Dokter menatap Helena yang ingin tahu kondisi Kendrick sebenarnya. "Maaf, Nona. Sepertinya Tuan Kendrick membutuhkan waktu sampai siuman. Maka dari itu, kemungkinan kecil untuk bisa siuman dalam waktu dekat," ucap sang dokter menjelaskan tentang kondisi Kendrick yang belum juga siuman.Helena menghela napasnya, matanya memandang kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup dokter. "Begitu rupanya. Aku tidak percaya jika kondisinya separah itu sampai membuatnya tidak bisa bangun."“Maaf, Nona Helena. Apakah Anda telah melaporkan tindakan kekerasan ini kepada pihak berwajib?” tanya dokter ingin tahu. Mengingat bahwa luka yang dialami oleh Kendrick dilakukan secara sengaja. Menghajarnya membabi buta.“Saya sudah melaporkannya, dokter. Mungkin sebentar lagi orang itu akan diciduk.”“Oh, baguslah. Kalau begitu saya permisi.”Helena mengangguk kemudian menghela napas lega. Ia kembali masuk ke dalam ruang rawat Kendrick untuk melihat lelaki itu meski belum juga mau sadarkan diri.Wanita itu d
Tamara, dengan tatapan prihatin, diam menyimak Cassandra yang tampaknya telah meredupkan kepercayaannya pada cinta.Wajah Cassandra mencerminkan kekosongan, pandangannya kosong ke depan, membiarkan kata-kata Tamara melayang tanpa mendapat respons.“Aku akan mencari tahu yang sebenarnya, Cassandra. Lalu ternyata Kendrick benar-benar mengkhianatimu, maka nasibnya akan sama seperti Jovan,” ucap Tamara dengan suara yang penuh dengan tekad, memutuskan untuk mengambil alih masalah yang sedang dihadapi oleh putrinya.Cassandra menghela napasnya, tatapannya kembali ke arah ibunya. “Terserah kau saja, Ibu. Aku ingin fokus pada proyek yang sedang berjalan. Satu minggu lagi akan meluncurkan produk terbaru untuk jam tangan mewah,” ucapnya dengan suara datar, menunjukkan bahwa dirinya lebih memilih untuk mengalihkan perhatian dari masalah pribadinya.“Iya, anakku. Kau fokus saja pada peluncuran produk terbarumu itu. Mengenai Kendrick, biar aku saja yang urus,” kata Tamara dengan suara yang penuh d
Helena, dengan hati yang hancur dan rasa putus asa yang melanda, memutuskan untuk menghubungi Jovan, salah satu temannya yang dia percaya. Dia merasa perlu berbagi beban yang dia rasakan saat ini.“Jovan. Kau tahu? Kendrick telah siuman, namun ia malah mengusirku karena tak ingin aku ada di sana,” ungkap Helena dengan suara gemetar, mencoba menahan air mata yang ingin pecah.Jovan, di sisi telepon, merespons dengan suara yang sedikit kesal. “Mengapa itu terjadi, Helena? Apa kau sudah membuatnya luluh? Atau kau langsung pergi begitu saja setelah diusir olehnya?” tanyanya, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Aku sudah berusaha, Jovan. Namun, kau tahu? Dia tidak mau mendengarkanku! Dia tetap ingin aku pergi. Bahkan Kendrick sangat marah padaku karena aku memaksa untuk tetap di sana,” jawab Helena dengan suara penuh dengan keputusasaan, mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya.Jovan menghela napas dengan kesal, merasa frustasi dengan cerita Helena. “Sialan! Ternyata kau
Tamara dengan cepat melangkah menuju kamar Cassandra, kegelisahan tergambar jelas di wajahnya. “Cassandra! Kita harus ke rumah sakit sekarang juga! Kendrick berada di rumah sakit!” ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Cassandra, yang sedang duduk di meja belajar di kamarnya, mengerutkan kening. “Rumah sakit? Apa yang sedang dia lakukan di sana, Ibu?” tanyanya dengan suara datar, mencoba memahami situasi yang tak terduga ini.“Kau tahu? Jovan telah memukul Kendrick sampai pingsan dan babak belur, Cassandra. Benar apa kataku, bukan? Pasti tidak ada yang beres. Aku sangat mengenal Kendrick. Mana mungkin lelaki itu mengkhianatimu,” jelas Tamara dengan nada yang penuh keyakinan, berharap bahwa putrinya akan mengerti bahwa Kendrick tidak bersalah.Cassandra terdiam sejenak, pikirannya terasa kacau oleh berbagai informasi yang baru saja didengarnya. Namun, akhirnya dia mengangguk, setuju untuk pergi ke rumah sakit
"Sebelumnya aku meminta maaf karena langsung percaya pada Helena begitu dia memberi tahu diriku saat dia sedang di apartemenmu," ucap Cassandra dengan suara yang penuh penyesalan, mencoba membersihkan kesalahpahaman di antara mereka.Kendrick mengerutkan keningnya, ekspresi bingung tergambar jelas di wajahnya. “Apa? Dia … di apartemenku? Apa yang sedang dia lakukan di sana?” tanyanya, mencoba memahami kejadian yang terjadi di apartemennya saat dia sedang dirawat di rumah sakit.“Entahlah, Kendrick. Sepertinya posisimu saat itu sudah di rumah sakit. Namun, Helena masih di apartemenmu. Dan aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana,” jelas Cassandra dengan suara yang penuh dengan ketidakpastian, merasa bingung dengan kehadiran Helena di tempat yang seharusnya tidak dia kunjungi.Kendrick menghela napasnya, mencoba meredakan kebingungannya. Ia semakin tidak mengerti mengapa Helena ada di apartemennya sementara dirinya berada di rumah
“Hah? Aku tidak salah dengar? Kau ingin ikut ke pesta yang hanya diperuntukkan bagi kaum berduit seperti kami? Jangan bermimpi, Cassandra!” Cassandra tersentak mendengar ucapan kakak tertua dari suaminya itu.Penuh cemoohan, seolah dirinya tak layak. Padahal, ada sesuatu yang harus dilakukannya di pesta itu.Gadis itu sontak melihat ke arah sang suami--mencari pembelaan.Namun, Jovan Attrick malah mengatakan kalimat yang menyakiti hatinya. “Tidak bisa. Kuotanya sudah penuh. Kau harus memiliki undangan baru jika ingin ikut,” jawabnya dingin.“Sudahlah, Cassandra. Kau ikut saja dengan kami ke mall, untuk membeli beberapa gaun yang harus kami kenakan. Setidaknya kau bisa membeli baju baru untuk dirimu sendiri.” Agnes, kakak Jovan, lagi-lagi berkata dengan nada tak bersahabat.Tubuh Cassandra gemetar.Rasanya, dia ingin memberontak.Sebab, sejak menikah dengan Jovan, tak pernah sekalipun ia menolak apapun yang diperintahkan oleh keluarga suaminya.Namun, semakin lama, mereka semakin m
Malam itu, suasana di 'The Golden Hotel' begitu meriah. Sorak-sorai tawa dan gemerlap cahaya lampu memancar di setiap sudut ruangan, menyelimuti pesta istimewa yang mencerminkan kemegahan dan kemewahan hotel ternama di kota ini.Di tengah keriuhan tersebut, tiba-tiba pintu masuk hotel terbuka. Seorang wanita anggun memasuki ruangan, mengundang decak kagum dari para tamu.Cassandra Veronica, begitu menakjubkan, melangkah dengan elegan dan anggun. Gaun mewah yang membalut tubuhnya seolah menjadi magnet, menarik perhatian setiap mata yang hadir.Sejenak, ruangan itu terdiam, membiarkan kehadiran Cassandra menciptakan aura keanggunan yang luar biasa.Perhiasan yang menghiasi tubuhnya bersinar gemilang, menambah pesona pada penampilannya yang memukau. Tatapan kagum dan bisikan-bisikan tak terelakkan mengiringi langkahnya menuju pusat perhatian."Siapa wanita itu? Begitu memesona. Pasti ada cerita di balik kehadirannya," bisik seorang tamu kepada pasangannya."Aku tidak yakin. Tapi sepertin
Cassandra sudah merasakan bahwa mereka tidak akan percaya pada pengakuannya. Namun, hal itu tidak mengganggu pikirannya.“Aku tidak peduli dengan hinaan yang kau katakan padaku. Karena hinaan itu sudah biasa aku dengar. Selama tiga tahun ini, saat masih menjadi bagian dari keluarga kalian!”Dengan sikap teguh, Cassandra memilih untuk tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Dia hanya menunggu ibunya keluar dari kandang, yakin bahwa kehadiran ibunya akan mengkonfirmasi bahwa Cassandra adalah pemilik sebenarnya dari hotel tersebut.“Sudah, Agnes. Jangan ladeni wanita gila ini!”Medina menghampiri Cassandra dengan pandangan hinanya. “Hei! Wanita hina tidak tahu diri, sebaiknya cepat pergi dari pesta ini. Kau tahu? Tempat ini benar-benar tidak pantas untukmu!”Medina kembali mengusir Cassandra, menginginkannya pergi dari tempat itu. Namun, Cassandra semakin meradang karena perlakuan yang terus menerus diusir di acara pesta miliknya sendiri. Keinginannya untuk menegaskan identitasnya semaki