Share

Bab 2

"Ayah benar, aku nggak akan pernah bisa menghangatkan hati Alvin. Aku tahu aku salah, aku mau pulang."

Suara serak Janet terdengar dari ruang tamu yang kosong.

Keluarga Colia adalah orang terkaya di kota tetangga dan merupakan keluarga medis.

Kakek Janet berbisnis dan nenek Janet adalah profesor bedah jantung yang terkenal. Keduanya adalah pasangan ideal.

Janet mempelajari kedokteran dengan neneknya sejak dia masih kecil. Neneknya mengatakan bahwa dia adalah seorang jenius dan ditakdirkan untuk berprestasi di bidang ini.

Kakek neneknya membuka jalan bagi masa depannya, ayahnya menyiapkan harta yang tak terhitung jumlahnya untuk dia wariskan dan ibunya mengatakan dia bisa menjadi gadis kecil selamanya.

Tapi, dia meninggalkan segalanya demi Alvin dan mengubah dirinya menjadi menyedihkan seperti ini.

Saat itu, dia merasa bahwa dia adalah seorang pejuang cinta yang pemberani, dengan penampilan yang heroik.

Sekarang ketika memikirkannya lagi, otak dia benar-benar bermasalah.

Janet menarik napas, lalu naik ke atas untuk mandi, berganti pakaian dan merias wajah tipis.

Dia membawa pergi semua barang yang ada kaitannya dengan dia.

Ada lukisan matahari terbenam yang tergantung di dinding belakang sofa ruang tamu, yang dia gambar bersama dengan Alvin.

Janet berdiri di depannya, menyentuhnya dengan lembut dengan ujung jari sembari mengenang saat dia menikah dengan bahagia.

Hasni mengatakan bahwa Alvin bersedia menikahinya, tapi tanpa pesta pernikahan.

Janet tidak keberatan, yang penting dia bisa menikah dengan Alvin, pesta pernikahan itu tidak penting.

Setelah mendengar ini, ayah Janet sangat marah dan mengatakan bahwa dia tidak tahu bagaimana menjaga keanggunan sebagai wanita. Kalau dia terburu-buru untuk menikah, cepat atau lambat dia akan terjatuh dengan parah.

Janet menahan kesedihannya dan menurunkan lukisan itu. Dia menghancurkannya dengan kasar dan membuangnya ke tempat sampah.

Kejatuhan ini hampir mencabut separuh hidupnya dan sekarang dia menyesal.

Mulai sekarang, yang dia inginkan hanyalah kelancaran.

Janet meletakkan perjanjian cerai yang diberikan Alvin padanya pada malam pernikahan di atas meja kopi.

"Alvin, ini sesuai keinginanmu. Kudoakan kamu bahagia."

Setelah menutup pintu vila, Janet berbalik dan melihat Pagani ungu tua milik dia yang diparkir di depan pintu.

Seorang pemuda keluar dari mobil. Dia tersenyum dan bercanda, "Nona Janet, apakah kamu akhirnya bersedia meninggalkan kuburanmu ini?"

"Cepat juga kamu datangnya." Janet berjalan mengitari bagian depan mobil dan duduk di kursi pengemudi.

Yacob adalah pengikut kecil Janet. Saat masih kecil, Yacob nakal dan hampir tenggelam di kolam renang. Janet-lah yang menyelamatkannya dan sejak itu dia selalu mengikuti Janet dan bersedia disuruh-suruh Janet tanpa penyesalan.

"Tentu saja, aku sudah menunggu hari ini selama tiga tahun!"

Janet merasa sedih setelah memasang sabuk pengamannya, dia bertanya, "Kalian semua beranggapan aku akan kalah dalam pernikahan ini?"

Yacob memandang Janet dengan hati-hati, keheningan mewakili jawabannya.

Mata Janet yang berbentuk almond pun sedikit meredup.

Alvin, seluruh dunia memberitahuku agar tidak mencintaimu, tapi aku tetap memaksakan cintaku padamu.

Memikirkan hal ini, Janet merasa sangat sakit di hatinya.

Dia memegang kemudi dengan satu tangan, memasukkan persneling dengan tangan lainnya, menginjak pedal gas dan mobil pun melaju dengan keras.

Pagani ungu tua itu melaju kencang di jalan, seolah melampiaskan amarahnya.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah salon tato. Janet turun dari mobil dan masuk, diikuti oleh Yacob.

"Rogi, buat tato ini." Janet menyerahkan iPad kepada pria di sebelahnya.

Itu adalah pola kupu-kupu yang unik, indah dan hidup.

"Mau ditato di mana?" tanya Rogi Niken pada Janet.

Janet melepas mantelnya, memperlihatkan gaun suspender hitam. Kulitnya seputih salju dan bentuk tubuhnya sangat bagus.

Di bahu kanan Janet, ada bekas luka yang dalam.

"Ini ...." Rogi terkejut.

Sebelum Janet menjawab, Yacob berkata lebih dulu, "Nona masih muda, sembrono dan cuek, ini gara-gara menyelamatkan seorang bajingan."

Rogi langsung mengerti, itu demi Alvin.

Janet menyukai Alvin saat itu dan itu benar-benar diketahui seluruh dunia, cintanya penuh semangat.

Kecuali Alvin, tidak ada seorang pun yang layak bagi dia untuk mempertaruhkan nyawanya.

Janet berbaring di tempat tidur dan berkata dengan tenang, "Nggak perlu menggunakan anestesi, langsung mulai saja."

Rogi membuka mulutnya dan ingin mengatakan itu akan menyakitkan, tapi dia tetap mendengarkan permintaan Janet.

Janet memang keras kepala dan keinginannya tidak bisa dihentikan oleh orang lain.

Kalau tidak, dia tidak akan jatuh separah itu karena Alvin.

"Luka ini sangat dalam."

"Aku nggak tahu kamu punya bekas luka di punggungmu. Kamu benar-benar berkorban terlalu banyak untuk orang itu. Apa imbalannya?" tanya Rogi dengan prihatin.

Janet memejamkan mata dan ingatannya kembali ke empat tahun lalu.

Alvin diculik dan para penculik menginginkan nyawanya. Janet mengikuti dia sendirian untuk menunda kejadian tersebut.

Setelah Janet ditemukan, para penculik pun menjadi mesum dan memintanya untuk menukarkan dirinya dengan Alvin, dia pun setuju.

Dia berkelahi dengan penculik dan ditusuk dari belakang. Penculik mengetahui bahwa dia adalah Nona Besar Keluarga Colia dan kalau dia kembali hidup-hidup, mereka tidak akan bisa hidup, jadi mereka berniat membunuhnya. Mereka mengikat dia, menggantungkan batu di tubuhnya dan melemparkannya ke laut!

Air laut menenggelamkannya, dia terus tersedak air, tubuhnya terjatuh dan perasaan tercekik muncul.

Sejak itu, dia tidak pernah berani berenang lagi.

Punggungnya terasa sakit sehingga Janet menggigit bibir bawahnya.

Menutupi bekas luka adalah menghapus bukti bahwa dia pernah mencintai Alvin.

Alasan tidak menggunakan anestesi adalah agar dia mengingat rasa sakitnya secara mendalam.

Mulai sekarang, dia hanya ingin hidup untuk diri sendiri.

....

Di rumah sakit.

Alvin sedang duduk di samping tempat tidur sambil mengupas apel, tiba-tiba dia mendengar suara lembut wanita di ranjang rumah sakit yang berkata, "Alvin, kenapa kita nggak putus saja ...."

Alvin mendongak untuk melihat dia dan berkata tanpa amarah, "Apa yang kamu bicarakan?"

"Janet sangat mencintaimu, aku nggak mau menyakiti Janet." Quinn mendengus, air mata pun mengalir di pipinya.

Alvin mengerutkan kening, kata-kata Janet bergema di telinganya. Alvin, kita bercerai saja.

Dia masih merasa tidak nyata ketika Janet ingin bercerai.

Mungkinkah dia ingin menggunakan metode kasar ini untuk membuktikan bahwa dia tidak mendorong Quinn ke kolam renang?

"Aku akan ajak dia untuk meminta maaf padamu nanti." Alvin memberikan Quinn sepotong apel yang sudah dikupas sambil berkata dengan nada datar.

Wajah Quinn dipenuhi kesedihan dan rasa kasihan. Dia menggigit bibir dan tidak menjawab.

"Kubilang aku akan bertanggung jawab padamu jadi aku pasti akan menikahimu." Alvin mengangkat tangan dan dengan lembut mengusap rambut Quinn, sebagai isyarat agar Quinn tidak terlalu banyak berpikir.

Mendengar suaranya, Quinn mengangguk patuh dan merasa puas di hatinya, tapi juga membenci Janet.

Sungguh tak tahu malu, Janet terus menguasai posisi sebagai istri Alvin!

Alvin merasa galau, jadi dia membuat alasan dan pergi, "Aku masih ada urusan di perusahaan, aku datang lagi nanti."

Quinn melihat punggung Alvin, keluhan di matanya perlahan menghilang.

Dia menundukkan kepalanya, giginya bergemertak penuh kebencian saat teringat Janet.

Janet, apa untungnya mempertahankan pria yang tidak mencintaimu?

Alvin keluar dari rumah sakit dan menerima panggilan telepon dari Jimmy Dame.

Salah satu dari Empat Keluarga Besar Kota Yune, Direktur Grup Dame. Mereka tumbuh bersama dan memiliki hubungan yang sangat baik.

Suara laki-laki itu terdengar malas dan sedikit bercanda, "Bagaimana kondisi pujaan hatimu?"

Alvin membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, lalu berbicara dengan nada tenang, "Quinn baik-baik saja."

"Itu sudah pasti, semua orang di rumah itu turun untuk menyelamatkannya, apa yang bisa terjadi padanya?" Jimmy bertanya lagi sambil tersenyum menggoda, "Bagaimana dengan istrimu?"

Alvin mendengus dingin dan menjawab dengan meniru nada suara Jimmy, "Apa yang bisa terjadi padanya?"

Jimmy langsung berkata dengan semangat, "Alvin, aku yang menyelamatkan istrimu. Tanpa aku hari ini, dia akan mati tenggelam di kolam renang!"

Mendengar itu, Alvin mengerutkan kening. Penampilan menyedihkan Janet terlintas di benaknya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengencangkan cengkeramannya pada kemudi.

Tapi, dia segera mendapatkan kembali ketenangannya, "Apakah kamu bercanda? Dia bahkan berani menyelam ke laut dalam. Bagaimana kolam renang bisa menenggelamkannya?"

"Berpura-pura? Nggak terlihat seperti itu. Kemampuan akting dia sangat bagus." Jimmy menghela napas dan berkata tanpa daya, "Janet benar-benar kejam dan bengis. Apa dia nggak tahu Quinn trauma dengan air karena menyelamatkan kamu dari penculikan? Dia benar-benar berani melakukannya."

Yang lain tidak tahu, tapi Jimmy tahu.

Alasan Alvin harus menikah dengan Quinn adalah karena Quinn menyelamatkannya saat dia diculik.

Quinn menyelamatkan nyawanya jadi dia harus melindungi Quinn selama sisa hidupnya.

Saat Alvin mendengar itu, dia merasa gelisah, seolah ada sesuatu yang perlahan hilang. Dia berkata dengan suara rendah, "Kalau nggak ada hal lain, kumatikan dulu."

"Apakah kamu akan pergi ke Bar SK malam ini?"

"Nggak."

Setelah mengatakan itu, Alvin menutup panggilan teleponnya.

Dia melihat lampu merah di depannya dan kata-kata Jimmy terngiang-ngiang di telinganya.

"Alvin, aku yang menyelamatkan istrimu. Tanpa aku hari ini, dia akan mati tenggelam di kolam renang!"

Alvin mengerutkan keningnya dan memikirkan perkataan Janet barusan.

"Alvin, aku juga takut air."

Alvin mengerucutkan bibir dan merasakan keraguan di hatinya. Kenapa Janet takut air?

Alvin menginjak pedal gas dan tanpa sadar mobil melaju menuju vila.

Alvin turun dari mobil, membuka pintu dan berteriak dengan marah, "Janet."

Dia mengganti sepatu dengan sandal dan melintasi koridor hingga mencapai ruang tamu tetapi tidak melihat Janet.

Dulu, ketika dia pulang, Janet akan berlari menuruni tangga atau sibuk di dapur dengan sangat bahagia.

Hari ini, vila itu sangat sepi.

Alvin naik ke atas, membuka pintu kamar tidur dan hendak menelepon Janet, tapi ternyata kamar tidurnya bersih.

Alvin tertegun, ruang ganti bahkan kosong.

Kedua sikat gigi di kamar mandi kini yang tersisa hanya milik Alvin.

Janet ... sudah pergi?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status