Semua orang mengenakan jas putih dan mereka semua tampak bersemangat. Pemimpinnya adalah seorang wanita berusia tiga puluhan. Dia adalah kepala ahli bedah jantung yang bertugas di Departemen Bedah Jantung Rumah Sakit Dwitama setahun yang lalu. Dia itu dingin dan sangat ahli, dijuluki iblis wanita, Letia Quro.Inilah guru yang selanjutnya akan diikuti Janet.Letia sedang memeriksa rekam medis dan kebetulan melihat Janet. Janet mengangguk, "Dokter Letia."Letia bersenandung dan berkata, "Kamu baru di sini 'kan? Tunggu aku di kantor."Setelah mengatakan itu, dia terus berjalan pergi, tidak ragu sedikit pun.Rombongan besar bergerak maju dan Janet berdiri diam di dinding, memperhatikan semua orang pergi.Beberapa dokter magang di belakang memandang Janet dan berbisik, "Bukankah ini Nona besar Keluarga Colia?""Janet yang satu-satunya payah di Keluarga medis Keluarga Colia, apakah itu dia?""Ya, itu dia. Kudengar dia tak tahu apa-apa .... Dia masuk sekolah kedokteran melalui koneksi dan sek
"Janet, orang baru di polo kita. Kalian saling berkenalan."Di departemen, Letia menyesap air, meletakkan cangkirnya, lalu menatap Janet.Rambut Janet dijepit. Dia mengenakan kemeja merah muda dan jas putih, terlihat sangat santai dan murni.Semua orang di departemen bertepuk tangan untuk menyambutnya, tapi Zihan meliriknya dan berkata, "Pak Direktur selalu memasukkan vas ke departemen kita. Apakah satu masih belum cukup?"Kata-kata itu terdengar kemudian pintu dibuka dan Quinn berdiri di depan pintu.Zihan melirik Quinn dan mengusap pelipisnya, merasakan sakit kepala yang parah.Tidak masalah kalau ada satu vas, ini datang vas lainnya! Apakah tidak ada kuota dokter di polinya?Janet memandang Quinn dengan tenang. Tapi, saat Quinn tidak begitu ramah papanya."Menurut aturan poli kita, apakah pendatang baru harus mentraktir makan?!" Tiba-tiba seseorang bertanya."Itu harus. Seorang rekan baru datang ke poli. Ayo makan bersama!"Janet mendongak dan melihat semua orang sangat antusias, ja
"Janet, jangan berpikir aku akan mencintaimu!"Pria itu mencengkeram lehernya, mendorongnya ke sofa dan mengumpat dengan rasa jijik di wajahnya, "Kesabaran aku terhadap kamu sudah mencapai batasnya. Kusarankan kamu jangan berulah. Kita akan bercerai dalam setengah tahun!""Aku benar-benar nggak mendorong Quinn ... dia jatuh sendiri ke kolam renang!"Suara Janet Colia lemah, seluruh tubuhnya basah kuyup dan tubuhnya yang kurus gemetar."Jangan berdalih, kamu dan Quinn sudah berteman bertahun-tahun, kamu tahu kalau dia takut air!" Gerakan pria itu menjadi sedikit lebih kasar, dengan ekspresi galak seperti kalau sesuatu terjadi pada Quinn Lark, Janet akan dikuburkan bersamanya.Kata berteman bertahun-tahun itu langsung memvonisnya bersalah.Mata Janet dipenuhi kabut dan air mata perlahan mengair dari sudut matanya, suara patah hati terdengar sangat jelas.Sulit membayangkan pria yang menyerangnya demi wanita lain adalah suaminya!Dia mencintai Alvin Gunner selama empat tahun dan menikah d
"Ayah benar, aku nggak akan pernah bisa menghangatkan hati Alvin. Aku tahu aku salah, aku mau pulang."Suara serak Janet terdengar dari ruang tamu yang kosong.Keluarga Colia adalah orang terkaya di kota tetangga dan merupakan keluarga medis.Kakek Janet berbisnis dan nenek Janet adalah profesor bedah jantung yang terkenal. Keduanya adalah pasangan ideal.Janet mempelajari kedokteran dengan neneknya sejak dia masih kecil. Neneknya mengatakan bahwa dia adalah seorang jenius dan ditakdirkan untuk berprestasi di bidang ini.Kakek neneknya membuka jalan bagi masa depannya, ayahnya menyiapkan harta yang tak terhitung jumlahnya untuk dia wariskan dan ibunya mengatakan dia bisa menjadi gadis kecil selamanya.Tapi, dia meninggalkan segalanya demi Alvin dan mengubah dirinya menjadi menyedihkan seperti ini.Saat itu, dia merasa bahwa dia adalah seorang pejuang cinta yang pemberani, dengan penampilan yang heroik.Sekarang ketika memikirkannya lagi, otak dia benar-benar bermasalah.Janet menarik n
Alvin tidak percaya, dia mencari di semua tempat yang mungkin akan didatangi Janet.Taman belakang, ruang belajar, ruang pemutaran film .... Bukan hanya Janet yang tidak bisa ditemukan, bahkan barang-barang Janet pun sudah tidak ada lagi.Rak buku di ruang belajar sudah tiada lagi buku-buku kedokteran yang sering dibaca Janet.Alvin jarang pulang ke sini dan sekarang setelah Janet pergi, rumah ini terasa seperti belum pernah ditinggali dan tidak ada kehangatan sama sekali.Alvin berjalan turun dengan langkah berat dan memperhatikan bahwa area di belakang sofa itu kosong. Napasnya tercekat saat melihat lukisan rusak yang dibuang ke tempat sampah.Setelah menikah dengannya, Janet selalu mengajaknya pergi berbelanja. Dia sibuk dengan pekerjaan dan muak dengan Janet, jadi dia menolak berulang kali.Hari itu adalah hari ulang tahun Janet, Janet pergi ke perusahaan untuk mencarinya dan bertanya, "Alvin, bisakah kamu merayakan ulang tahunku? Kalau kamu sibuk, setengah jam juga nggak masalah."
Janet memandang pria yang menariknya pergi dan merasa sedikit linglung.Dia melakukan hal yang sama tahun itu, memegang tangannya dan melarikan diri dari kejaran orang-orang itu.Kalau Alvin memperlakukannya dengan buruk saat itu, dia mungkin tidak akan mencintai Alvin sedalam ini. Biarpun harus putus hubungan dengan keluarganya, dia bersikeras menikah dengan Alvin.Tapi, kenapa dia ada di sini? Apa yang sedang dia lakukan sekarang?Mungkinkah Alvin cemburu karena melihatnya berselingkuh dengan pria lain?Tapi, tak lama kemudian, Janet membuang pemikiran itu.Alvin tidak punya hati. Alvin tidak pernah mencintainya, jadi mana mungkin cemburu?Janet didorong ke kamar mandi, dia mabuk dan sedikit lemah.Alvin menekannya ke tepi wastafel dengan wajah dingin. Alvin membelakangi cahaya kamar mandi sehingga raut wajahnya kabur, tapi tidak sulit untuk melihat betapa tampannya dia."Janet, kita belum bercerai!" Dia mengatakan ini dengan gigi terkatup.Punggung Janet menempel di wastafel dan tat
Malam harinya, di lantai 33 Hotel Santika.Perjamuan sedang berlangsung, pemandangan malam Kota Yune yang ramai tidak terhalang melalui jendela besar sepanjang dinding.Diiringi alunan musik piano yang merdu, Janet bersandar malas di depan bar, dia menggoyangkan gelas anggur merah di tangannya karena merasa bosan sambil melihat sekeliling dengan matanya yang menawan.Mata serakah para pria di ruangan itu terpaku pada tubuhnya, mereka ingin memulai percakapan, tapi tidak berani.Hari ini dia mengenakan rok tali hitam panjang dengan beberapa lipatan di ujung gaun, memperlihatkan betisnya yang indah.Rok panjang itu tergantung longgar di tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Rambut keritingnya tergerai dan tato kupu-kupu dia terlihat samar, benar-benar memesona.Ponsel berdering, Janet menunduk, itu pesan teks.Tarman, "Apakah kamu sudah pergi ke pesta?"Janet menghela napas dan membalas pesan itu, "Ya."Tarman menjemputnya tadi malam dan saat dia mabuk, Tarman menipunya u
Aula menjadi kacau, orang-orang meletakkan gelas anggur mereka dan berkumpul untuk mencari tahu."Sudah panggil ambulans?""Kapan ambulans bisa datang? Kalau terjadi sesuatu pada Pak Lagos di sini, Keluarga Hans nggak akan ampuni kita!"Janet mendongak dan melihat pria berusia sekitar lima puluh tahun itu terbaring di lantai dengan wajah pucat.Janet melihat jam. Butuh waktu lima belas menit berkendara dari tempat itu ke rumah sakit kota dan saat itu macet.Kalau menunggu ambulans datang, mungkin akan terlambat.Tak ada pengurus hotel yang datang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Melihat kondisi pria tersebut semakin parah, Janet yang mempelajari medis sejak kecil pun merasa khawatir.Janet mengerutkan kening dan melangkah maju, "Biar kulihat."Mata sekelompok orang itu langsung tertuju pada Janet."Bisakah kamu rawat? Nggak ada yang nggak tahu Keluarga Colia adalah keluarga medis, tapi hanya kamu yang nggak mempelajari keterampilan medis apa pun!"Tidak tahu siapa yang berbicara,