang-mentang ada Naina di sini kamu sekarang jadi sering datang,” sahut Oma Hira dari arah belakang Naina dan berjalan mendekat.Zelda beralih menghampiri Oma Hira lalu mencium kedua pipi neneknya. “Dulu juga aku sering ke sini kok, Oma.”Mereka bertiga berjalan menuju ruang tengah. Zelda memeluk lengan sang nenek dengan manja.Oma Hira menjitak kepala cucunya. “Sering apanya? Cuma satu sekali setiap lebaran.”“Ya, habisnya di sini sepi. Aku nggak temannya,” balas Zelda dengan bibir mengerucut.Oma Hira memasang wajah garang dan melepaskan tangan Zelda di lengannya. “Terus nenek tua ini kamu anggap apa? Pajangan? Barang antik?” sewotnya lantas duduk di sofa panjang sambil bersedek

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   52. Inovasi Baru

    “Bantu aku, ya, please.”“Oma setuju dengan Zelda.” Oma Hira yang sejak tadi hanya diam dan menyimak mulai angkat suara.Ia menatap Naina. “Terimalah tawarannya, Nak. Biar kamu ada kegiatan dan nggak jenuh di rumah. Nggak ada salahnya mencoba hal baru. Dicoba aja dulu, jangan bilang nggak bisa.”Zelda mengangguk setuju. “Tuh, Oma aja setuju denganku. Pemotretannya nggak setiap hari kok, paling foto dengan beberapa baju sama kalau launching produk baru.”“Dicoba dulu. Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu boleh berhenti,” bujuknya tanpa menyerah.“Nah, betul itu.” Oma Hira tampak sumringah dan sangat antusias. “Kamu bisa sekalian mengembangkan skill kamu. Oma lihat kamu juga punya potensi untuk jadi modelling.”“Kamu itu punya bentuk badan yang sangat bagus, Nak. Tinggi, ideal, juga cara berjalanmu itu tampak elegan seperti sudah terlatih,” ungkapnya.Naina tersenyum malu sekaligus canggung ternyata sedetail itu Oma Hira memperhatikannya. “Oma terlalu berlebihan. Aku juga sama seperti pe

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   53. Kenapa Harus Freya?

    Zelda tidak langsung menjawab. Terlihat sekali dari raut wajahnya yang menahan rasa cemas dan gelisah. Perempuan itu menghela sejenak lantas mengangguk pelan. “Iya.”Deg! Untuk sejenak, jantung Naina terasa berhenti berdetak. Tubuhnya menegang kaku. Ia mengalihkan pandangannya ke arah depan dengan tatapan mata kosong.FreyaNama itu kembali terdengar di telinganya. Naina kembali teringat akan semua rasa sakit yang ditanggungnya apalagi kala mengingat kematian sang putra yang disebabkan oleh perempuan itu. Hatinya semakin teriris dan perih. Luka yang telah dibalut kini kembali berdarah. Dadanya sesak luar biasa. Udara di sekitarnya serasa menipis sehingga membuatnya sulit untuk bernapas. Mata cantiknya memburam tertutup oleh kabut air yang siap tumpah kapan saja.Ya Tuhan... dari sekian banyak orang yang berprofesi sebagai model, kenapa harus Freya? Orang yang telah menghadirkan penderitaan dalam hidupnya. Dan sekarang perempuan jahat itu menjadi model di butik Zelda.Entah apa tu

    Huling Na-update : 2024-09-18
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   54. Harus Lebih Berhati-hati

    Zelda menatap ke arah Oma sejenak lantas beralih memandang ke arah lain. “Waktu itu aku masih punya satu model yang kukira akan tetap bertahan.”“Sayangnya, dia memilih resign karena hamil dan dilarang suaminya menjadi model lagi. Di hari yang sama Freya datang menawarkan kerja sama lalu seperti yang udah kuceritakan tadi.”Ia menghela napas berat lantas menunduk. “Aku didesak Papa untuk segera memberikan keputusan, Mama juga memberikan dukungan. Jadi, terpaksa aku menerimanya.”Oma Hira berdecak. “Aish! Memang dasar si Antonio Starward itu. Nggak pengertian sekali dengan keinginan anak.”Ia mengusap lengan Zelda. “Yaudah, nggak papa. Di sini kamu harus pintar-pintarnya memanfaatkan dia untuk memperoleh keuntungan besar.”Zelda mengangguk. “Iya, Oma, aku juga udah punya rencana seperti itu.”“Selain memanfaatkannya untuk kepentingan butik, kamu bisa gunakan untuk menyelidiki kasus kematian anaknya Naina. Bukan begitu, Naina?” Oma Hira menoleh ke arah Naina.Naina tersenyum dan mengang

    Huling Na-update : 2024-09-18

Pinakabagong kabanata

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   255. Tinggal Bersama

    Mira menyesap segelas jusnya yang tinggal setengah. Ia terdiam sejenak untuk merangkai kata-kata yang mudah dipahami. “Selain dari mimpi, yang sering digunakan itu kemantapan hati. Ada kecenderungan gitu loh. Dalam hal ini, kamu lebih condong pada siapa,” jawabnya. “Berarti ini berasal dari hati, ya, Mbak?” Lora menatap Mira sangat serius dengan tangan terlipat di atas meja seolah-olah sedang mendengarkan penjelasan guru. Mira menjentikkan jarinya. “Yups, bener banget. Kalau diibaratkan biarkan hati yang berbicara. Terus bisa juga pakai metode Al-Qur’an.” “Memakai Al-Qur'an?” Lora mengerutkan keningnya karena baru mendengar ada metode seperti itu. Kalau yang dua tadi ia pernah mendengar lewat video yang lewat. “Iya, ini juga bisa dibilang cara yang paling mudah. Caranya sama kayak yang kubilang tadi. Sholat Istikharah lalu doa. Habis itu kamu ambil Al-Qur’an.” Mira meraih sebuah buku yang ada di meja kerja Lora. Ia menepuk pelan buku di tangannya. “Anggaplah ini Al-Qur’an,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   254. Jawaban Sholat Istikharah

    Lora lagi-lagi menghembuskan napas kasar. Ia tidak pernah menduga bahwa Dhafin akan menagih jawabannya hari ini. Rasanya baru kemarin permintaan rujuk itu terucap. Memang sudah terlewat beberapa hari, tetapi apakah harus secepat ini? Dirinya belum menyiapkan jawaban apapun! “Nggak salah Pak Dhafin menagih jawabanmu sekarang karena ingin mendapatkan kepastian darimu.” Mira mengembalikan ponsel Lora. “Kalau dari saranku, kamu lebih baik menjawab apa adanya sesuai dengan kondisimu saat ini,” ucapnya. Lora menggigit bibir bawahnya sambil menatap Mira. “Bukankah itu sama saja dengan mengecewakannya?” tanyanya ragu. “Bahkan saat kamu nggak langsung menjawab dan secara nggak langsung memintanya menunggu itu aja udah membuat Pak Dhafin kecewa banget,” jawab Mira telak. “Iya, juga, ya. Berarti aku harus bilang ke Mas Dhafin kalau aku belum bisa menjawab sekarang gitu?” Mira menganggukkan kepalanya. “Kamu berterus-terang padanya dan bilang kalau kamu masih butuh waktu dalam mengambil kep

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   253. Saran dari Mira

    “Terus kamu jawab apa?”Lora menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari Mira yang duduk di depannya. “Aku belum memberikan jawaban apapun.”“Termasuk jawaban untuk Pak Dhafin?” tanya Mira lagi yang terdengar seperti menebak.Lora mengangguk dengan bibir melengkung ke bawah. “Iya, belum juga. Bagaimana mau ngasih jawaban? Beberapa hari setelah Mas Dhafin meminta rujuk, tiba-tiba aku dijodohkan sama Kak Sham. Aku kan jadi tambah pusing.”“Kalau kamu belum memberikan jawaban, artinya kamu sama saja meminta mereka menunggu dong?” balas Mira dengan mengerutkan kening.Lora menghela napas panjang. “Tanpa harus meminta menunggu, mereka tetap akan menunggu bahkan memintaku memikirkannya secara matang-matang.”Mira meletakkan sebelah tangan di dagu dan mengusapnya. “Hm… rumit juga, ya.”“Nah, kan….” Lora menutup wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerja. “Semua ini terlalu tiba-tiba untukku, Mbak Mira. Aku benar-benar nggak tau bagaimana menyikapinya,” keluhnya disertai rengek

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   Author Notes: Pemberitahuan

    Assalamu'alaikum, teman-teman, pembaca setia cerita "Mari Berpisah, Aku Menyerah." Di sini saya ingin memberikan pengumuman penting bahwa mulai hari ini sampai seminggu ke depan, saya tidak update bab baru. Atau dengan kata lain hiatus karena ingin istirahat sejenak sekalian mengumpulkan ide yang sekarang sedang macet dan juga menyusun kembali alur cerita agar lebih tertata. Bisa dibilang saya butuh jeda sebentar sebelum menulis lagi. InsyaAllah, saya akan kembali update minggu depan. Untuk para pembaca buku ini, terima kasih sudah mampir dan menjadi pembaca setia. Terima kasih banyak atas komentar-komentarnya. Dan maaf, saya tidak bisa membaca satu-persatu karena keterbatasan 🙏🏻 Saya juga sangat-sangat berterimakasih atas dukungan untuk buku ini dengan memberikan beberapa Gem dan hadiah. MasyaAllah... saya bahagia sekali. Semoga kalian semua sehat selalu dan dilimpahkan rizkinya. Terima kasih banyak, ya, teman-teman 🥰 Saya juga minta maaf kalau diantara kalian merasa cerita i

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   252. Dirundung Dilema

    “Apa Kakak turut andil dalam perjodohan ini?” Grissham menggeleng menjawab pertanyaan Lora. Ia bisa melihat dengan jelas raut menuduh di wajah cantik wanita itu yang tersorot lampu teras. “Aku bahkan baru tahu ketika sudah tiba di sini. Kau jangan salah sangka dulu, Lora. Sungguh, aku tak tahu apapun tentang perjodohan ini.”“Pulang kerja, Ayah tiba-tiba mengajakku kemari tanpa memberitahu tujuannya. Aku mengira mungkin ingin membahas pekerjaan atau proyek baru.”“Tiba di rumah ini aku langsung bermain dengan Twins, sedangkan Ayah sedang membahas sesuatu dengan orang tuamu. Aku tak tahu apa yang mereka bahas.”“Setelah anak-anak masuk kamar karena jadwalnya tidur, aku pun bergabung dengan mereka dan barulah aku tahu tentang perjodohan ini,” jelasnya runtut.Lora mendengus keras dan memalingkan wajahnya menghadap depan. “Bohong banget! Tadi Om Albern bilang udah membicarakannya padamu. Nggak usah mengelak, Kak!”Grissham tersenyum tipis tanpa mengalihkan perhatiannya dari Lora. “Ay

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   251. Rencana Perjodohan

    “Nah, ini anaknya udah datang,” ucap Bu Radha yang tersenyum menyambut kedatangan putri-putrinya. Lora mencium tangan Pak Albern dan bersalaman biasa dengan Grissham diikuti oleh Florence. “Kak Sham dari kapan ke sininya? Udah lama?” tanyanya bermaksud menyapa dengan posisi yang masih berdiri.“Sudah dari tadi bahkan aku sempat bermain dengan Twins. Kau terlalu asyik menyendiri sampai-sampai tak tahu kedatanganku,” jawab Grissham. Lora menyengir hingga menampilkan giginya yang rapi. “Nggak menyendiri juga. Aku tadi ada perlu sama Florence.”Mendengar itu, Grissham beralih menatap Florence yang terlihat menempel pada Lora. “Wah… kalian sudah akur ceritanya ini?”Florence mengangguk dengan penuh senyum seraya memeluk lengan Lora yang memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya.“Tentu saja, kami kan saudara. Ya kan, Lora?” tanyanya yang dijawab anggukan kecil oleh Lora. Grissham mengacungkan jempolnya ke arah dua perempuan itu. “Bagus bagus, begitu kek dari kemarin. Jadi lebih enak d

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   250. Lebih Pantas

    "Kenapa? Apa kamu nggak setuju aku pulang besok? Kamu maunya aku pulang malam ini juga?" Lora menatap sejenak tangannya yang masih ditahan oleh Florence. Raut wajahnya berubah menjadi tidak enak. "Maaf, Flo, aku nggak bisa kalau harus pulang malam ini. Aku nggak pulang sendirian, tapi bersama anak-anakku.”“Nggak baik membawa mereka pulang malam-malam begini apalagi kan perjalannya jauh. Ayah sama Ibun juga pastinya nggak akan mengizinkan. Tolong pengertiannya, ya, Flo," ucapnya.Florence langsung melepaskan cekalannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali sambil menggerakkan tangan. "Enggak enggak, bukan begitu, Lora. Kamu nggak harus pergi dari sini baik sekarang maupun besok atau ke depannya. Tinggallah di rumah ini, Lora.”“Kamu jauh lebih pantas dan berhak dibandingkan aku yang bukan siapa-siapa. Bahkan hubungan darah pun aku nggak punya." Perempuan itu maju selangkah dengan tatapan sendu. "Aku minta maaf atas keegoisanku selama ini. Ya, kamu benar. Kehadiranmu di ru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   249. Memilih Mundur

    "Apa kamu mau rujuk kembali dengan Dhafin?" Pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang dalam benaknya walaupun sudah lewat beberapa hari. Lora tidak memberikan jawaban apapun. Ia sendiri bingung bagaimana menyikapinya. Ini terlalu mendadak untuknya. Permintaan maaf dari sang mantan mertua saja sudah membuatnya tercengang apalagi ditambah dengan tawaran itu. Atau mungkin bisa disebut sebagai lamaran? Mengingat Bu Anita sendiri yang mengutarakan hal tersebut. "Kamu nggak harus menjawabnya sekarang, Nak. Dipikirkan dulu matang-matang. Kami nggak akan memaksa," ujar ibunya Dhafin waktu itu. Bu Anita dan yang lainnya memang tidak menuntut jawaban detik itu juga. Namun, tetap saja mereka pasti menunggu jawaban darinya. Ia bisa melihat ada harapan besar yang terpancar di wajah mereka khususnya bagi Dhafin. Rasanya jadi tidak enak bila memberikan jawaban yang mengecewakan.RujukSatu kata yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya. Sekarang Dhafin sendiri yang menginginkan r

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   248. Maukah Rujuk Kembali?

    Bu Anita memandang ke arah bawah, tidak berani menatap Lora. Dirinya merasa bersalah pernah menuduh wanita itu selingkuh. Ia sebenarnya tidak ingin membahas hal ini yang malah membuat Lora sulit memaafkannya. Namun, Dhafin sendiri yang malah memancing sehingga mau tak mau mereka harus menjelaskan semuanya. “Maafkan Mama, Lora. Waktu itu Mama terpengaruh dengan perkataan Freya.”Lora mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal kuat. Tatapan matanya berubah dingin. Freya sudah benar-benar kelewatan dengan membuat tuduhan tak bermutu. Bukan hanya dirinya yang kena, tetapi juga menyangkut putrinya. Tuduhan itu pastinya membuat orang tua Dhafin ikut membenci Zora karena dikira bukan cucu kandung mereka. Jelas, Lora tidak terima!Wanita itu memejamkan mata sejenak berusaha menekan emosinya kuat-kuat lalu kembali menatap serius orang tua Dhafin. “Ma, Pa, aku sama sekali nggak pernah selingkuh sama siapapun. Dengan segala sikapnya Mas Dhafin kepadaku, aku nggak berniat menduakan dan me

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status