Malam harinya, di Taman Sinsa.Restoran yang antik, tenang dan elegan.Janet datang terlambat, dia memegang kipas lipat dan mengenakan kebaya berkancing hijau. Dia mendorong pintu ruangan, orang-orang di dalamnya yang sedang minum teh dan mengobrol pun langsung berdiri.Cahaya menyinari tubuhnya dan kulitnya yang mulus sangat menarik. Kebaya dia memiliki belahan yang tinggi, sedangkan kakinya mulus dan ramping.Rambutnya disanggul dengan jepit rambut dan poni menutupi luka di dahinya.Semua orang langsung tercengang."Hei, bukankah ini Nona Janet?" Seorang pria berusia lima puluhan berbicara lebih dulu.Hengky Laskar, sahabat Tarman. Makan malam pribadi hari ini diselenggarakan oleh Hengky dan semua senior terkemuka di dunia bisnis hadir."Nona Janet apa? Ini putri kesayangan Tarman! Luar biasa!" Pria lain mengoreksinya.Janet memandangi ruangan yang penuh dengan orang dan tersenyum tak berdaya.Dia masuk dengan santai, menyapa semua orang satu per satu dan berkata, "Paman, tolong jang
Pria itu tertawa terbahak-bahak dan menarik Janet ke dalam pelukannya, "Dua ratus miliar itu masalah sepele bagiku!"Janet menyipitkan mata, begitu sombong?"Numpang tanya, kamu dari keluarga mana? Kenapa aku belum pernah melihatmu sebelumnya?" Janet memandang orang di depannya sambil tersenyum.Pria itu mengangkat wajahnya dengan bangga, "Direktur Grup Chendro, Satha Chendro!"Janet tertawa terbahak-bahak.Satha?Bukankah dia generasi kedua Keluarga Chendro yang bodoh dan tidak punya bakat selain berfoya-foya? Salah satu hal yang paling terkenal tentang dia adalah ditipu pasangan kencan online yang menyamar sebagai wanita hingga 16 miliar di Internet!Dia memang orang bodoh yang kaya!"Kenapa kamu tertawa? Apa kamu meremehkanku?" Dia menatap Janet dan berkata dengan nada kesal, "Kalau kamu jadi pacarku, jangankan 200 miliar, aku akan berikan kamu gunung emas dan perak!"Janet mendecakkan lidahnya, kedengarannya cukup menggoda."Pak Satha, aku nggak tertarik pada kamu. Tolong lepaskan.
Janet tertegun sejenak, dia agak terkejut, Alvin benar-benar memeriksa kamera pengintai.Tapi, saat ini hal itu sudah tidak penting lagi.Janet membalut lukanya dan menutup peralatan medis, "Beres."Alvin mengerutkan kening saat melihat ekspresi tenangnya, dia merasa kesal."Janet, aku bilang aku sudah lihat kamera pengawasan." Dia mengatakannya lagi dengan tegas.Janet menatapnya dan tersenyum, "Aku dengar."Alvin mengerutkan kening, apakah dia hanya bilang dia dengar?Janet tidak membutuhkan permintaan maaf darinya atau yang lainnya?Melihat rasa malu dan keraguan Alvin, Janet berdiri dan mengembalikan peralatan medis ke tempatnya sambil berkata dengan tenang, "Aku dulu mencintaimu jadi aku peduli dengan pendapatmu tentang aku.""Sekarang ...." Dia berbalik, membuka kipas di tangannya dan berkata dengan lugas, "Nggak jadi masalah."Alvin menjilat bibirnya, secercah cahaya muncul di mata hitamnya dan dia tersenyum samar, "Kamu nggak mencintaiku sekarang?""Pak Alvin sangat pintar." Ja
Alvin keluar dari restoran. Di ujung lain telepon, orang itu berkata dengan hati-hati, "Pak Alvin, ada satu hal lagi ....""Katakan.""Nona Quinn baru saja bertanya padaku tentang rencana perjalananmu dan aku bilang kamu berada di Taman Sinsa sekarang. Dia mungkin ...." Sebelum Yison selesai berbicara, Alvin melihat Quinn menunggunya di pintu restoran.Alvin menutup panggilan teleponnya. Melihat sosok Quinn yang lemah, dia tidak bisa membayangkan bagaimana orang kurus dan mungil seperti itu berani melawan para penculik.Alvin teringat perkataan Jimmy."Kamu hanya bisa memilih satu antara Quinn dan Janet."Dia harus memilih Quinn.Quinn sangat baik, dia tidak bisa membiarkan Quinn berkorban lebih banyak di bawah tekanan.Alvin berjalan menuju Quinn, "Quinn."Quinn berbalik dan langsung tersenyum patuh seperti anak kecil, "Alvin."Alvin menunduk dan berkata dengan sangat lembut, "Kenapa kamu nggak istirahat di rumah sakit, untuk apa datang ke sini?""Alvin, aku benar-benar minta maaf ata
Di Biro Urusan Sipil.Janet menunggu Alvin sambil memegang KTP dan akta nikahnya.Dia teringat hari ketika dia pergi membuat akta nikah tiga tahun lalu, saat itu hujan turun deras di Kota Yune.Alvin awalnya bilang dia sibuk dan akan datang telat.Kemudian Alvin bilang hujannya terlalu deras, jadi sebaiknya dibatalkan, mereka akan urus nanti.Dia berdiri sendirian di depan pintu Biro Urusan Sipil, menyaksikan hujan lebat berhenti dan turun lagi. Saat Biro Urusan Sipil hendak ditutup, akhirnya Alvin datang.Janet menghela napas ketika dia melihat pasangan muda yang tertawa sambil berjalan di sekelilingnya.Kalau kamu benar-benar mencintai seseorang, biarpun hujan deras, kamu nggak akan menunda untuk bertemu dengannya. Apa lagi hari penting seperti membuat akta nikah.Alvin tidak mencintai dia dan tidak ingin menikah dengannya.Janet berjalan berputar-putar dengan bosan, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan.Dia mendongak, tapi tidak melihat Alvin.Janet mengeluarkan ponselnya dan meng
Janet menyesuaikan suasana hatinya, dia memapah Hani dan berkata dengan lembut, "Nenek, tentu saja nggak begitu. Jangan dengarkan omong kosong di luar."Janet tidak mau mengakui perceraian mereka di depan Nenek Hani.Begitu Nenek Hani mencegah mereka bercerai, Alvin tidak akan pernah bisa menikahi kekasihnya seumur hidup ini.Alvin sudah membenci dia, dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dibenci oleh Alvin."Lihat, aku berdandan begitu cantik hari ini, mana mungkin pergi bercerai?" Janet berputar-putar di tempat, gaun suspender membuatnya terlihat semakin kurus.Alvin merasa lega, tapi dia juga menjadi curiga pada Janet.Nenek Hani sedang sibuk dengan ulang tahunnya akhir-akhir ini, kenapa dia datang ke sini tiba-tiba?Bahkan kebetulan di hari perceraian dia dan Janet!Apakah Janet sengaja memberi tahu Nenek Hani? Apakah dia tidak ingin bercerai?Alvin mengerutkan kening dan berpikir keras."Aku nggak percaya. Bagaimana bisa ada rumor tanpa alasan? Kalian pasti sudah mengajukan g
Alvin mengerutkan kening dan menatapnya dengan tenang.Tampaknya dia menerima bahwa Janet adalah wanita yang licik dan tercela.Janet merasa marah dan getir di hatinya.Biarpun dia tak lagi peduli dengan kesannya bagi Alvin.Tapi, keraguan Alvin yang berulang-ulang tetap membuatnya merasa tidak bermartabat.Janet tersenyum tipis dan berkata dengan getir, "Karena aku begitu hina di matamu, kenapa nggak menunjukkannya saja kepada Nenek dan katakan kita sudah bercerai?""Kamu berani!" Alvin maju selangkah.Terlihat jelas dari tindakan Nenek Hani barusan, Nenek Hani sangat peduli dengan pernikahan mereka.Kalau saat ini mengatakan bahwa mereka ingin bercerai, bukankah itu akan membuat Nenek Hani jengkel?Sebelum pesta ulang tahun Nenek Hani, dia tidak boleh melakukan kesalahan apa pun!Janet tersenyum, "Apa yang aku takutkan? Alvin, tolong mengerti. Hani adalah nenekmu, bukan nenekku!"Alasan kenapa dia tidak memberi tahu Hani tentang perceraian itu hanya karena Hani sangat baik padanya da
Tarman tidak pernah berbicara keras padanya tapi sikapnya hari ini sangat keras.Sepertinya mereka sangat cemas karena dia gagal bercerai."Ayah, boleh nggak aku nggak pergi? Aku bersumpah, aku akan menceraikan Alvin." Janet bersikap baik.Tarman tidak menjawab berarti tidak bisa."Tapi, aku dan Alvin belum bercerai, apa dia nggak keberatan?" Janet merasa bersalah."Dia nggak keberatan!" jawab Tarman tegas.Janet tersenyum, pria itu tidak sebodoh Yohanes, 'kan.Mengetahui suaminya adalah Alvin, beraninya pria itu kencan buta dengannya?Gila."Janet, kamu kenal orang ini. Dia sangat mengagumimu. Kalian sangat cocok. Bisakah kamu dengarkan Ayah sekali saja?" celetuk Tarman.Mendengar ayahnya berkata, " Bisakah kamu dengarkan Ayah sekali saja?" Janet merasa dia begitu kekanak-kanakan.Apa bedanya dengan memohon pada Janet?Tapi, dia sebenarnya tidak ingin kencan buta."Ayah, aku tahu kalian melakukan ini demi kebaikanku, kalian ingin aku keluar dari kehidupan buruk ini secepatnya. Aku aka