Share

Bab 6

Aula menjadi kacau, orang-orang meletakkan gelas anggur mereka dan berkumpul untuk mencari tahu.

"Sudah panggil ambulans?"

"Kapan ambulans bisa datang? Kalau terjadi sesuatu pada Pak Lagos di sini, Keluarga Hans nggak akan ampuni kita!"

Janet mendongak dan melihat pria berusia sekitar lima puluh tahun itu terbaring di lantai dengan wajah pucat.

Janet melihat jam. Butuh waktu lima belas menit berkendara dari tempat itu ke rumah sakit kota dan saat itu macet.

Kalau menunggu ambulans datang, mungkin akan terlambat.

Tak ada pengurus hotel yang datang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Melihat kondisi pria tersebut semakin parah, Janet yang mempelajari medis sejak kecil pun merasa khawatir.

Janet mengerutkan kening dan melangkah maju, "Biar kulihat."

Mata sekelompok orang itu langsung tertuju pada Janet.

"Bisakah kamu rawat? Nggak ada yang nggak tahu Keluarga Colia adalah keluarga medis, tapi hanya kamu yang nggak mempelajari keterampilan medis apa pun!"

Tidak tahu siapa yang berbicara, kemudian sekelompok orang itu mulai berisik.

"Betul! Ini nyawa manusia. Kalau Pak Lagos dirawat dia, bukankah sama saja dengan mendorong Pak Lagos ke api?"

"Kalau terjadi sesuatu pada Pak Lagos, apakah kamu bisa bertanggung jawab? Ini bukan permainan anak-anak!"

"Kita nggak bisa membiarkan dia mengobati Pak Lagos, suruh dia keluar!"

Kerumunan itu ribut, seperti serangan yang direncanakan dan suara keraguan memenuhi telinga Janet.

Janet didorong menjauh tanpa sempat menyentuh pasien itu.

"Tapi, kita nggak bisa menunggu lagi!" Janet mengerutkan kening.

"Walaupun dia akan mati, juga nggak perlu wanita tak berguna sepertimu untuk menyelamatkan dia!"

Suara wanita itu tajam dan bahu Janet didorong.

Walaupun dia akan mati, juga tidak perlu Janet selamatkan.

Kata-kata ini menusuk hati Janet seperti pisau, menyebabkan dia langsung tenang.

Janet terhuyung mundur dua langkah dan kerumunan segera menghentikannya.

Dia melihat wajah-wajah bermusuhan itu, hatinya mati rasa.

Tak berguna?

Wanita cantik tanpa kemampuan?

Saat tumbuh dewasa, kapan keterampilan medisnya dipertanyakan orang?

Dia hanya tidak tampil di depan umum selama tiga tahun, kenapa reputasinya menjadi begitu buruk?

"Aku seorang dokter, aku saja!"

Suara ini sangat tegas dan menarik perhatian semua orang dalam sekejap.

Itu tidak lain adalah Quinn.

Kerumunan di sekitar langsung heboh, "Itu Nona Quinn! Pak Lagos bisa diselamatkan, dia ahli bedah jantung!"

"Sungguh luar biasa, Nona Quinn bersedia membantu di saat kritis! Persis seperti yang diberitakan di berita, dia adalah wanita cantik berhati baik!"

Quinn seperti dokter ajaib yang dikirim dari surga, seluruh tubuhnya dipenuhi aura dan sekelompok orang langsung menjunjungnya.

Sebagai perbandingan, tindakan Janet yang terburu-buru tidak ada gunanya. Sebaliknya, dia malah dicerca orang, semua orang berteriak dan mengutuknya.

Quinn berjongkok di samping Pak Lagos dan mengambil pil penyelamat jantung yang bekerja cepat di sakunya lalu memerintahkan, "Tolong bubar, jangan terlalu dekat."

"Apakah keluarga pasien ada di sini? Riwayat kesehatan apa lagi yang dimiliki pasien selain penyakit jantung?" Quinn bertanya pada berkeliling, tapi tidak ada yang menjawab.

"Asisten Pak Lagos baru saja pergi karena ada urusan, ponselnya nggak bisa dihubungi!"

Quinn tidak peduli lagi, dia memberikan pil penyelamat jantung itu kepada Pak Lagos dan melakukan resusitasi jantung.

Banyak orang terkenal yang datang ke jamuan makan hari ini. Acara seperti ini adalah kesempatan sempurna bagi Quinn untuk memamerkan kemampuannya.

Dia harus membuktikan kepada Keluarga Gunner bahwa dia tidak kalah dari Janet dan dia harus menikah dengan Alvin.

Waktu berlalu dan semua orang menjadi cemas.

Kening Alvin semakin berkerut, tidak tahu dia mengkhawatirkan Pak Lagos atau Quinn.

Saat semua orang menahan napas, seseorang berseru, "Dia bergerak! Dia bergerak!"

Pria itu menggerakkan jarinya beberapa kali dan perlahan membuka matanya, wajahnya masih pucat.

Quinn bertanya pelan, "Pak Lagos, bagaimana kondisimu? Apakah kamu merasa lebih nyaman?"

Pria itu mengerutkan kening dan menutupi dadanya dengan satu tangan.

Quinn segera berkata, "Ambulans akan segera tiba, kamu aman sekarang!"

Begitu dia selesai berbicara, terdengar tepuk tangan meriah di tempat tersebut, diikuti dengan pujian.

"Ambulans belum datang. Aku nggak berani membayangkannya kalau nggak ada Nona Quinn!"

"Nona Quinn benar-benar luar biasa, nggak seperti orang tertentu ...."

"Dia berasal dari keluarga medis, tapi masuk universitas lewat kenalan. Beraninya dia mengobati Pak Lagos dalam keadaan seperti ini, dia nggak tahu betapa payahnya dia!"

Pak Lagos menutup matanya dengan lemah dan menggerakkan mulutnya, dia tidak mampu berbicara.

Quinn berasumsi bahwa jantung dia belum sepenuhnya normal sehingga tidak memperhatikan.

Dia berdiri, menatap mata kagum semua orang, lalu menatap Alvin.

Mata Alvin lembut, itu merupakan pengakuan besar baginya.

Janet diam, dia tidak peduli dengan sanjungan mereka pada Quinn dan penghinaan mereka pada dirinya.

Di mana pun ada orang, di situ ada masalah. Keluarga Lark juga merupakan salah satu dari Empat Keluarga Besar, pasti ada orang yang ingin menjilat mereka.

Lagi pula, apa yang mereka katakan tentang masuk fakultas kedokteran melalui kenalan memang benar.

Tapi ....

Janet memandang Quinn, matanya semakin dingin.

Apakah orang yang masuk lewat kenalan itu benar-benar Janet?

Mata Quinn menatap Janet dengan sekilas, dia berkata dengan sedikit merasa bersalah, "Terima kasih atas pengakuan kalian terhadapku. Faktanya, Janet juga sangat hebat."

"Dia? Kalau aku seorang pasien, aku nggak akan mempercayakan diriku padanya!"

"Dengar itu pemikiran Nona Quinn, aku lebih menyukai Nona Quinn!"

"Nona Quinn, boleh minta informasi kontak kamu?"

Alvin yang terdiam pun tiba-tiba berbicara dengan nada dingin, "Jangan mencoba mengincar pacarku."

Orang-orang di sekitar saling memandang dan tersenyum, "Lihat itu, Pak Alvin melindunginya."

Quinn tersipu sejenak dan dengan malu-malu berkata, "Alvin ...."

Alvin mengacak-acak rambutnya dengan tatapan lembut.

Mata Janet berangsur-angsur meredup, lalu dia menunduk dan merasa sesak dadanya.

Dia tidak sedih dipertanyakan dan diserang oleh mereka.

Tapi, Alvin berulang kali mengakui Quinn sebagai wanita Alvin di hadapannya, itu lebih sengsara daripada membunuhnya.

Dia tidak berani membayangkan betapa mesranya mereka berdua di luar.

Quinn tersenyum tipis, biarpun biasanya dia menarik perhatian karena statusnya sebagai nona Keluarga Lark.

Tapi, hari ini perasaan saat dia menjadi pusat perhatian berkat kemampuan sendiri sangatlah berbeda.

Saat bersama Janet sebelumnya, Janet selalu mencuri perhatian. Dia selalu menjadi pajangan yang digunakan untuk memperindah Janet.

Waktunya benar-benar berbeda sekarang.

Quinn akan menyambut era kejayaannya!

Quinn memandang Janet, dengan sedikit kekejaman yang tak terlihat di matanya.

Dia akan merampas semuanya dari Janet!

Di bawah pujian silih berganti, Pak Lagos yang sudah membaik tiba-tiba mulai kejang.

"Ih! Sepertinya ada yang nggak beres dengan Pak Lagos! Nona Quinn, lihat dia!"

Mata semua orang kembali tertuju pada Pak Lagos. Bukan hanya ada yang salah dengan dia, dia bahkan tampak lebih buruk daripada saat pingsan tadi!

Quinn segera melangkah maju, napas Pak Lagos jelas terlihat sesak.

Eh ....

Quinn tiba-tiba merasa bingung. Apakah ini komplikasi jantung? Atau dia sedang mengalami masalah pernapasan?

"Apa yang kamu makan tadi?" Quinn bertanya pada Pak Lagos.

Pria itu menutupi lehernya dengan satu tangan, dengan ekspresi kesakitan di wajahnya.

Quinn tidak mengerti, jadi dia terus memeriksa, dia panik dan kehilangan ketenangan.

Manajer lobi berteriak, "Ada kecelakaan mobil di jembatan, ambulans nggak bisa lewat! Kita antar Pak Lagos ke rumah sakit!"

Janet mendongak dan melihat kondisi Pak Lagos, lalu melihat jam.

Dia menarik seorang pelayan yang lewat dan meminjam pena yang ada di dadanya.

"Nona Quinn, kamu bisa atau nggak?" Seseorang bertanya pada Quinn.

Quinn mendongak dan menemukan orang-orang di sekitarnya masih memandangnya dengan kagum.

Pada saat ini, biarpun tidak mampu, dia harus memaksakan diri.

"Biar aku periksa lagi." Dia jelas-jelas gugup dan kata-katanya bergetar.

Biarpun seorang ahli bedah jantung, dia mengakui bahwa beberapa tahun terakhir ini pikirannya tertuju pada Alvin, dia sama sekali tidak belajar dengan giat.

Quinn menduga Pak Lagos makan sesuatu dan tersedak.

Tapi, dia tidak berani bertindak dengan gegabah. Begitu sesuatu terjadi pada Pak Lagos di tangannya, masa depan dia akan hancur.

Dia tidak bisa mempertaruhkan reputasinya.

Tepat ketika suasana sedang mencekam, Quinn tiba-tiba ditabrak menjauh.

Suara wanita yang dingin terdengar, "Minggir!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sunarti Al Hidayah Palebon
lanjutkan dong keren ini penasaran bener... ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status