Share

Bab 3: Jangan Harap Aku akan Mengabulkannya!

Mark baru saja sampai di rumah, sebelumnya ia sudah  mendengar dari Asistennya, Ben, bahwa Ibu Viona harus dipindahkan ke ruang intensif.

Ketika Mark masuk ke dalam kamarnya, Mark melihat Viona duduk dengan wajah yang tampak lelah dan matanya sembab, Viona tidak menoleh atau mengucapkan sepatah kata pun.

Mark terus melangkah masuk. Lalu membuka mantel hitam yang masih membungkus tubuhnya seraya melirik ke arah Viona. Dan wanita itu masih diam seribu bahasa, tanpa mengatakan apapun padanya.

“Bagaimana kondisi Ibumu?” tanya Mark dengan suara rendah.

Viona menoleh, ada jeda sebelum Viona menjawab pertanyaan Mark. 

Dipandangnya wajah pria yang telah menjadi suaminya selama empat tahun, sorot matanya kepada Viona tidak pernah sedalam ketika Mark bersama Stella tadi, dengan perasaan yang hancur, Viona menghela napas berat. “Mark. Mari bercerai!”

Mark benar-benar terkejut, ia seketika membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Viona dengan tatapan yang menghunus karena mendengar perkataan sang istri. Apa katanya? Bercerai? Yang benar saja!

“Apa maksudmu, Viona?” tanya Mark dengan suara dingin. “Mengapa tiba-tiba kau meminta bercerai?”

“Apakah Nyonya Dexter ingin pergi keluar dan merasakan kehidupan setelah berada di sini?” Mark melangkah mendekati Viona. “Ingat, Viona. Segala kebutuhanmu sudah kuberikan termasuk kenyamanan dan fasilitas yang ada di rumah ini.”

Manik matanya begitu menyala. Menyala oleh kabut emosi karena permintaan Viona yang di luar akal sehatnya.

“Nyonya Dexter katamu? Apakah aku benar-benar Nyonya Dexter setelah apa yang aku dapatkan? Aku masih harus melapor padamu ketika aku ingin pergi ke rumah sakit atau menjenguk ayahku di penjara.”

Mata nyalang Viona menatap Mark. Sakit hatinya bukan hanya karena ia diperlakukan dingin dan buruk oleh Mark. Melainkan karena perselingkuhan antara Mark dan Stella selama pernikahan mereka.

Merasa terpojok dan dipenuhi kemarahan, Mark tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia melangkah maju, menangkap lengan Viona dengan kuat.

“Berani sekali kau berkata seperti itu padaku!” bisik Mark dengan mata yang dipenuhi oleh kabut emosi.

Tanpa memberikan kesempatan bagi Viona untuk melawan atau berbicara, Mark menariknya ke dalam pelukan yang tidak diinginkan, memaksa ciuman yang kasar.

Viona berusaha melawan, berteriak dan meronta, namun kekuatannya tidak sebanding dengan

kemarahan Mark. Tangisnya pecah saat ia merasa dirinya terperangkap dalam situasi yang penuh kekerasan dan rasa tidak berdaya.

Mark, dalam kebutaan amarah dan frustrasi, tidak mendengar jeritan hati Viona yang memohon untuk dilepaskan.

“Apa maumu sebenarnya, huh? Bukankah kau sudah bekerja keras untuk mendapatkan titel seorang Nyonya Dexter?” bisik Mark dengan tidak melepaskan Viona dalam dekapannya..

Bahkan, hingga saat ini Mark masih menganggap jika kesalahan ada pada Viona.

Viona mencoba untuk menarik dirinya untuk lepas dari Mark, “Karena aku tidak bisa hidup seperti ini lagi, Mark. Aku merasa seperti tawanan di rumah sendiri!”

Mendengar kata-kata itu, emosi Mark meledak, kemudian ia merengkuh tubuh Viona untuk lebih mendekat kepadanya, dan langsung mencumbu Viona, bibirnya bergerak ke leher dan mencium wanita itu.

“Kalau begitu, kita selesaikan malam ini juga,” katanya dengan suara dingin

Entah mengapa tubuh Viona begitu indah sehingga membuat sesuatu dalam diri Mark langsung menegang jika sudah menyentuh Viona.

Dihempaskannya Viona ke atas ranjang. Tetapi, Viona terus berteriak meminta untuk dilepaskan. Mark terlihat sangat berbeda jika sudah berurusan dengan sisi liarnya, membuat Viona harus melepaskan diri.

“Jangan, Mark. Aku mohon!” suara viona bergetar, dia terlihat sangat lemah di tempat tidur.

Rambut hitam legamnya berantakan di bantal itu membuat Viona terlihat sangat menawan sehingga Mark semakin ingin mengacak-acak dan menggagahinya.

Mark mencium paksa bibir merah Viona dan menatapnya dengan tatapan haus.

“Setiap kali aku menidurimu, kau selalu berkata jangan. Namun, setelahnya kau terlihat sangat menikmatinya, hm?”

Mark kembali mencumbu bibir serta leher jenjang Viona dengan penuh gairah. Meski berulang kali Viona meronta dan menolak keinginan Mark yang ingin menyentuhnya, rupanya tidak membuat Mark berhenti. 

“Argh! Mark. Berhenti!” pekik Viona benar-benar marah karena Mark selalu seenaknya padanya. Namun, pertahanannya mulai luntur karena tenaga Mark yang lebih kuat darinya.

Viona hanya pasrah. Menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan atau apa pun itu. Ia tak ingin Mark semakin puas menyiksanya seperti ini di bawah kungkungannya.

Setelah Mark merasa puas, ia melihat wanita di bawahnya dalam keadaan yang kacau. Lalu Mark membungkus Viona dengan selimut tebal untuk menutupi tubuh polosnya, kemudian ia beranjak dari atas ranjang untuk memunguti kembali pakaiannya.

Namun, langkahnya terhenti seketika. Menatap Viona yang tampak kelelahan melayaninya.

“Sekeras apa pun kau meminta cerai dariku, jangan harap aku akan mengabulkannya!”

Lantas keluar dari kamar tersebut, dan memilih tidur di tempat kerjanya.

Salwa Maulidya

Hmm~ Satu kata buat Mark, wkwkwk... Terima kasih sudah mampir dan membaca...

| Sukai
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Mark gila gak mau cerai tapi masih selingkuh sama stella
goodnovel comment avatar
Shera Arista
gk terima di ceraikan tp gak mau putus sm stella... pria macam apa kau ini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status