"Nggak, nggak, nggak, aku harus traktir kalian malam ini!""Kalau begitu ... toh kita punya waktu, bagaimana kalau bermain golf?" Tarman tiba-tiba menyarankan.Lagos segera mengangguk, "Oke!""Apakah Janet bisa bermain golf?" Lagos bertanya pada Janet.Janet menggelengkan kepalanya. Dia menguasai banyak hal, tapi dia tidak bisa bermain golf.Hal itu memerlukan kesabaran.Dia tidak pernah sabar, kecuali saat mengejar Alvin.Lagos sangat senang ketika mendengar bahwa Janet tidak bisa bermain golf. "Kebetulan Simon paling jago main golf! Biarkan dia mengajarimu!"Simon mengangguk ke arah Janet, "Kalau kamu bersedia."Melihat betapa bahagianya Tarman, Janet tak mau membuat dia kecewa sehingga Janet pun mengiakan.Lapangan golf terbesar di Kota Yune berada di pinggiran kota.Simon mengantar mereka ke sana bersama-sama.Dalam perjalanan, Tarman mengenang masa lalu dengan Lagos, keduanya asyik mengobrol.Janet duduk di kursi penumpang depan, dia makan sesekali dan mengobrol dengan Simon.Di l
Alvin mengenakan setelan abu-abu dan terlihat sangat energik.Saat dia melihat Janet, alisnya langsung berkerut. Dia melirik ke arah Simon kemudian melihat Simon sedang berdiri di belakang Janet sambil memegang tangan Janet, wajahnya sangat suram.Quinn menarik napas, dia tidak menyangka akan bertemu Janet dan Simon di sini lagi.Dia hanya ingin berduaan dengan Alvin!Simon melepaskan tangan Janet, mundur dua langkah dan berdiri di samping Janet."Kebetulan sekali." Alvin berbicara lebih dulu, dengan sedikit nada sarkasme.Janet menatapnya dan menanggapi sindirannya, "Ya, kebetulan sekali, Pak Alvin."Alvin meliriknya, panggilan "Pak Alvin" langsung membuatnya marah.Janet memandang Simon dan tersenyum, "Simon, ayo lanjutkan."Alvin menyipitkan matanya, Simon?Mereka baru saja kencan buta kemarin, kenapa begitu mesra hari ini?"Oke." Simon tersenyum lembut, "Ayo kita lomba nanti.""Kamu tahu aku nggak bisa mengalahkanmu." Janet tidak puas.Bibir Simon melengkung dan sedikit kenakalan m
Suasananya tegang jadi Quinn buru-buru berkata, "Alvin, kenapa kamu dan Janet bertengkar begitu bertemu?"Alvin membuang muka, ekspresinya muram.Quinn tersenyum kaku dan melanjutkan, "Semua orang mengatakan bahwa sehari menjadi suami istri, selamanya akan menyayangi. Biarpun kamu nggak punya perasaan pada Janet, bagaimanapun juga Janet adalah seorang wanita ... apa kamu nggak bisa mengalah padanya?"Janet tidak mau mendengar ucapan Quinn.Tidak masalah dia mencoba membujuk Alvin, kenapa harus menyindir Janet.Apa maksudnya "biarpun kamu nggak punya perasaan pada Janet"? Apa dia tidak tahu kalau Alvin tidak punya perasaan padanya? Apakah Quinn perlu menekankan poin penting ini?Quinn sangat menjengkelkan."Karena kita bertemu di sini, berarti berjodoh. Janet, kenapa kita nggak lomba saja? Bagi yang kalah, bagaimana kalau melakukan petualangan besar?" Quinn mendatangi Janet dengan ramah.Janet tersenyum, Quinn berpura-pura menjadi pembawa perdamaian lagi.Quinn tahu jelas bahwa Janet ma
"Quinn, bukankah taruhanmu terlalu besar?!" Simon langsung bertanya padanya.Quinn mendongak, besarkah ini?"Petualangan besar? Petualangan besar apa kalau nggak mengasyikkan?" Quinn menggoyangkan pergelangan tangannya dan memandang Simon sambil tersenyum, dia terlihat polos dan tidak berbahaya.Simon mengerutkan kening dan perlahan mengepalkan tangan kanannya.Dia jarang berinteraksi dengan Quinn, dia akhirnya mengenal Quinn hari ini. Nona Keluarga Lark ini sungguh tidak masuk akal!"Oke." Janet melangkah maju dan berdiri berdampingan dengan Quinn."Janet, kamu nggak harus menerima tantangan." Simon mengingatkan Janet.Janet bukanlah orang yang penakut.Dia bilang ingin lomba maka dia akan lomba."Itu hanya ciuman, apa yang perlu ditakutkan? Toh aku sudah pernah mencium seseorang." Janet mengangkat alis, sepertinya ada arti berbeda dalam kata-katanya.Mata Alvin menyipit dan sangat dingin. Apa maksudnya?"Janet." Alvin tiba-tiba memanggilnya.Janet mendongak, matanya yang bulat terlih
Masih tidak masuk."Tenang, jangan terburu-buru," Simon mengingatkan Janet.Janet mengangguk dan tersenyum pada Simon.Senyuman ini membuat hati Alvin seakan tergelitik oleh sesuatu.Tapi, tak lama kemudian, Alvin kembali tenang.Sejak kapan dia benar-benar peduli pada Janet ....Saat ini, bukankah fokusnya seharusnya tertuju pada Quinn?Quinn mencetak bola dengan cepat dan setiap gerakannya tegas dan gesit. Terlihat jelas dengan mata telanjang bahwa dia adalah pemain golf yang aktif.Alvin memaksakan pikirannya untuk tertuju pada Quinn dan memuji Quinn, "Quinn luar biasa."Quinn memberikan ciuman jarak jauh pada Alvin dan tersenyum dengan sangat manis, "Aku mencintaimu, Kak Alvin!"Janet sedang berkonsentrasi, tapi kata-kata Quinn tetap terdengar di telinganya.Itu membuatnya muak.Hingga perlombaan berakhir, Janet hanya mencetak dua gol.Quinn melemparkan tongkat ke samping, lalu meneguk air dan berkata dengan arogan seperti seorang ratu kecil, "Kamu kalah.""Aku menerima kekalahan."
"Bagaimanapun juga, kamu masih nyonya muda Keluarga Gunner. Kamu nggak tahu malu, tapi aku masih peduli dengan gengsi!" Dia mengerutkan kening dan mengatakan ini dengan gigi terkatup.Apa lagi kalau sampai ketahuan neneknya, bukankah mereka tidak bisa menyembunyikan perceraian mereka?Oleh karena itu, Alvin tidak akan pernah membiarkan lelucon seperti ini terjadi di depan dia!Selama mereka tidak mengurus akta cerai sehari, Janet harus menjaga sikap!"Pak Alvin saja bermesraan dengan tunangannya di luar tanpa rasa malu, tapi giliran aku mencium seorang pria, itu malah memalukan?" Janet bertanya pada Alvin dengan sengit.Tenggorokan Alvin tercekat, dia menatap Janet dengan mata suram dan kekuatan di tangannya berangsur-angsur meningkat.Dia merendahkan suaranya dan mengingatkan Janet, "Janet, aku sedang membantumu. Jangan nggak tahu bersyukur!"Apakah dia benar-benar ingin mencium pria itu?Melihat kemarahan Alvin, Janet tersenyum menggoda."Apa kamu sedang membantuku atau kamu panik?"
Untuk sesaat, dia sepertinya ingin menjelaskan sesuatu.Di luar pintu, Simon bertanya, "Janet, sudah ketemu ponselnya?"Jari-jari Alvin dikait dan dia menunduk. Quinn sedang menatapnya dengan kebingungan tertulis di matanya.Apa yang Alvin lakukan?Alvin melepaskan pelukannya saat melihat Janet masuk?"Sudah ketemu, ayo pergi." Janet tersenyum dan mengikuti langkah Simon.Quinn tahu Alvin tidak fokus.Dia juga tidak mau bermain lagi."Ayo pergi." Quinn berdiri dan berjalan keluar, ketidakpuasan terlihat di wajahnya.Alvin mengetahui suasana hati Quinn dan mengikutinya, "Quinn."Quinn mendorongnya menjauh dengan marah, dengan kekesalan di matanya.Kemesraan mereka menjadi kacau begitu saja.Sejak bertemu Janet, mata Alvin tertuju pada Janet. Saat Janet masuk, Alvin melepaskan pelukannya.Beberapa tindakan yang tidak disengaja seringkali datang dari hati.Biarpun Quinn menyukai Alvin, dia rela terus mengalah. Tapi, dia bukan tiada emosi!Melihat Quinn tidak peduli padanya, Alvin berkata
Saat mengetahui Alvin tak tahu, Jimmy langsung mengeluarkan ponselnya.Dia melihatnya lebih awal dan mengambil tangkapan layar.Jadi dia membacakannya untuk Alvin, "Simon dan ayahnya mengunjungi Keluarga Colia, dicurigai Alvin dan Janet sudah lama bercerai!"Alvin mengerutkan kening dan matanya tertuju pada wajah Jimmy.Jimmy terbatuk dan melanjutkan membicarakan judul berita selanjutnya, "Simon dan Lagos mengunjungi Keluarga Colia, pernikahan Simon dan Janet akan segera tiba!"Saat menyinggung hal tersebut, Jimmy merasa sedikit bersalah.Media terlalu berani dalam menulis berita. Foto nyata hanya satu dan sisanya hanya karangan? Apakah tidak akan jadi masalah dengan berita bahwa pernikahan akan segera tiba?Dia menatap Alvin sekilas. Lampu di dalam ruangan itu redup dan aura Alvin sangat dingin sehingga tidak ada yang berani melirik dia.Setelah mendengar dua berita tersebut, tekanan udara sepertinya menjadi lebih rendah."Yang ketiga, ahem ...." Jimmy menyentuh ujung hidungnya dan me