Share

12. Luka Tak Berdarah

Author: Putri Cahaya
last update Huling Na-update: 2024-08-23 22:40:00
“Aku sangat mencintaimu, Freya. Jangan tinggalkan aku lagi.”

Deg!

Naina menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan Dhafin yang menyerupai gumaman. Ia berdiri dengan tubuh yang menegang kaku melihat mereka yang saling berpelukan itu.

Dadanya seakan dihantam oleh sesuatu yang besar. Butiran bening telah terkumpul di kelopak matanya siap jatuh kapan saja.

Belum cukup sampai di situ, Freya melepaskan pelukannya kemudian tanpa diduga mencium bibir Dhafin.

Awalnya, Dhafin tampak terkejut, tetapi lama-kelamaan menikmati dan ikut membalas. Terlihat dari caranya yang memegang pipi dan tengkuk Freya semakin memperdalam ciuman.

Sontak, air mata Naina jatuh tanpa permisi. Jantungnya berdetak cepat tanpa bisa dikendalikan.

Dadanya sangat sesak menyaksikan langsung sang suami mencium mesra mantan kekasihnya.

Ya Tuhan…. sakit sekali.

Ia menggenggam kuat-kuat testpack di tangannya. Rencananya yang ingin memberikan kejutan, malah ia yang dibuat terkejut.

Pantas saja suaminya p
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   13. Tersebar Luas

    Naina menarik napasnya dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Ia menatap miris sang putra yang masih menangis hingga suaranya serak.Sepertinya ini menjadi puncak kesabaran Altair menghadapi sikap sang ayah sehingga sangat susah dibujuk.“Kamu ini gimana sih? Anak nangis bukannya ditenangkan malah dibiarkan.” Sang ibu mertua akhirnya turun tangan. Ia berjalan menghampiri Altair.“Udah, Ma. Aku udah membujuk, tapi Altair tetep nggak mau.” Naina senantiasa mengusap punggung Altair yang bersandar padanya.“Ya, kamu harusnya cari cara dong. Pakai alternatif lain atau apa kek. Kasihan cucuku nangis terus dari pagi. Jadi ibu kok nggak becus banget.”Jleb sekali rasanya. Padahal anaknya yang salah karena melanggar janji, tetapi Naina tetap disalahkan bahkan dibilang tidak becus.“Tapi Altair maunya sama Mas Dhafin, Ma. Udah lama Mas Dhafin nggak main sama Altair.”“Jangan cuma mengandalkan Dhafin doang. Mentang-mentang Altair deketnya sama Dhafin, kamu lepas tangan gitu aja,”

    Huling Na-update : 2024-08-24
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   14. Mencari Naina

    “Apa? Turun?”Wanita yang merupakan petugas rumah sakit itu mendekat ke arah Naina. “Iya, Mbak. Sahamnya lagi turun drastis. Kurang lebih selama tiga hari ini sih.”Naina berdehem pelan untuk menetralkan rasa terkejutnya. “Ibu tau dari mana?”“Dari anak saya yang bekerja di perusahaan itu. Katanya di sana tuh lagi kacau banget, Mbak. Anak saya jadi lebih banyak lembur buat mengatasi masalah itu.”Naina terdiam tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Ia yakin pasti Dhafin sekarang sedang sibuk mengatasi masalah itu. Dhafin tentunya akan melakukan segala cara untuk mengembalikan nama baik perusahaan.“Anak saya juga bilang kalau masalah ini tuh akibat berita viralnya Mbak. Padahal yang saya tahu, Wirabuana Group itu perusahaan yang bagus banget loh. Nggak nyangka akan menghadapi masalah ini.”Naina membenarkan dalam hati perkataan wanita itu. Wirabuana Group memang salah satu perusahaan ternama yang terkenal sangat bagus. Di mata publik, citranya pun sangat baik seolah tanpa cela sedi

    Huling Na-update : 2024-08-25
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   15. Kemarahan Dhafin

    Dhafin yang baru saja kembali dari butik Zelda menghempaskan tubuh di kursi kebesarannya. Matanya terpejam dengan tangan menumpu pada dahi. Tak lama, pintu ruangannya terbuka. Ia membuka mata dan mendapati seorang pria yang menjabat sebagai sekretarisnya berjalan mendekat. “Bagaimana? Ketemu Naina-nya?” tanya pria itu lantas duduk di kursi berhadapan dengannya. Dhafin menggeleng pelan sebagai jawaban. Pencarian Naina memang sedikit terlupakan karena ia sangat subuk mengurusi masalah kantor. Baru hari ini dirinya menyempatkan waktu ke tempat Zelda. “Kenapa kamu harus mencarinya?” “Aku takkan membiarkanya lari begitu saja,” jawab Dhafin datar. Arvan, sahabat sekaligus sekretaris Dhafin, mengetuk-ngetuk meja kaca menggunakan jarinya seperti ingin mengutarakan sesuatu. “Menurutku Naina nggak sepenuhnya salah.” “Maksudmu?” Dhafin menegakkan tubuhnya. “Maksudku bisa dibilang Naina ini sebenarnya korban. Dia nggak berniat membuat semua kekacauan ini.” “Dia bersalah.” Dhafin menatap d

    Huling Na-update : 2024-08-26
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   16. Pertunangan Diundur

    “Apa kamu sengaja ingin mencoreng nama baik keluargaku?”Freya terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari Dhafin. Ia yang semula tengkurap di kasur mengubah posisinya menjadi duduk. Raut wajahnya berubah sendu meski Dhafin tidak bisa melihat. “Kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu menuduhku?”“Jawab!.” Suara Dhafin terdengar dingin menandakan kalau pria itu sedang marah. “Aku nggak bermaksud mencoreng nama baik keluargamu, Dhafin. Sama sekali enggak.”“Lalu tujuanmu?”“Aku….” Freya menghela napas berat. “Aku cuma mengungkapkan rasa kecewaku pada Naina yang tega meracuni Altair. Nggak ada maksud lain.”Ia menunduk menatap sendu ke arah jemari di pangkuannya. “Aku menyayangi Altair dengan tulus seperti anakku sendiri. Aku merasa sedih dan kehilangan banget. Baru satu minggu dekat, Altair tiba-tiba meninggal.”Matanya berkaca-kaca. “Rasanya kayak direbut paksa. Dan itu gara-gara Naina. Aku nggak terima, Dhafin. Aku sangat kecewa. Anak sekecil itu harus meninggal di tangan ibunya send

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   17. Bertemu Sang Penolong

    Di waktu yang sama, tetapi di tempat berbeda, Naina baru saja keluar dari kamar mandi dengan dibantu oleh suster. Ia berjalan pelan sambil memegang perutnya menuju ranjang.“Terima kasih sudah membantu saya, Suster,” ucapnya setelah berhasil duduk dengan nyaman di ranjang. “Sama-sama. Kalau ada apa-apa jangan sungkan memanggil kami.” Sang suster tersenyum ramah.Naina mengangguk dan ikut tersenyum. Ia melihat sang suster yang sedang meletakkan infus di tiang samping ranjang lalu mengatur kecepatannya.Suster ini memang berbeda yang sebelumnya dan tentunya jauh lebih ramah. Mungkin berkat ibu pengantar makanan siang tadi yang sudah menginfokan kebenaran pada mereka.Setelah menyelesaikan tugasnya, sang suster pun pamit lantas keluar ruangan meninggalkan Naina yang hendak berbaring. Namun, pintu kembali terbuka membuatnya mengurungkan niat.Di sana, ada Thalia yang tengah menepikan tubuh seolah memberi jalan pada orang lain. Tak lama, muncullah seorang pria bertubuh tinggi dan tegap be

    Huling Na-update : 2024-08-28
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   18. Kembalilah pada Suamimu

    Naina spontan meminta hal tersebut. Entah mendapat keberanian dari mana. Ia berpikir tidak ada salahnya meminta bantuan pada Tuan Albern. Dhafin pasti tidak akan menyangka ia berada bersama rival bisnisnya.Tuan Albern terlihat bukan orang jahat meski wajahnya tampak tidak bersahabat. Terbukti dari Tuan Albern bersedia menolong Naina yang merupakan istri dari rivalnya.Selain itu, dari penjelasan tadi, Tuan Albern juga tidak pernah menggunakan cara kotor dan licik untuk menjatuhkan lawan. Ia mengandalkan kualitas serta potensi yang dimilikinya.Jadi, Naina yakin Tuan Albern tidak akan menjadikannya alat untuk membuat Wirabuana hancur.Naina menatap dengan cemas ke arah Tuan Albern. Ia sangat berharap pria paruh baya itu akan bersedia menolongnya sekali lagi.“Kenapa saya harus membantumu?” Tuan Albern berbalik badan dan menatap Naina penuh intimidasi.Naina menunduk memandang ke arah jamarinya di pangkuan. “Saya… saya tidak punya siapa-siapa untuk dimintai tolong.”“Sudah tahu tidak m

    Huling Na-update : 2024-08-29
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   19. Ayo, Pulang

    “Mas Dhafin?” Naina menatap Dhafin yang berjalan ke arahnya. Hatinya dipenuhi rasa was-was. Ia menggenggam erat selimut yang membungkus setengah tubuhnya. “Mau apa kamu ke sini?” Dhafin tiba di samping ranjang Naina. Ia tersenyum miring. “Menjenguk istriku.” “Dari mana kamu tau keberadaanku? “Bukan hal yang sulit.” Naina menduga pasti gara-gara videonya yang viral membuat Dhafin sangat mudah menemukannya apalagi dengan kekuasaan yang dimiliki pria itu. “Kembalilah kepada keluarga suamimu.” Perkataan Tuan Albern semalam kembali terngiang. Atau jangan-jangan Tuan Albern yang memberitahu Dhafin? Namun, kayaknya tidak mungkin. Tuan Albern bilang tidak ingin mencampuri masalah internal keluarga Wirabuana. Sepertinya opsi pertama yang lebih tepat. Seluruh penghuni rumah sakit ini sudah tahu tentangnya. Anak buah Dhafin pasti sudah mencari tahu sebelumnya. “Ayo, pulang.” Ajakan yang baru saja Dhafin lontarkan itu membuat Naina tersadar dari lamunannya. Ia memandang Dhafin yang mas

    Huling Na-update : 2024-08-30
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   20. Tidak Mau Pulang

    “Kau ketinggalan berita?”Naina mengangguk membenarkan. “Aku nggak pegang HP sama sekali dan juga nggak pernah nonton TV selama di sini.”“Mama udah klarifikasi.” Dhafin menjawab pertanyaan Naina sebelumnya lantas mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana.Pria itu menunjukkan kepada Naina video sang ibu yang sudah diposting di akun Wirabuana Group.Video itu berisi tentang pernyataan Bu Anita yang mengatakan bahwa semua itu hanya kesalahpahaman. Bu Anita hanya refleks mengatakan Naina pembunuh karena tidak terima cucu laki-laki semata wayangnya meninggal secepat itu. Ia sangat menyayangi Altair dan merasa sedih karena kehilangan.Bu Anita juga membahas tentang perkataannya yang hendak memenjarakan Naina. Ia mengucapkan itu dalam keadaan emosi dan marah besar sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih.Bu Anita menambahkan bahwa semua makanan yang dikonsumsi Altair menjadi tanggung jawab Naina. Jadi, wajar bila ia langsung menuduh menantunya. Di dalam video itu, Naina bisa melihat

    Huling Na-update : 2024-08-31

Pinakabagong kabanata

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   234. Hari Pernikahan Tiba

    Lora berjalan memasuki gedung hotel tempat akad sekaligus resepsi pernikahan Dhafin dan Freya. Di sampingnya ada Grissham yang memang ikut diundang sebagai rekan bisnis Dhafin.Ia datang sendiri tanpa membawa anak-anaknya yang dititipkan di rumah orang tua Zelda bersama Amina. Kebetulan hari ini weekend sehingga mereka bisa menjaga sekalian menghabiskan waktu dengan si kembar. Malahan dengan senang hati dititipi karena sudah sangat merindukan duo bocil itu. “Apa kau beneran baik-baik saja, Lora?” tanya Grissham saat keduanya berada dalam lift menuju lantai tempat ballroom berada.“Hm?” Lora mendongak menatap Grissham yang lebih tinggi darinya. Ia mengerjapkan mata sejenak, cukup kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari laki-laki itu. “Aku baik-baik aja, Kak. Kenapa memangnya?” tanyanya balik.Grissham tersenyum sambil membalas tatapan Lora tepat di kedua bola matanya. “Mungkin saja kau merasa sakit atau bagaimana melihat mantan suamimu yang menikah lagi.”“Ditambah menikahnya deng

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   233. Memberikan Keputusan

    Freya terdiam sejenak, teringat ketika dirinya mengizinkan Tika melakukan live streaming di acara itu. “Tapi kenapa nggak kamu matikan saat kita sedang party?”Terdengar suara tawa pelan di seberang sana. “Logika aja sih, Frey. Di acara itu, kita semua melakukan party dan bersenang-senang.”“Beberapa dari kita bahkan ada yang mabuk termasuk aku sendiri. Mana kepikiran buat mematikan live? Jangankan mematikan, ingat kalau live streaming masih menyala aja kagak,” jelasnya.Freya lagi-lagi terdiam. Sedikit banyak ia membenarkan perkataan Tika. Ia sendiri pun tidak ingat apalagi dirinya yang paling parah di sini. Tetapi….“Kenapa kamu malah melakukan live streaming di acara itu? Kamu sengaja, ya?” tanyanya setengah menuduh. Tika menghembuskan napas kasar. Mungkin merasa kesal karena selalu dipojokkan. “Itu udah menjadi kebiasaanku ketika kita kumpul bareng.”“Apa kamu lupa? Aku niatnya cuma pengen seru-seruan sekalian mengabadikan momen itu. Aku pun nggak pernah menduga kalau akhirnya ja

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   232. Saling Menyalahkan

    “Klarifikasi mulu. Kek nggak ada pembelaan lain aja. Lama-lama jadi duta klarifikasi nih orang. Dasar drama queen!”Lora mengerutkan keningnya menatap Zelda yang menggerutu kesal sambil melihat ke arah ponsel. “Kenapa, Zel?”Zelda mengangkat kepalanya membalas tatapan Lora dengan raut wajah cemberut. Ia menyodorkan ponselnya ke arah sanga sahabat. “Nih, lihat. Si Freya klarifikasi tentang beritanya yang viral itu.”Lora mengelap tangannya yang bekas minyak menggunakan tisu sebelum mengambil ponsel milik Zelda.Ia menonton tayangan video berisi Freya yang melakukan klarifikasi atau lebih tepatnya menyangkal tentang semua pengakuannya sendiri.“Percuma juga dia klarifikasi sana-sini. Dikira netizen sekarang nggak cerdas apa?” lanjut Zelda masih dengan mengomel. Ia lantas minum jusnya yang tinggal setengah.Lora tersenyum geli melihat tingkah bumil yang satu ini lalu mengembalikan ponsel pada pemiliknya. “Kok jadi kamu yang ngomel-ngomel sendiri sih?”Zelda mendengus keras dengan melipat

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   231. Buktikan Kebenarannya

    Freya menundukkan kepalanya sambil memilin jari. Ia menggigit bibir bawahnya bimbang, antara jujur atau berbohong. “Freya,” panggil Bu Linda melihat putrinya yang malah bungkam. Ia terdiam sejenak sambil menatap Freya lekat-lekat mencoba menelisik apa yang sebenarnya terjadi. “Freya, jangan bilang kalau semua itu memang benar?” tebaknya. Wanita paruh baya itu mengguncang bahu Freya karena belum juga mendapatkan jawaban. “Jawab Mama, Freya. Jawab dengan jujur!” Freya mengangguk pelan masih dengan kepala tertunduk. “Semuanya… be-benar, Ma.” Bu Linda mendorong keras bahu Freya hingga oleng ke belakang. “Freyaaa! Astaga!”Freya menumpukan tangannya di kasur sehingga tidak sepenuhnya limbung lantas memperbaiki posisi duduknya kembali seperti semula. Ia meringis pelan melihat ibunya yang tampak uring-uringan. Kepalanya semakin menunduk dalam tanpa berani menatap sang ibu.“Jadi, dalam video itu kamu mengakui perbuatanmu sendiri gitu?” tanya Bu Linda menatap kesal ke arah putrinya. “M

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   230. Terancam Batal

    “Nggak! Kalian jangan dulu membuat keputusan apapun,” sahut Bu Anita menyela pembicaraan suami dan anaknya.Ia menegakkan tubuh menatap keduanya bergantian. “Di video itu Freya dalam keadaan mabuk, jadi omongannya melantur kemana-mana.”“Freya nggak sadar saat berbicara seperti itu. Jangan langsung percaya dulu,” sanggahnya.Dhafin berdecak kesal mendengar ucapan ibunya yang terkesan membela Freya. “Mama berusaha menyangkal? Udah jelas-jelas Freya kayak gitu.”Bu Anita menggelengkan kepala berkali-kali. “Bukannya Mama berusaha menyangkal, Dhafin, tapi lihat dulu situasinya di situ seperti apa. Masa kita langsung percaya gitu aja sama omongan orang mabuk?”“Orang mabuk biasanya berkata jujur, Ma,” sahut Dhafin dengan nada datar. Bu Anita gantian menggenggam tangan putranya. “Mama tau, makanya tadi syok banget karena belum bisa berpikir jernih dan menelan informasi itu bulat-bulat.”“Sekarang Mama ingin kamu mencari tahu dulu kebenarannya seperti apa lalu mengambil keputusan yang benar

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   229. Gara-gara Live Streaming

    Freya kembali menenggak minuman lalu meletakkan gelasnya di meja dengan kasar. “Meski begitu, Dhafin masih enggan menceraikan Lora bahkan di saat kami udah tunangan.”“Aku harus menunggu sampai berbulan-bulan barulah mereka akhirnya resmi bercerai. Ternyata proses perceraian mereka ditunda karena Lora hamil anaknya Dhafin. Sialan!”Ia mendengus kasar seraya menyandarkan tubuhnya kembali. “Sekarang Lora jauh berbeda dengan yang dulu. Aku nggak bisa lagi mengusik hidupnya dan menyentuh anak-anaknya.”“Dia punya bekingan kuat yang sulit untuk ditembus. Dia juga dengan berani-beraninya mengancamku. Dikiranya aku bakal takut begitu? Hahaha… Nggak sama sekali.”“Menikah dengan Dhafin satu-satunya cara supaya Lora tersakiti dan tersiksa dengan perasaannya sendiri yang terlalu mencintai Dhafin itu.”“Aku akan membuat Dhafin menjauh dari anak-anak Lora yang sekarang dekat dengannya. “Aku akan membuat Lora menangis darah dan mengemis perhatian Dhafin demi anak-anaknya. Hahaha….”Freya terus s

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   228. Pengakuan Tanpa Sadar

    “What?!” seru mereka semua berbarengan, sangat terkejut mendengar pengakuan tak terduga dari Freya. “Serius kamu?”Freya mengangguk dan kembali bersandar karena tidak kuat menahan kepalanya yang pusing. “Aku memilih pergi supaya Lora yang menggantikanku di sana.”“Aku memang pergi untuk mengikuti ajang kelas model bergengsi di luar negeri. Tapi sebetulnya waktu seleksinya nggak di hari itu. Aku…. sengaja memajukan jadwal keberangkatanku.”“Dan ya… seperti yang kurencakan Lora menjadi pengantin pengganti karena acara nggak mungkin dibatalkan begitu aja demi nama baik keluarga.” Ia menjeda ucapannya untuk menarik napas dalam-dalam. “Aku berencana membuat Lora jatuh cinta sama Dhafin. Setelah benar-benar cinta bahkan bucin akut, aku merebut Dhafin kembali.”“Aku yakin sekali Dhafin masih sangat mencintaiku walaupun sudah menikah dengan Lora selama empat tahun. Semua rencanaku berjalan dengan mulus dan berhasil,” jelasnya.Teman Freya yang berpenampilan paling. sexy itu geleng-geleng kep

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   227. Mari Kita Party!

    Freya sendiri hanya diam di tengah suara-suara para temannya yang membujuk. Kepalanya tertunduk dengan tangan saling meremas gelisah. Dalam hati, ia tak tahu keputusan apa yang harus dirinya ambil. Apakah menerima ajakan teman-temannya atau memilih mengakhiri saja.“Frey, beneran kamu nggak mau party?” tanya temannya yang rambutnya digerai untuk memastikan sekali lagi. Si pembawa acara menghela napas melihat Freya yang masih bungkam. “Yaudah, kalau kamu nggak mau. Acara ini kita hentikan sampai di sini aja.”Salah satu dari mereka meraih nampan di atas meja berniat untuk menyingkirkan minuman beralkohol itu.Namun, belum sempat tangannya mengangkat nampan, sebuah tangan lain menghentikan gerakannya.“Tunggu.” Freya memegang tangan temannya bermaksud mencegah. Ia menatap sang teman dan botol minuman itu secara bergantian. “Mau dibawa kemana?”“Mau kubawa pergilah. Kan kamu nggak mau party,” jawab temannya itu. “Siapa bilang?” tanya Freya dengan raut wajah datar. Ia melipat tangannya

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   226. Bridal Shower

    Dhafin menatap Lora dalam-dalam. Mantan istrinya sudah banyak berubah. Tidak seperti dulu yang terlihat lemah dan manut-manut saja yang mudah sekali dimanfaatkan. Sekarang wanita itu jauh lebih berani mengutarakan hal yang tidak sejalan dengan prinsipnya sekaligus tegas. Namun, satu karakter yang masih sama. Lora tidak akan tinggal diam bila anaknya disakiti ataupun dikecewakan. Ia akan menjadi garda terdepan tanpa pandang bulu sekalipun itu ayah kandung dari anaknya sendiri. Dhafin menghela napas panjang. “Aku mengaku salah. Aku minta maaf, Lora.”Lora mendengus keras. “Kamu memang salah! Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah kepada anak-anak yang berkali-kali kamu kecewakan,” balasnya ketus. Dhafin mengangguk dengan raut wajah semringah. Namun, detik berikutnya ia kembali murung. “Tapi mereka lagi nggak mau bertemu denganku.”Lora tersenyum mengejek. “Baru segitu kamu langsung menyerah? Cemen banget!” Dhafin membulatkan mata mendengar itu, agak tersinggung. “Terus bagaimana

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status