Alvin keluar dari restoran. Di ujung lain telepon, orang itu berkata dengan hati-hati, "Pak Alvin, ada satu hal lagi ....""Katakan.""Nona Quinn baru saja bertanya padaku tentang rencana perjalananmu dan aku bilang kamu berada di Taman Sinsa sekarang. Dia mungkin ...." Sebelum Yison selesai berbicara, Alvin melihat Quinn menunggunya di pintu restoran.Alvin menutup panggilan teleponnya. Melihat sosok Quinn yang lemah, dia tidak bisa membayangkan bagaimana orang kurus dan mungil seperti itu berani melawan para penculik.Alvin teringat perkataan Jimmy."Kamu hanya bisa memilih satu antara Quinn dan Janet."Dia harus memilih Quinn.Quinn sangat baik, dia tidak bisa membiarkan Quinn berkorban lebih banyak di bawah tekanan.Alvin berjalan menuju Quinn, "Quinn."Quinn berbalik dan langsung tersenyum patuh seperti anak kecil, "Alvin."Alvin menunduk dan berkata dengan sangat lembut, "Kenapa kamu nggak istirahat di rumah sakit, untuk apa datang ke sini?""Alvin, aku benar-benar minta maaf ata
Di Biro Urusan Sipil.Janet menunggu Alvin sambil memegang KTP dan akta nikahnya.Dia teringat hari ketika dia pergi membuat akta nikah tiga tahun lalu, saat itu hujan turun deras di Kota Yune.Alvin awalnya bilang dia sibuk dan akan datang telat.Kemudian Alvin bilang hujannya terlalu deras, jadi sebaiknya dibatalkan, mereka akan urus nanti.Dia berdiri sendirian di depan pintu Biro Urusan Sipil, menyaksikan hujan lebat berhenti dan turun lagi. Saat Biro Urusan Sipil hendak ditutup, akhirnya Alvin datang.Janet menghela napas ketika dia melihat pasangan muda yang tertawa sambil berjalan di sekelilingnya.Kalau kamu benar-benar mencintai seseorang, biarpun hujan deras, kamu nggak akan menunda untuk bertemu dengannya. Apa lagi hari penting seperti membuat akta nikah.Alvin tidak mencintai dia dan tidak ingin menikah dengannya.Janet berjalan berputar-putar dengan bosan, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan.Dia mendongak, tapi tidak melihat Alvin.Janet mengeluarkan ponselnya dan meng
Janet menyesuaikan suasana hatinya, dia memapah Hani dan berkata dengan lembut, "Nenek, tentu saja nggak begitu. Jangan dengarkan omong kosong di luar."Janet tidak mau mengakui perceraian mereka di depan Nenek Hani.Begitu Nenek Hani mencegah mereka bercerai, Alvin tidak akan pernah bisa menikahi kekasihnya seumur hidup ini.Alvin sudah membenci dia, dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dibenci oleh Alvin."Lihat, aku berdandan begitu cantik hari ini, mana mungkin pergi bercerai?" Janet berputar-putar di tempat, gaun suspender membuatnya terlihat semakin kurus.Alvin merasa lega, tapi dia juga menjadi curiga pada Janet.Nenek Hani sedang sibuk dengan ulang tahunnya akhir-akhir ini, kenapa dia datang ke sini tiba-tiba?Bahkan kebetulan di hari perceraian dia dan Janet!Apakah Janet sengaja memberi tahu Nenek Hani? Apakah dia tidak ingin bercerai?Alvin mengerutkan kening dan berpikir keras."Aku nggak percaya. Bagaimana bisa ada rumor tanpa alasan? Kalian pasti sudah mengajukan g
Alvin mengerutkan kening dan menatapnya dengan tenang.Tampaknya dia menerima bahwa Janet adalah wanita yang licik dan tercela.Janet merasa marah dan getir di hatinya.Biarpun dia tak lagi peduli dengan kesannya bagi Alvin.Tapi, keraguan Alvin yang berulang-ulang tetap membuatnya merasa tidak bermartabat.Janet tersenyum tipis dan berkata dengan getir, "Karena aku begitu hina di matamu, kenapa nggak menunjukkannya saja kepada Nenek dan katakan kita sudah bercerai?""Kamu berani!" Alvin maju selangkah.Terlihat jelas dari tindakan Nenek Hani barusan, Nenek Hani sangat peduli dengan pernikahan mereka.Kalau saat ini mengatakan bahwa mereka ingin bercerai, bukankah itu akan membuat Nenek Hani jengkel?Sebelum pesta ulang tahun Nenek Hani, dia tidak boleh melakukan kesalahan apa pun!Janet tersenyum, "Apa yang aku takutkan? Alvin, tolong mengerti. Hani adalah nenekmu, bukan nenekku!"Alasan kenapa dia tidak memberi tahu Hani tentang perceraian itu hanya karena Hani sangat baik padanya da
Tarman tidak pernah berbicara keras padanya tapi sikapnya hari ini sangat keras.Sepertinya mereka sangat cemas karena dia gagal bercerai."Ayah, boleh nggak aku nggak pergi? Aku bersumpah, aku akan menceraikan Alvin." Janet bersikap baik.Tarman tidak menjawab berarti tidak bisa."Tapi, aku dan Alvin belum bercerai, apa dia nggak keberatan?" Janet merasa bersalah."Dia nggak keberatan!" jawab Tarman tegas.Janet tersenyum, pria itu tidak sebodoh Yohanes, 'kan.Mengetahui suaminya adalah Alvin, beraninya pria itu kencan buta dengannya?Gila."Janet, kamu kenal orang ini. Dia sangat mengagumimu. Kalian sangat cocok. Bisakah kamu dengarkan Ayah sekali saja?" celetuk Tarman.Mendengar ayahnya berkata, " Bisakah kamu dengarkan Ayah sekali saja?" Janet merasa dia begitu kekanak-kanakan.Apa bedanya dengan memohon pada Janet?Tapi, dia sebenarnya tidak ingin kencan buta."Ayah, aku tahu kalian melakukan ini demi kebaikanku, kalian ingin aku keluar dari kehidupan buruk ini secepatnya. Aku aka
Keesokan malam.Di Restoran Ungu, Janet datang ke tempat kencan buta sesuai jadwal.Janet berdiri di depan jendela dengan tangan terlipat sambil memandangi pemandangan. Dia mengenakan rok bertali tunggal berwarna putih hari ini, terlihat sangat seksi."Nona Janet?" Suara seorang pria terdengar dari belakang.Suara ini terdengar cukup familier.Janet berbalik, matanya dipenuhi keterkejutan setelah melihat pria itu."Pak Simon?"Teman kencan butanya ternyata Simon?Pantas saja ayahnya sangat gembira setelah mendengar bahwa dia menyelamatkan Pak Lagos malam itu.Pria itu memandangnya dan tersenyum lembut, alisnya terangkat dan dia memiliki sikap yang lembut, bermartabat dan anggun."Ya, aku."Dia menarik kursi Janet dengan sangat anggun dan memberi isyarat agar Janet duduk.Mata Janet terus tertuju padanya, Janet sangat terkejut."Apa kamu terkejut?" Simon agak malu saat terus ditatap.Dia lebih tua dari Janet dan Janet termasuk muda baginya.Hari ini setelah melihat dari dekat, dia menem
Janet mendengarnya dan menatap wajah murung Alvin, dia tiba-tiba merasa geli.Dia tersenyum dan tiba-tiba berjalan menuju Simon lalu merangkul lengan Simon.Janet mendongak dan menatap Simon sambil tersenyum. Mata bulat dia berbinar-binar, menggoda seperti peri kecil. Dia bertanya, "Pak Simon, karena Nona Lark bilang kita adalah pasangan yang cocok, bukankah kita harus mencoba berkencan?"Simon menyipitkan matanya sambil menatap Alvin dan Quinn.Wajah Alvin sangat muram.Simon sepertinya mengerti maksud Janet.Kalau begitu dia akan bermain sandiwara dengan Janet.Simon mengulurkan tangan dan merangkul pinggang ramping Janet lalu menarik Janet ke dalam pelukannya. Suara dia terdengar seperti cello, "Berarti Nona Janet menerima cintaku?"Janet mengangguk dan memainkan dasi Simon dengan ujung jarinya, terlihat ambigu dan genit.Simon terkekeh, dia sengaja menempelkan telinganya ke telinga Janet dan berkata, "Ini suatu kehormatan."Simon mendongak dan menatap Alvin.Wajah Alvin sangat mura
"Ini kunjungan pertama Keluarga Hans. Janet, kenapa kamu memakai ini?!""Wati, buahnya terlalu sedikit, tolong siapkan lebih banyak!""Janet, ayolah. Celana jins kurang bagus, ganti gaun saja!"Saat Gania sibuk, kaos putih dan jeans yang dikenakan Janet juga menjadi masalah."Pergilah, dengarkan ibumu." Tarman mendorong Janet dan memberi isyarat agar dia mengganti pakaiannya.Pakaian ini sama sekali tidak cocok untuk acara ini.Janet berdiri di depan cermin, memandang dirinya di cermin dan mengerutkan bibir.Apakah tidak bagus?Betapa cantiknya dia, dia dikaruniai tubuh model, yang terlihat cantik dalam pakaian apa pun!Ketika Janet hendak naik ke atas untuk berganti pakaian, dia mendengar seseorang di luar pintu, "Nyonya, Keluarga Hans datang!"Lengan Janet dicengkeram oleh Gania, "Jangan tukar, orangnya sudah datang."Janet ditarik kembali oleh Gania.Janet, "...."Kenapa dia merasa orang tuanya sangat gugup?Ini bukan cara mereka menjamu tamu.Apakah kunjungan Keluarga Hans memiliki