Share

Bab 2: Aku akan Menceraikannya!

Mark membalikkan tubuhnya, punggung tegapnya seakan menjadi tembok yang tak bisa ditembus. “Itu bukan urusanmu,” katanya dengan suara datar, kemudian melangkah pergi meninggalkan Viona sendirian di dalam ruang kerjanya.

Viona terdiam, terkejut dengan perkataan Mark. Air matanya sudah mengembang, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Hatinya terasa sakit dan hancur.

Hati Viona terasa remuk, seperti baru saja dihantam oleh bebatuan besar. Ucapan Mark menusuknya lebih dalam daripada pisau tajam. Selama ini, Viona selalu berusaha memahami, selalu menerima kekurangan dalam hubungan mereka.

“Tega sekali dia berucap seperti itu padaku,” lirih Viona seraya menggigit bibirnya menahan gejolak sakit yang menggemuruh dalam dadanya.

Viona mencoba menahan air matanya. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan ini. Dengan cepat, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, tempat ibunya dirawat. Dia harus mengetahui keadaan ibunya.

Sesampainya di rumah sakit, Viona langsung menuju ke ruang perawatan ibunya, yang terletak di lantai tiga. Di sana, pamannya sudah menunggunya. “Bagaimana keadaan Ibu, Paman?” tanya Viona dengan nada yang cemas.

"Viona, ibumu perlu dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih intensif," ujar Pamannya seraya memberikan dokumen administrasi dari rumah sakit. "Kamu harus segera menandatangani dokumen ini dan juga membayar biayanya."

Viona terkejut ketika melihat nominal biaya pemindahan ruangan untuk Ibunya, tetapi, tanpa berpikir Panjang Viona menyetujui. Ia memiliki Tabungan sendiri sebelum menikah dengan Mark, tetapi itu pun belum cukup untuk menutupi seluruh biaya rumah sakit ibunya.

"Aku akan membayar setengahnya dulu, Paman," katanya pelan, dan membubuhkan tanda tangan di dokumen yang diberikan, Viona juga berpikir untuk menjual kalung yang diberikan oleh Mark ketika menikah. “Besok aku akan kembali lagi untuk melunasinya. Aku juga akan bekerja supaya bisa membayar biaya perawatan Ibu,”

Andy mengerutkan kening menatap Viona. “Kenapa kamu ini, Viona? Kenapa tidak sebaiknya kamu minta saja pada suamimu? Pemilik rumah sakit ini! Kamu ini istrinya Mark atau bukan?”

Viona merasakan rasa malu yang mendalam. Dia tidak mampu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tangganya. "Aku ... aku tidak bisa, Paman.”

Andy geleng-geleng kepala dengan tindakan Viona yang menurutnya aneh. Bukankah tidak sulit meminta uang pada suami sendiri? Tapi, kenapa Viona malah memilih untuk mencari uang sendiri? Sementara Viona tidak sanggup menjelaskan perihal rumah tangganya yang sedang tidak baik-baik saja.

“Paman. Tolong jaga Ibu sebentar. Aku harus pulang dulu,” kata Viona pamit pada sang paman.

Tanpa menunggu jawaban dari Andy, Viona langsung meninggalkan tempat itu. Berjalan di koridor rumah sakit dengan hati yang tidak tenang. Viona keluar dari ruangan itu dengan langkah berat. Di koridor rumah sakit, dia melihat Mark duduk bersama seorang wanita, dia adalah Stella.

Mark merangkul Stella dan mengusap-usap bahu Stella dengan lembut, mereka berdua seperti sepasang kekasih yang saling mendukung satu sama lain, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Hati Viona terasa seperti teriris melihat kemesraan itu. Namun, dari rasa sakit yang mendalam, muncul tekad yang kuat dalam dirinya.

Viona mengingat kembali semua pengabaian yang telah ia terima dari Mark. Ia tidak lagi bisa menoleransi rasa sakit ini. Dengan langkah mantap, Viona berjalan keluar dari rumah sakit, meninggalkan segala kesedihan di belakangnya.

"Ini sudah cukup," gumamnya dalam hati. "Aku akan menceraikannya!”

Salwa Maulidya

Terima kasih sudah mampir dan membaca.. Kira-kira Mark bakalan respon apa ya setelah Viona bilang mau cerai??

| Like
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
ya gitu viona tegas jangan mau d selingkuhi sama Mark
goodnovel comment avatar
Shera Arista
yaahh koo ceraaiii???
goodnovel comment avatar
Gita Nirami
pilihan paling benr tp apa GK nyari tau dulu sebenarnya???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status