Untuk sesaat, dia sepertinya ingin menjelaskan sesuatu.Di luar pintu, Simon bertanya, "Janet, sudah ketemu ponselnya?"Jari-jari Alvin dikait dan dia menunduk. Quinn sedang menatapnya dengan kebingungan tertulis di matanya.Apa yang Alvin lakukan?Alvin melepaskan pelukannya saat melihat Janet masuk?"Sudah ketemu, ayo pergi." Janet tersenyum dan mengikuti langkah Simon.Quinn tahu Alvin tidak fokus.Dia juga tidak mau bermain lagi."Ayo pergi." Quinn berdiri dan berjalan keluar, ketidakpuasan terlihat di wajahnya.Alvin mengetahui suasana hati Quinn dan mengikutinya, "Quinn."Quinn mendorongnya menjauh dengan marah, dengan kekesalan di matanya.Kemesraan mereka menjadi kacau begitu saja.Sejak bertemu Janet, mata Alvin tertuju pada Janet. Saat Janet masuk, Alvin melepaskan pelukannya.Beberapa tindakan yang tidak disengaja seringkali datang dari hati.Biarpun Quinn menyukai Alvin, dia rela terus mengalah. Tapi, dia bukan tiada emosi!Melihat Quinn tidak peduli padanya, Alvin berkata
Saat mengetahui Alvin tak tahu, Jimmy langsung mengeluarkan ponselnya.Dia melihatnya lebih awal dan mengambil tangkapan layar.Jadi dia membacakannya untuk Alvin, "Simon dan ayahnya mengunjungi Keluarga Colia, dicurigai Alvin dan Janet sudah lama bercerai!"Alvin mengerutkan kening dan matanya tertuju pada wajah Jimmy.Jimmy terbatuk dan melanjutkan membicarakan judul berita selanjutnya, "Simon dan Lagos mengunjungi Keluarga Colia, pernikahan Simon dan Janet akan segera tiba!"Saat menyinggung hal tersebut, Jimmy merasa sedikit bersalah.Media terlalu berani dalam menulis berita. Foto nyata hanya satu dan sisanya hanya karangan? Apakah tidak akan jadi masalah dengan berita bahwa pernikahan akan segera tiba?Dia menatap Alvin sekilas. Lampu di dalam ruangan itu redup dan aura Alvin sangat dingin sehingga tidak ada yang berani melirik dia.Setelah mendengar dua berita tersebut, tekanan udara sepertinya menjadi lebih rendah."Yang ketiga, ahem ...." Jimmy menyentuh ujung hidungnya dan me
Tapi, saat mereka bertemu lagi, dia akan tetap bertingkah seperti biasa sambil tersenyum dan memanggil, "Alvin."Ketika dia memikirkan hal ini, jantungnya bergetar tanpa alasan, seolah-olah ada banyak semut yang merayap, membuatnya gelisah."Aku nggak tahu apakah Nona Janet akan mengundang aku kalau dia dan Simon bertunangan." Jimmy meraba-raba dagunya, sepertinya dia minta dihajar."Saat kamu dan Janet menikah, aku bahkan nggak diundang ke pesta pernikahan! Janet sungguh menyedihkan. Nggak masalah kalau kamu nggak mengakui status dia, tapi kamu bahkan nggak mengadakan pesta pernikahan!"Hati Alvin sudah dalam keadaan kacau dan Jimmy mengobrol di sampingnya dengan bawel, itu membuatnya semakin galau.Alvin mengambil jasnya dan berdiri lalu berjalan keluar.Jimmy bereaksi dan buru-buru berteriak, "Alvin, kamu mau pergi ke mana?"Alvin tidak menjawab pertanyaannya.Alvin keluar dari bar, Yison sedang menangani berita Janet secara online."Pak Alvin, bagaimana caranya menangani berita ten
"Terima kasih banyak untuk hari ini. Untuk ketidaknyamanan yang terjadi, aku minta maaf, Pak Simon!"Di depan pintu Keluarga Colia, Janet sangat menyesal.Simon bersandar di mobil, dia mengangkat alisnya dengan ekspresi santai. "Yang penting kamu senang, yang lain nggak penting."Janet tersenyum lebar, "Terima kasih.""Sama-sama. Jangan biarkan orang yang nggak relevan memengaruhi suasana hatimu!" kata Simon.Janet mengangguk, "Ya. Sampai jumpa lagi."Simon mengiakan, lalu masuk ke dalam mobil dan pergi.Janet berdiri di depan pintu sampai mobil Simon menghilang, lalu dia mengayunkan lengan dan berencana masuk rumah.Jarang ada pria yang begitu sopan dan anggun.Sayangnya dia terlalu buruk dan tidak layak bagi Simon.Janet hendak masuk ketika sebuah suara familier tiba-tiba terdengar dari belakangnya, "Janet."Suaranya agak serak, tapi sepertinya dipenuhi kehangatan, membakar hati Janet hingga berlubang.Janet segera berbalik dan melihat Maybach hitam diparkir tak jauh dari situ. Alvin
Apa maksudnya ini, Alvin mendatanginya untuk berulah saat mabuk?Janet mengatupkan bibirnya pelan dan mendongak dengan mata redup dan berkata, "Ini urusan pribadiku. Aku berhak untuk nggak menjawab 'kan?"Janet hendak mendorongnya menjauh, tapi Alvin menekan lengannya ke dinding sehingga dia tidak bisa melepaskan diri."Alvin, kalau kamu melakukan ini lagi, aku akan panggil polisi!" Janet mengerutkan kening, nadanya sangat keras."Hmm, kamu panggil saja." Dia memandang Janet, ada sesuatu yang sepertinya perlahan-lahan membara di matanya.Belum lagi status mereka masih menikah, dia bahkan tidak melakukan apa pun pada Janet. Dia ingin melihat bagaimana polisi akan menanganinya!Janet menatap wajahnya dan merasa sangat sedih.Dia tahu bahwa Alvin tidak mencintainya.Alvin terus mendesaknya karena tidak bisa menerima bahwa mereka belum sepenuhnya bercerai, tapi dia berselingkuh dengan pria lain.Bagi Alvin, hal itu melanggar batas toleransi dia sebagai seorang laki-laki.Janet mendengus da
Saat Janet berbalik, Alvin terjatuh ke tanah.Dia menutupi perutnya dengan tangannya, wajahnya sangat pucat dan dia terlihat sangat tidak sehat.Jantung Janet bergetar kencang dan dia segera berjalan mendekat sambil berjongkok, kekhawatiran tertulis di wajahnya, "Alvin!"Tapi, ketika dia berpikir bahwa dia tidak ada hubungannya dengan Alvin sekarang, dia menarik kembali tangannya yang terulur.Yison ada di sini, Yison tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada Alvin.Janet menunduk, mengesampingkan kekhawatirannya, berdiri dan pergi. Yison segera berteriak, "Nyonya Muda!"Janet berkata dengan tenang, "Yison, dia pasti sakit perut karena minum terlalu banyak arak. Kirim dia ke rumah sakit dan beri tahu Quinn."Yison memandang Janet, dia agak terkejut ketika kata-kata itu diucapkan Janet.Dulu, kalau terjadi sesuatu pada Alvin, Janet selalu yang duluan berada di sisinya.Janet hendak pergi ketika jari-jarinya tiba-tiba tersangkut oleh ujung jari dingin pria itu, "Janet ...."Janet segera
Mobil berhenti di depan unit gawat darurat.Janet memapah Alvin ke ranjang dan ingin pergi, tapi pria itu terus memegangi jarinya dan tidak mau melepaskannya.Janet mengerutkan kening dan mencoba melepaskan jari-jarinya, tapi ternyata Alvin memegangnya erat-erat.Janet tidak punya pilihan selain menghela napas dan menemaninya."Dokter, bagaimana kondisi dia?" Janet bertanya pada dokter yang bertugas."Nggak ada apa-apa, cukup diinfus saja. Yang penting jangan sampai merangsang perut lagi akhir-akhir ini."Yison pergi untuk menebus obat.Janet memandang pria di ranjang dengan rasa jijik muncul di matanya.Dia mengangkat tangan dan menepuk lengan Alvin sambil bergumam dengan nada mengeluh, "Kamu nggak bisa menjaga diri sendiri ketika SMA, sekarang sudah berusia dua puluhan pun masih sama. Nggak bisa nggak membuat orang khawatir!"Tapi, saat melihat wajah Alvin yang pucat, Janet menghela napas, matanya penuh kekhawatiran.Janet bersandar di samping ranjang, dengan tangan terlipat di depan
Alvin membuka matanya, menelan ludah dan menghela napas berat, "Aku ....""Alvin ...."Suara Quinn tiba-tiba terdengar dari pintu bangsal.Janet secara refleks mendorong Alvin menjauh dan segera berdiri tegak lalu melihat ke arah pintu.Quinn menggigit bibir bawahnya, dia memegang kotak makan di tangan kanannya. Dia menatap Janet dengan tatapan permusuhan yang jelas di matanya.Janet mundur dua langkah dan berkata dengan tenang, "Quinn, jangan salah paham. Alvin menganggapku sebagai kamu.""Benarkah?" Quinn menatap Janet.Coba tebak, apakah dia percaya dengan kata-kata Janet?Quinn memandang Alvin di ranjang dan tersenyum, "Alvin, apakah aku datang pada waktu yang nggak tepat?""Jangan konyol, dia sakit perut. Kebetulan aku bertemu dengannya dan mengirimnya ke sini." Janet tidak ingin menimbulkan masalah bagi dirinya, jadi dia berbohong.Quinn memandang mereka berdua, dia merasa kesal.Janet bahkan berbohong padanya.Tidak ada yang memberitahunya, kenapa dia bisa datang ke sini? Apakah