Itu tidak lain adalah Janet!Quinn terjatuh ke lantai, Alvin segera melangkah maju untuk memapahnya.Janet berlutut, dia segera melepaskan ikatan dasi Pak Lagos dengan jari-jarinya yang ramping dan indah lalu membuangnya ke samping.Quinn menggelengkan kepalanya ke arah Alvin. Dia memandang Janet sambil mengerutkan kening dan bertanya, "Janet, apa yang kamu lakukan? Apa kamu bisa obati?"Orang-orang di sekitar juga tercengang."Nona Quinn bahkan nggak bisa obati. Bagaimana dia sebagai pecundang bisa obati?""Terhadap orang sopan seperti Pak Lagos, dia ternyata membuka kancing baju Pak Lagos di tempat seperti ini. Apa sebenarnya yang dipikirkan Janet?"Mendengar semua orang mulai memarahi Janet, Quinn mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan lembut, "Jangan karena semua orang mengkritik kamu lalu kamu ingin pamer.""Janet, semua orang di Keluarga Colia memanjakanmu, tapi sekarang bukan waktunya kamu bermain-main di rumah, kalau dia meninggal ...." Quinn menjadi semakin cemas saat berbi
Pria itu kaget dan berkata dengan cepat, "Aku, aku hanya bercanda, apakah kamu menganggapnya serius?""Kuanggap serius, kenapa nggak? Aku adalah orang yang sangat serius sejak kecil." Janet mengambil gelas anggur di sampingnya dan menyesap anggur.Teringat Alvin yang melindungi Quinn, menggendong Quinn dan segala hal yang Alvin lakukan pada Quinn, dia merasa marah dan kesal.Apakah dia memang lebih buruk dari Quinn? Apa kekurangan dia?Kenapa Alvin selalu menganggapnya sebagai duri?"Janet, kenapa kamu begitu picik? Pantas saja Alvin nggak menyukaimu!"Janet mendongak, menyebut Alvin seolah menyentuh luka dia.Bagaimana mungkin mereka berani mengkritik dia picik?Kalau saja dia tidak bisa menyelamatkan Pak Lagos tadi, ucapan mereka akan berbeda!Kalau dia memohon pada mereka untuk melepaskan dia, apakah mereka bersedia?Tidak akan, mereka hanya akan menginjak-injak martabatnya dengan lebih gila lagi dan mendorongnya ke dalam jurang!Kalau begitu, kenapa bilang dia picik?Janet membanti
Jantung Janet tiba-tiba berdetak kencang dan pupil matanya menyusut tajam. Dia tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Alvin.Bukankah dia tidak pernah mengakui pernikahan mereka?Alvin melihat keterkejutan di mata Janet dan merasa kesal.Kenapa Janet begitu terkejut ketika dia mengatakan dia adalah suami Janet?Yohanes menunjuk mereka berdua dengan raut wajah bertanya-tanya, "Kalian adalah suami istri?"Janet langsung menatap Yohanes, dia menyesal sudah menipu Yohanes.Yohanes memandang mereka berdua, matanya yang besar dipenuhi keanehan dan kekecewaan. Dia merasa sedang dipermainkan oleh kedua orang itu dan tidak mendapatkan rasa hormat yang pantas.Tapi, untuk Janet, dia punya motif egois."Janet, aku sangat mengagumimu. Aku nggak akan bertanya tentang urusanmu. Kalau kamu membutuhkan bantuanku, aku bersedia."Dia sangat tulus.Ketulusan inilah yang membuat Janet semakin merasa bersalah.Selain keluarganya, sepertinya dia sudah lama tidak diperhatikan seperti ini oleh siapa pu
Alvin sangat terkejut dengan jawaban Janet.Dia memiliki hubungan terbaik dengan neneknya, neneknya menyayanginya seolah-olah dia adalah cucu kandungnya.Setiap kali Alvin melakukan kesalahan kecil, Nenek akan langsung membela dia. Nenek bahkan pergi ke perusahaan beberapa kali untuk memarahinya dengan sengit!Dia bilang dia tidak akan pergi ke pesta ulang tahun Nenek? Tentu saja Alvin tidak percaya."Janet, kejadian mendorong Quinn ke kolam renang sudah berakhir." Dia sedikit mengernyit, tapi nadanya masih bisa diterima."Apa maksudmu dengan sudah berakhir? Sudah berakhir, bukankah itu berarti memang akulah yang dorong dia?" Janet segera membalas.Alvin tidak ingin terlalu memikirkan masalah ini. Matanya penuh kekesalan, "Bisa tolong jangan membuat masalah?"Janet menatapnya dengan kecewa.Alvin masih berpikir bahwa dia sedang merajuk.Janet menundukkan kepalanya, tersenyum tak berdaya dan berkata dengan nada mencela diri sendiri, "Selama bertahun-tahun aku menikah denganmu, selain na
Di vila, Janet datang untuk mengambil cincin itu.Dia memasukkan kata sandi dan menunggu pintu terbuka, tapi dia mendengar suara mekanis, kata sandinya salah.Janet mendongak dan melirik ke pintu unit untuk memastikan bahwa itu adalah vila Alvin.Dia memasukkan kata sandi lagi, tapi tetap saja salah.Apakah kata sandi telah diubah?Saat ketiga kalinya kata sandi dinyatakan salah, sidik jari tidak bisa digunakan dan kunci elektronik mengirimkan alarm, Janet mengkonfirmasi tebakannya, kata sandi sudah diubah.Alvin memang Alvin, dia beraksi cepat.Betapa bencinya Alvin pada dia, betapa Alvin tidak ingin dia muncul di sini lagi?Dia baru pergi selama dua hari dan Alvin sudah mengganti kata sandinya.Janet mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon Alvin.Pintu tiba-tiba terbuka dan suara familier terdengar dari dalam, "Janet?"Janet berbalik dan melihat Quinn yang mengenakan kemeja putih pria. Saat melihat ke bawah, kaki bagian bawahnya telanjang, mulus dan ramping.Pipi Quinn saat ini m
Janet menyaksikan Alvin meraih pergelangan tangan Quinn dan meninggalkannya.Perasaan terjatuh dan tidak berbobot sangat jelas, hati dia langsung dipenuhi keputusasaan.Alvin tidak pernah memilih dia, biar hanya satu kali pun, biarpun dia juga berada dalam bahaya."Janet!" Quinn berseru dengan berpura-pura baik.Janet berhenti di sudut tangga, dia merasa tercekik oleh rasa sakit di tubuh dan jantungnya.Dia perlahan mengangkat kepalanya, dia melihat Alvin dan Quinn memandangnya dari atas.Rasa malu, putus asa dan penderitaan tidak cukup untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini.Tangganya tidak tinggi, dia tidak akan jatuh hingga mati. Tapi, itu menghancurkan seluruh ketegaran dia.Alvin menatap Janet, matanya penuh rasa jijik dan tidak bisa menahan untuk tidak memaki, "Kamu dorong Quinn ke kolam renang beberapa hari yang lalu, kesehatannya belum pulih sepenuhnya. Kamu memukulnya lagi hari ini dan mencoba untuk mendorongnya jatuh dari tangga. Janet, kamu sangat kejam!"Mata Janet be
Gedung Grup Gunner.Begitu Alvin tiba di kantor, Yison menyapanya, "Pak Alvin, Nona Quinn nggak enak badan, dia sudah diantar ke rumah sakit.""Video pengawasan vila yang kamu minta sudah dikirim ke email kamu."Alvin mengiakan, lalu menarik kursi dan duduk. Dia segera membuka kotak surat di komputernya.Saat melihat file video tersebut, entah kenapa, tangannya tiba-tiba berhenti.Suara gemetar Janet terdengar di telinganya."Alvin, sudah berapa kali, kamu hanya memvonisku tanpa menyelidikinya. Apakah kamu takut kekasihmu nggak perhatian seperti yang terlihat atau kamu takut salah menuduhku?"Tangan Alvin mencengkeram mouse dengan erat dan sesaat dia merasa bersalah saat melihat dokumen itu.Apakah dia salah menuduh Janet?Janet begitu jahat sehingga dia bisa melakukan kejahatan apa pun. Dia hanya berpura-pura menyedihkan saja!Memikirkan hal ini, Alvin membuka video tersebut.Dia memilih untuk mempercayai Quinn tanpa syarat.Tapi, setelah melihat videonya, ekspresinya perlahan berubah
Malam harinya, di Taman Sinsa.Restoran yang antik, tenang dan elegan.Janet datang terlambat, dia memegang kipas lipat dan mengenakan kebaya berkancing hijau. Dia mendorong pintu ruangan, orang-orang di dalamnya yang sedang minum teh dan mengobrol pun langsung berdiri.Cahaya menyinari tubuhnya dan kulitnya yang mulus sangat menarik. Kebaya dia memiliki belahan yang tinggi, sedangkan kakinya mulus dan ramping.Rambutnya disanggul dengan jepit rambut dan poni menutupi luka di dahinya.Semua orang langsung tercengang."Hei, bukankah ini Nona Janet?" Seorang pria berusia lima puluhan berbicara lebih dulu.Hengky Laskar, sahabat Tarman. Makan malam pribadi hari ini diselenggarakan oleh Hengky dan semua senior terkemuka di dunia bisnis hadir."Nona Janet apa? Ini putri kesayangan Tarman! Luar biasa!" Pria lain mengoreksinya.Janet memandangi ruangan yang penuh dengan orang dan tersenyum tak berdaya.Dia masuk dengan santai, menyapa semua orang satu per satu dan berkata, "Paman, tolong jang