Dengan langkah-langkah hati-hati, Cassandra melangkah masuk ke dalam kamar yang sunyi. Udara dingin menyambutnya, seolah menambah beban yang sudah terlalu berat di pundaknya.Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan gejolak emosinya yang tengah membara di dalam dirinya. “Hh!”"Diamkan dirimu, Cassandra," ucapnya pada dirinya sendiri dengan suara yang hampir tercekat di tenggorokannya. "Kau harus tetap tenang."Kata-kata itu bergema di dalam ruangan yang sunyi, mencoba menggugah ketenangan di tengah badai emosi yang melanda.Cassandra mencoba meraih kendali atas dirinya sendiri, menahan diri agar tidak terjatuh dalam jurang kegelapan yang mengancam untuk menelannya.“Aku harus berpikir jernih sebelum semuanya terungkap dengan benar.”Dia tahu bahwa saat ini adalah saat yang kritis, saat di mana kekuatan dalam dirinya diuji sampai batasnya.Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak boleh menyerah pada emosi negatif yang menghantuinya. Dia harus tetap berdiri tegak, meskipun badai men
Dokter menatap Helena yang ingin tahu kondisi Kendrick sebenarnya. "Maaf, Nona. Sepertinya Tuan Kendrick membutuhkan waktu sampai siuman. Maka dari itu, kemungkinan kecil untuk bisa siuman dalam waktu dekat," ucap sang dokter menjelaskan tentang kondisi Kendrick yang belum juga siuman.Helena menghela napasnya, matanya memandang kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup dokter. "Begitu rupanya. Aku tidak percaya jika kondisinya separah itu sampai membuatnya tidak bisa bangun."“Maaf, Nona Helena. Apakah Anda telah melaporkan tindakan kekerasan ini kepada pihak berwajib?” tanya dokter ingin tahu. Mengingat bahwa luka yang dialami oleh Kendrick dilakukan secara sengaja. Menghajarnya membabi buta.“Saya sudah melaporkannya, dokter. Mungkin sebentar lagi orang itu akan diciduk.”“Oh, baguslah. Kalau begitu saya permisi.”Helena mengangguk kemudian menghela napas lega. Ia kembali masuk ke dalam ruang rawat Kendrick untuk melihat lelaki itu meski belum juga mau sadarkan diri.Wanita itu d
Tamara, dengan tatapan prihatin, diam menyimak Cassandra yang tampaknya telah meredupkan kepercayaannya pada cinta.Wajah Cassandra mencerminkan kekosongan, pandangannya kosong ke depan, membiarkan kata-kata Tamara melayang tanpa mendapat respons.“Aku akan mencari tahu yang sebenarnya, Cassandra. Lalu ternyata Kendrick benar-benar mengkhianatimu, maka nasibnya akan sama seperti Jovan,” ucap Tamara dengan suara yang penuh dengan tekad, memutuskan untuk mengambil alih masalah yang sedang dihadapi oleh putrinya.Cassandra menghela napasnya, tatapannya kembali ke arah ibunya. “Terserah kau saja, Ibu. Aku ingin fokus pada proyek yang sedang berjalan. Satu minggu lagi akan meluncurkan produk terbaru untuk jam tangan mewah,” ucapnya dengan suara datar, menunjukkan bahwa dirinya lebih memilih untuk mengalihkan perhatian dari masalah pribadinya.“Iya, anakku. Kau fokus saja pada peluncuran produk terbarumu itu. Mengenai Kendrick, biar aku saja yang urus,” kata Tamara dengan suara yang penuh d
Helena, dengan hati yang hancur dan rasa putus asa yang melanda, memutuskan untuk menghubungi Jovan, salah satu temannya yang dia percaya. Dia merasa perlu berbagi beban yang dia rasakan saat ini.“Jovan. Kau tahu? Kendrick telah siuman, namun ia malah mengusirku karena tak ingin aku ada di sana,” ungkap Helena dengan suara gemetar, mencoba menahan air mata yang ingin pecah.Jovan, di sisi telepon, merespons dengan suara yang sedikit kesal. “Mengapa itu terjadi, Helena? Apa kau sudah membuatnya luluh? Atau kau langsung pergi begitu saja setelah diusir olehnya?” tanyanya, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Aku sudah berusaha, Jovan. Namun, kau tahu? Dia tidak mau mendengarkanku! Dia tetap ingin aku pergi. Bahkan Kendrick sangat marah padaku karena aku memaksa untuk tetap di sana,” jawab Helena dengan suara penuh dengan keputusasaan, mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya.Jovan menghela napas dengan kesal, merasa frustasi dengan cerita Helena. “Sialan! Ternyata kau
Tamara dengan cepat melangkah menuju kamar Cassandra, kegelisahan tergambar jelas di wajahnya. “Cassandra! Kita harus ke rumah sakit sekarang juga! Kendrick berada di rumah sakit!” ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Cassandra, yang sedang duduk di meja belajar di kamarnya, mengerutkan kening. “Rumah sakit? Apa yang sedang dia lakukan di sana, Ibu?” tanyanya dengan suara datar, mencoba memahami situasi yang tak terduga ini.“Kau tahu? Jovan telah memukul Kendrick sampai pingsan dan babak belur, Cassandra. Benar apa kataku, bukan? Pasti tidak ada yang beres. Aku sangat mengenal Kendrick. Mana mungkin lelaki itu mengkhianatimu,” jelas Tamara dengan nada yang penuh keyakinan, berharap bahwa putrinya akan mengerti bahwa Kendrick tidak bersalah.Cassandra terdiam sejenak, pikirannya terasa kacau oleh berbagai informasi yang baru saja didengarnya. Namun, akhirnya dia mengangguk, setuju untuk pergi ke rumah sakit
"Sebelumnya aku meminta maaf karena langsung percaya pada Helena begitu dia memberi tahu diriku saat dia sedang di apartemenmu," ucap Cassandra dengan suara yang penuh penyesalan, mencoba membersihkan kesalahpahaman di antara mereka.Kendrick mengerutkan keningnya, ekspresi bingung tergambar jelas di wajahnya. “Apa? Dia … di apartemenku? Apa yang sedang dia lakukan di sana?” tanyanya, mencoba memahami kejadian yang terjadi di apartemennya saat dia sedang dirawat di rumah sakit.“Entahlah, Kendrick. Sepertinya posisimu saat itu sudah di rumah sakit. Namun, Helena masih di apartemenmu. Dan aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana,” jelas Cassandra dengan suara yang penuh dengan ketidakpastian, merasa bingung dengan kehadiran Helena di tempat yang seharusnya tidak dia kunjungi.Kendrick menghela napasnya, mencoba meredakan kebingungannya. Ia semakin tidak mengerti mengapa Helena ada di apartemennya sementara dirinya berada di rumah
Setelah melewati beberapa hari yang melelahkan di rumah sakit, Kendrick akhirnya mendapatkan izin pulang dari dokter setelah kondisinya membaik. Saat hendak pulang, Serly, asisten pribadinya, menawarkan untuk mengantarnya."Tuan Kendrick. Bolehkah saya mengantar Anda?" tawar Serly sambil mengurus biaya administrasi.Kendrick menggeleng lembut, "Tidak perlu. Cassandra dalam perjalanan menuju kemari. Jadi, sebaiknya kau pulang saja. Terima kasih telah membantuku.""Dengan senang hati, Tuan Kendrick. Kalau begitu, saya akan menunggu Nona Cassandra tiba, setelah itu saya kembali ke kantor."Kendrick mengangguk pelan, "Ya, terserah kau saja. Bagaimana baiknya menurutmu."Serly tersenyum lebar berdiri di depan Kendrick, "Maaf sebelumnya, Tuan Kendrick. Apakah Anda perlu sesuatu, untuk pernikahan kalian nanti?""Hm! Sepertinya tidak. Semuanya sudah diurus. Kau tahu? Aku sudah tidak sabar ingin menikah dengan Cassandra. Dia adalah wanita yang selalu aku rindukan setiap harinya," kata Kendrick
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Kendrick dan Cassandra akhirnya tiba. Keduanya akan melangsungkan pernikahan di hari ini.Cassandra, dengan gaun yang indah nan anggun, duduk menghadap cermin yang baru saja dirias secantik mungkin.“Oh my God. Kau sangat cantik sekali, Cassandra. Aku tak pernah melihatmu secantik ini,” ucap Emme, sahabat dekat Cassandra, sambil menghampiri wanita itu.Cassandra mengulas senyum. “Hm! Mengapa kau baru tiba, huh? Aku sudah menghubungimu sejak satu minggu yang lalu, kau tahu!”Emme menghela napasnya. “Cassandra. Aku sangat sibuk, maka dari itu aku baru bisa datang sekarang. Apa kau sangat merindukanku, hm?”Cassandra menyunggingkan bibirnya. Ia menoleh ke arah pintu masuk di mana sang ibu datang menghampirinya.“Ibu ….”“Cassandra. Kau sangat cantik sekali. Selamat untuk pernikahanmu. Semoga kali ini pernikahanmu membuatmu bahagia.”“Terima kasih untuk doanya, Ibu. Aku pun berharap begitu,” ucap Cassandra dengan mata berkaca-kaca. Sorot matanya penuh dengan