Share

One Night

Author: DKris
last update Last Updated: 2021-05-31 05:11:01

3 tahun lalu

15 Februari 2014, Club Infinite, London, Inggris

21.55 PM

Jedug jedug jedug …

Suara musik memekakkan telinga, cahaya remang-remang dengan sinar lampu berwarna biru dan merah yang menyorot ke sana ke mari saling berganti, menari di atas langit-langit bersalut kaca lalu turun saling berebut.

Menyapu dinding berlapis wallpaper bermotif klasik yang gelap, di ruangan penuh manusia yang meliuk-liuk mengikuti irama cepat yang diputar sang DJ

Berjalan sempoyongan dan sesekali tanpa sengaja menabrak orang yang dilewatinya, seorang wanita terlihat menyusuri lorong minim cahaya yang mengarah ke kamar mandi, sambil memegangi kepalanya. Ia tak lagi peduli dengan kemeriahan di belakangnya.

Penglihatannya kabur dan berkunang-kunang. Dengan sokongan dinding, ia terus berjalan menyusuri lorong, yang hanya cukup dilewati dua orang yang berpapasan.

“Ah … kenapa aku? … pusing banget,” lirih wanita itu

“Hey! Riana! … what’s up? … oh … What’s the matter? Are you drunk?”

Sayup-sayup, wanita itu dapat mendengar suara familiar di telinganya. Namun, rasa sakit di kepalanya membuat mulutnya terasa enggan untuk menjawab.

Ia membiarkan dua tangan yang tiba-tiba merangkul pundaknya, menuntun langkahnya tanpa mampu ia menolak.

Brukk….

Riana dapat merasakan tubuhnya terhempas ke sebuah tempat yang empuk. Entah itu kasur atau sofa, ia tak lagi mampu membedakannya.

“Buka seragamnya dan bantu dia pakai baju yang aku beli tadi.”

“Baik, Boss.”

“Kamu itu wanita cantik. Sayang banget ‘kan kalo kecantikanmu di sia-siakan, hmm?” bisik suara itu ke telinga Riana.

Hembusan napas yang masuk ke indera penciuman Riana, membuat wanita yang baru saja berusia 21 tahun, itu merasa ingin muntah. Ditambah lagi, sentuhan jari yang menelusuri wajah hingga belahan dadanya.

Riana berusaha mengangkat tangan, untuk menepis tangan kasar yang menyentuhnya. Tapi tangannya terasa berat dan tak mau mengikuti perintah otaknya.

‘Mama … tolong aku … Aku mohon … siapa-pun … to-long … a-ku,’ jerit wanita bernama Riana itu.

Namun sayang, tak ada yang mendengarnya, karena wanita itu hanya mampu berteriak di dalam hati dan hanya bibirnya saja yang berkumat-kamit tanpa suara, seperti merapal mantera.

Rasa takut dan keinginan untuk memberontak, tak dapat Riana realisasikan. Tubuhnya sangat lemah dan tak berdaya.

‘No … please … jangan … saya … mo-hon….’

Berulang kali permohonan itu terucap di hati Riana dan ingin mengatakannya, tapi suaranya seakan tertahan dan tak mau keluar dari tenggorokan. 

Hawa dingin mulai menyentuh kulit mulus Riana, saat helai demi helai baju yang melekat padanya, terlepas kasar dari tubuh indahnya. Riana hanya bisa diam tanpa bisa berbuat apapun. Pasrah. Hanya itu yang bisa ia lakukan.

Air mata mengalir di kedua ujung matanya. Menetes membasahi kasur ber-sprei putih yang menjadi tempatnya berbaring

“Kalo kamu beruntung, bukan hanya aku yang untung tapi kamu juga, anak manis,” ucap suara berat dan serak itu.

Sentuhan kembali dirasakan Riana di kedua pipinya. Ia merasa jijik dan ingin sekali menampar tangan itu tapi lagi-lagi, ia tak mampu. Tubuhnya lemas tak berdaya.

Cup

"Bye...," pamit suara serak dan berat itu setelah mengecup dahinya. 

Suara tawa serta langkah kaki menjauh yang diakhiri dengan suara pintu yang ditutup, tak membuat Riana merasa lega karena ia tahu ... masa depannya tak lama lagi akan hancur. Walau begitu, ia masih berharap bahwa seseorang akan datang dan menolongnya.

‘Tuhan … tolong aku…,’ lirih Riana di dalam hati sebelum kesadarannya benar-benar menghilang dan hanya kegelapan yang menyelimutinya

Ruang VVIP Club Infinite

22.15 PM

“Dave!”

Seorang lelaki berperawakan tinggi dan sedikit kurus, datang menghampiri atasannya yang sedang duduk di bagian tengah sofa, sambil memijit pangkal hidungnya

“Yes, Boss. What is it?”

“Bawa aku pulang!" titah Eric dengan suara parau

Alis Dave, sang asisten, menyatu. Mereka baru saja duduk selama setengah jam dan sedang membicarakan masalah penting, yang menyangkut bisnis bernilai jutaan dollar. Tapi, atasannya sudah mengajaknya pulang sebelum ada kesepakatan?

“Boss, but we—”

“Take me home! Now!” suara lelaki dengan jenggot yang sedikit lebat memenuhi dagunya itu, sedikit mengeras dengan nada perintah yang tegas, tak mau dilawan.

“Ehm … o-okay,” sahut Dave, lalu mengalungkan tangan atasannya itu ke pundaknya, serta membantu lelaki yang adalah CEO perusahaan tempatnya bekerja itu berdiri.

“Oh, Mr. Jenkins. Where are you going?”

Langkah Dave terhenti. Ia mendongak. Klien perusahaan yang mereka tunggu sudah berdiri di depan pintu ruang VVIP itu

“Mr. Santosa, we are sorry. My boss is not feeling well right now. So, we—”

“Oh, Anda tidak enak badan?” ulang lelaki bernama lengkap Irawan Santosa itu balik bertanya, dan memotong perkataan Dave.

Alis Irawan bertaut dan memandang heran calon partnernya, Eric Fransisco Jenkins. Pebisnis tampan di bidang fashion dan kosmetik itu, terlihat tak lagi mampu mengangkat kepala ataupun membuka matanya dengan benar

“Yes. I’m … sorry … I—”

“That’s okay, Mr. Jenkins. That’s okay. Kebetulan … saya sudah pesan kamar untuk Mr. Jenkins. Biar asisten saya yang mengantar dan kita, Mr. Clarkson….” Irawan beralih menatap Dave sambil tersenyum. “Kita akan meneruskan rapat. Bagaimana? Sekali jalan dua pulau terlampaui,” tawar Irawan kemudian.

Dave menoleh pada atasan sekaligus sahabatnya itu. Wajah Eric tampak memerah, dengan mata yang tak lagi fokus dan sesekali memejamkan mata.

“Eric?” tanya Dave menunggu jawaban sang atasan.

Eric yang merasa pusing, mengangguk menanggapi. Dengan senang hati, Dave menyerahkan atasannya pada asisten Irawan, calon partner bisnisnya.

“Good, let’s get to the business,” ujar Irawan dan diangguki Dave

***

16 Februari 2014, The Royal Hotel, London, Inggris

09.40 AM

Pagi datang dengan cepat. Sinar matahari yang masuk di sela-sela korden, membelai lembut sebagian wajah seorang wanita yang berbaring miring dengan mata masih tertutup.

Jajaran indah bulu matanya yang panjang dan lentik, kulit mulus tanpa noda, serta bibirnya yang merah samar, membuatnya terlihat sangat cantik.

Ehmm….

Wanita itu menggeliat. Perlahan, ia membuka matanya dan mengerjap. Ia menatap sekitar. Ia dapat merasakan lembutnya kain putih yang menutupi tubuhnya

Selama beberapa saat, ia memegangi kepalanya dan mengeryit. Kepala dan seluruh tubuhnya terasa nyeri 

“Akh … kenapa badanku sakit … semua? Oh, Riana. You took too much last night ... aufff, ” gumam gadis bernama Riana itu memarahi diri sendiri, dengan mata setengah terbuka

Mata Riana berhenti pada lengannya. Alisnya menyatu. Ia melihat kedua lengan dan dadanya yang tak terbungkus apapun, yang dipenuhi tanda merah. Matanya terbuka lebar karena syok.

"A-aku ke-napa? Tan-tanda apa ini? Tung-tunggu ... ke-kenapa a-aku ... telan-jang?" gumam wanita itu lagi.

Ia perlahan duduk dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya seketika bergetar. Tanda merah itu tidak hanya di dada dan lengannya tapi juga ... seluruh tubuhnya. 

"A-aku ... penyakit apa ini?" 

Sebuah kilatan bayangan yang terjadi semalam, perlahan mulai muncul satu demi satu, yang kemudian berputar bagai rol film di dalam benaknya. Mata Riana seketika bertambah lebar.

Hmppgh!

Wanita itu terkesiap dan menutup mulutnya. Matanya yang indah mulai berkaca-kaca. Dengan tangan bergetar, ia kembali membuka selimut serta melebarkan kedua kakinya. Darah!

"No ... No...." Kepalanya menggeleng cepat. Cairan bening itu menetes tanpa permisi membasahi kedua pipinya. 

Sreg … sreg….

Tubuh Riana membeku. Pergerakan di sampingnya membuat lehernya terasa kaku, tapi tetap ia paksakan untuk menoleh. Dengan harapan itu hanya ilusi.

Tangan yang ia gunakan untuk memegang selimutnya, bertambah erat mencengkeram selimut tak bersalah itu.

Air mata Riana kian deras mengalir. Itu bukan ilusi! Ada seseorang di sampingnya. Digelengkannya kepalanya dengan cepat. Tak ingin percaya dengan yang ada di depan matanya saat ini.

“No … No … AHHH!!!” jerit Riana 

“ARGHH!!! … WHAT IS IT?!” sentak kaget lelaki yang tidur di samping Riana. Lelaki itu memaksakan diri untuk duduk, dengan mata yang masih setengah terpejam dan mengusak rambutnya kasar

“AHHHHH!!!” Teriakan Riana bertambah kencang. Wanita itu membalikkan badan sambil memegangi kedua sisi kepalanya, serta menutup matanya dengan erat

Jeritan Riana, membuat mata lelaki itu terbuka lebar. Tampaknya ia mulai sadar dengan keadaannya yang telanjang. Ia segera menarik selimut dan menutupi bagian privasinya yang berdiri tegak dan gagah memberi hormat, namun tak tertutup sehelai benang itu.

Riana perlahan menaruh kembali tubuhnya ke kasur, sambil menangis terisak dan memeluk tubuhnya sendiri.

Selama 21 tahun, ia menjaga kesuciannya demi lelaki yang nantinya akan ia sebut “SUAMI”. Tapi, tanpa ia duga, acara ulang tahunnya kemarin malam, juga menjadi malam ia kehilangan miliknya yang berharga.

Pikirannya dibanjiri dengan rasa bersalah pada sang ibu, yang begitu mewanti-wanti dirinya untuk menjaga diri tapi nyatanya … ia tak mampu!

“DIAM!” sentak lelaki itu

Riana tersentak kaget dan segera menutup mulut. Tak ada keberanian yang tersisa di dalam dirinya untuk membuka mata ataupun mulutnya.

Masih sesenggukan, Riana  terus mencoba tak mengeluarkan suara. Ia tahu dan kenal siapa lelaki itu. Ia tahu benar bagaimana lelaki itu saat marah

“Dengar, aku tidak tahu apa kamu bagian dari rencana mereka atau bukan tapi….” Kembali lelaki itu mengeluarkan suaranya. Namun, kali ini dengan suara yang dalam dan berkharisma, “Aku akan selidiki ini. Untuk sementara—”

Tok … tok…

Lelaki itu terdiam. Riana kembali membatu. Keduanya saling bertatapan dan bersamaan menatap pintu yang masih tertutup

“Stay here!” titah lelaki itu sambil berdiri.

“Ahh!” jerit Riana lagi. Selimut yang menutupi bagian pribadi lelaki itu, melorot. Dan Riana kembali harus melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat.

“Ck!” decak lelaki itu dan memutar malas kedua bola mata hijaunya, lalu menyambar kemeja dan boxernya yang tergeletak di lantai dan berjalan menuju pintu.

“Siapa?!”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sitiwaniza Siti
bodoh amat sendiri
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wanita baik2 g akan ke klub dan teler disana
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
bikin gregetan jd penasaran baca ny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mantan Istri CEO   Penthouse

    27 Maret 2014, South Bank Tower Penthouse, London11.00 AMAcara pernikahan yang seharusnya berisi pesta, tarian, kebahagiaan, senyuman, tawa serta berbagai hidangan dan minuman, tak tampak di ruang tamu yang berukuran 5m x 7,5m itu.Bahkan, pernikahan itu hanya terdiri dari 5 orang saja. Eric, Riana, Dave yang adalah asisten pribadi Eric, seorang pelayan dan petugas pencatatan sipil.“Baiklah. Semua sudah selesai. Selamat, Tuan Jenkins!” ucap petugas pencatatan sipil itu sambil berdiri dan mengulurkan tangannya, pada lelaki pewaris perusahaan Royal Group, yang menjadi mempelai pria hari ini.Tanpa ekspresi, Eric berdiri dengan elegan. Ia menyambut uluran tangan lelaki, yang baru saja mengesahkan pernikahannya, dengan wanita yang sebulan lalu ia ambil kesuciannya itu.“Thank you. I think, you know how you are going to behave after this,” sahut Eric masih

    Last Updated : 2021-06-05
  • Mantan Istri CEO   Never Regretted

    29 Oktober 2014, Top Floor, Royal Tower, Croydon (Wilayah paling selatan London, Inggris)17. 05 PMTok … tok….Eric dengan eskpresi datar yang menjadi ciri khasnya, mengangkat wajah dan melihat pintu mahogany ber-cat putih yang berdiri megah beberapa meter di depannya.Tanpa melepas gagang pulpen yang ada di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, ia mengulurkan tangan pada sebuah alat yang mirip interkom lalu menekan salah satu tombol“Come in!”CeklekWanita muda dengan balutan blazer hitam dan rok span yang memperlihatkan setengah pahanya, masuk ke dalam ruangan luas dengan minim furniture itu. Ia membungkuk hormat pada lelaki yang duduk di balik meja besar dan yang tampak sibuk menulis sesuatu“Ada apa?” tanya Eric tanpa mengangkat wajahnya“Tuan Jenkins

    Last Updated : 2021-06-07
  • Mantan Istri CEO   Divorce

    “Dokter! Ba-bagaimana Ana dan bayinya?” tanya Diane dengan wajah kuatirnya, menyambut dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi setelah menangani RianaDokter senior itu menarik lurus bibirnya. “Bayinya selamat tapi harus mendapat perawatan intensif selama beberapa minggu. Barat badannya hanya 1,900 gram dan … cairan ketuban juga pecah terlalu cepat, jadi ada gangguan di pernapasannya. Saat ini sudah ditangani dokter anak.”“Oh, God!” seru Diane terkejut dan menutup mulutnya dengan tangan, “Lalu bagaimana dengan Ana, Dok?”Dokter laki-laki tersebut mendesah. Ekspresi wajahnya membuat Diane semakin cemas. “Nona Trisha … kehilangan banyak darah. Beliau … masih belum sadarkan diri. Berdoalah agar dia bisa melewati malam ini.”Kepala Diane terasa berputar. Matanya berkaca-kaca. Tatapannya beralih pada pintu ruang operasi yang tertutup.“Saya … permisi du

    Last Updated : 2021-06-10
  • Mantan Istri CEO   I'm Back

    6 bulan setelah perceraian,17 Oktober 2015, Berlin, Jerman20.38 PMRiana berdiri di depan sebuah tong pembakaran. Beberapa foto yang selama ini ia simpan, digenggamnya erat. Matanya yang berkaca-kaca memandang kosong ke depan.Pengalaman pahit dan rasa sakit yang ia alami di masa lalu, masih terus bergelayut dan membayangi wanita yang kini meluruskan rambut ikalnya ituAir mata kembali terbentuk di matanya. Kenangan manis bersama ibu dan sang adik yang sangat ia sayangi membuatnya tak bisa menahan diri.Jemari lentik yang menggenggam lembaran foto-foto itu semakin kuat mengepal di kedua sisi tubuhnya. Rahang wanita itu mengeras, matanya memerah dan bibirnya menipis. Rasa sakit dan kecewa yang sekian lama bertumpuk di dalam hatinya, menumbuhkan amarah dan kebencian yang mendalamSatu-satunya foto sang mantan suami yang ia miliki serta foto

    Last Updated : 2021-06-10
  • Mantan Istri CEO   I Miss You

    2,5 tahun kemudian (Masa kini)12 Oktober 2018, The Ritz Carlton Hotel Presidential Suite, Jakarta21.40 PMTak … tak … tak….Detak sepatu high heel yang bersinggungan dengan lantai dan terdengar semakin dekat, tak dihiraukan Eric yang sedang duduk di balik meja kerja yang ada di kamar utama suite-nya. Ia terus mengetik sesuatu di depan layar kotak berlambang apel tak utuh itu“Babe … some wine?”Sebuah gelas kaca seperti Brandy Snifter, terulur di depannya. Dengan jemari putih nan lentik bercat kuku merah yang selaras dengan warna wine di dalam gelas bertangkai kecil itu, sungguh tampak menggoda.Eric mengangkat matanya, menyorot ke arah si empunya jari. Tatapannya tajam menusuk. Senyuman di bibir bergincu merah Xian Lie, memudar. Ia segera menarik tangannya dan melipat bibir.

    Last Updated : 2021-06-12
  • Mantan Istri CEO   I'm Okay

    Netra Riana membelalak. Suara itu. Ia sangat mengenal suara itu. Riana mendongak dan betul, itu dia!“Eric?” panggilnya tanpa sadar. Eric melebarkan matanya. Ia juga tak menduga, wanita yang ia tubruk adalah Riana. Wanita yang selalu bergentayangan di benaknya“A-ana?”Riana segera menarik diri, menjauh dari lelaki itu lalu mengangguk. “Thanks,” ucap Riana yang kemudian berbalik dan bersiap pergi namun, tangan Eric lebih dulu mencekal lengannya“Wait!” seru EricRiana diam di tempatnya. Ia menoleh dan melihat tangan Eric masih memeganginya. Wanita itutak berucap dan tak juga bergeming.Dengan canggung, Eric melepas tangan dan menjilat bibirnya yang terasa kering. Ia ingin berucap namun tak tahu di mana ia harus memulai“Maaf, saya masih ada urusan. Permisi, Tuan,” pamit Riana dan melangkah pergi namun, kembali langkahnya terhenti.Seorang wanita ber make up

    Last Updated : 2021-06-18
  • Mantan Istri CEO   No Comment

    Wajah Riana berubah tegang. Ia menelan kasar salivanya. "Apa mungkin, si tua bangka ini sudah tahu siapa Aku? Gak! Gak mungkin!" batin Riana. Pikiran wanita itu mulai kalut. Keringat dingin mulai menerobos keluar dari pori-pori dahinya. Irawan mengerutkan alis saat melihat ekspresi wanita cantik di hadapannya itu. Melihat gelagat aneh Riana, Irawan perlahan mengulurkan tangan hendak menyentuh bahu mantan istri Eric Jenkins itu namun membuat wanita itu semakin gugup “Trisha? … Ada apa? Apa kamu sakit?” Riana mengerjap. Melihat tangan Irawan yang hampir menyentuhnya, reflek, satu kaki wanita itu melangkah mundur dan kembali menatap waspada, adik dari ayah kandungnya itu. Rasa mual kembali menyerang Riana. Ia berpaling dari Irawan lalu melihat ke sana ke mari, mencari celah untuk pergi. Ia ingin segera menjauh dari lelaki bernama Irawan Santosa itu. Mengerti penolakan Riana, Irawan pun menarik tangannya dan tersenyum. "Sorry ... eh, tapi ... apa

    Last Updated : 2021-06-23
  • Mantan Istri CEO   Dare Devil

    Tubuh Riana membeku. Napasnya tertahan. Dipejamkannya matanya dengan erat beberapa saat untuk menetralkan degup jantungnya.“Trisha? Itu kamu, ‘kan?” Lagi, suara itu memanggil namanya. Suara yang sangat ia kenal.Riana menelan salivanya dan perlahan memutar tubuh. Ia tersenyum dan membuka kacamata hitamnya.“Dimas? Kamu dah selesai operasinya?” tanya Riana mengalihkan pembicaraanDimas mengangguk dan meraih tangan calon istrinya itu. “Hmm. Kamu ngapain di sini?”“Nona Trisha Meriana!”Riana dan Dimas menoleh, melihat ke arah suster. Riana melipat bibirnya lalu kembali berpaling pada Dimas“Aku harus masuk. Kalo gak, tuh suster bakal terus teriak-teriak,” ujar Riana dan mulai melangkah tapi Dimas tak mau melepas pegangannya“Sha? Kamu ada masalah?”Riana mendesah. Ia tersenyum dan menatap lekat lelaki yang selama lebih hampir 2 tahun ini menjadi

    Last Updated : 2021-07-05

Latest chapter

  • Mantan Istri CEO   Spoiler - Mantan Istri Musuhku

    Diana Arabelle Konrad, yang baru saja kembali setelah menjalani perawatan intensif karena trauma kehilangan suami dan calon bayinya, memutuskan untuk berangkat ke Praiano, sebuah kota kecil yang berada di Amalfi Coast, Italia, setelah mendengar bahwa resort yang didirikan almarhum suaminya terancam bangkrut. DD, begitu ia biasa disapa, bertekad untuk mempertahankan resort yang menyimpan kenangannya bersama almarhum sang suami. Hingga pada suatu hari, tanpa sengaja ia membantu seorang pria tak dikenal yang pingsan dengan wajah yang babak belur. Pria itu kemudian mengaku kehilangan ingatannya. Tak ingin sesuatu terjadi pada lelaki itu, DD memutuskan untuk menerimanya tinggal di resort. “Kau ingin aku membantumu?” “Kau bisa?” “Tentu saja. Tapi, aku mau imbalan.” “Imbalan?” Lelaki yang diselamatkannya itu mengangguk. Senyumnya begitu menawan namun menyimpan sejuta misteri. DD berdehem dan membetulkan duduknya.

  • Mantan Istri CEO   Extra Part End - It's A Girl

    Taman di belakang mansion Jenkins tampak meriah. Balon berwarna putih berada tepat di sisi flower arc dan meja yang ada di sisi kiri taman. Mengambil tema Rustic , gaya yang menghadirkan kesan alami dan didominasi oleh kayu-kayu, batu, tanaman menjuntai, serta lampu-lampu bolam klasik, membawa suasana terkesan akrab. Suami dari para sahabat Riana, tampak berbincang akrab dengan Eric, Sir Edmund, Boby dan ayah Riana, Iwan, Alex, Andrew, DD (adik Dylan) serta kedua asisten Eric. Tak ketinggalan, kedua orangtua Dylan juga hadir. Canda tawa acap kali terdengar disertai ledekan. Begitu riuh dan menyenangkan. Riana yang berada di jendela kamarnya, tersenyum bahagia melihat keakraban yang terjalin. Tak berhubungan darah, namun mereka lebih karib daripada saudara. Yang lebih menyejukkan hatinya, sikap Eric terhadap orang yang baru pertama kali ia temui, tak sekaku dan sedingin dulu. Senyum sudah mampu suaminya urai walau hanya setipis kain. Putranya j

  • Mantan Istri CEO   Extra Part - Not For You

    “Whoahhh … ini rumah apa istana? Gede amat?”Mata dan mulut Ayu terbuka. Kakinya berjalan melambat, seiring memandang ke sekelilingnya. Rumah mewah bergaya klasik Victorian dengan warna emas yang mendominasi, benar-benar membuatnya tak bisa menahan kekaguman.“Hei, sudah ayo jalan. Kita sudah ditunggu Riana,” desak Alex. Sambil menggendong seorang balita, ia menarik tangan wanita yang saat ini terlihat lebih berisi itu untuk semakin masuk ke dalam mansion.“Ih, Mas Alex! Jangan tarik-tarik!”“Kita sudah ditunggu. Lagian jangan kayak orang udik! Ini rumah Eric Jenkins, bangsawan terhormat di negara ini. Tentu saja rumahnya tidak seperti rumah kontrakan kita. Sudah! Ayo, cepat jalan!”Ayu meringis kesal. Ia mengangkat tangan kirinya, ingin memukul lelaki yang menarik tangan kanannya itu.“Emang dasarnya aku udik, Mas! Karena udik makanya Mas Alex seenaknya saja masuk kamarku sampai k

  • Mantan Istri CEO   Extra Part - Steamy Night

    1 tahun kemudian "Hei! Eric! Kami masih mau mengobrol dengan Ana!" seru protes Sita dan Ayu. Wajah mereka mengerut kesal. Sejak tadi, Eric selalu saja mengekori Riana dan tak membiarkan wanita itu bersama mereka walau hanya sejenak. "Sudahlah, Sayang. Kau tahu, Eric sudah terlalu lama berpuasa. Biarkan saja dia menikmati hari bebasnya sekarang," ujar Dylan seraya merangkul istrinya. "Palang merahmu juga ... sudah selesai, 'kan?" Eric menggendong pengantinnya dan menuju mansion. Ia sudah tak sabar lagi menunggu. "Eric, kembalikan aku venue," bisik Riana sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Eric karena malu dengan banyaknya mata yang melihat mereka. Well ... sebuah gerakan yang salah. Karena Eric semakin tak bisa menahan diri. Perlahan, Eric menempatkan istrinya itu di atas ranjang bertabur bunga itu. Matanya yang mendamba menatap wajah cantik Riana. Ia menurunkan wajahnya. Ia melahap bibir itu. Begitu rakus dan menuntut.

  • Mantan Istri CEO   You Are Still Riana

    Suara ayahnya, mengejutkan Riana. Wanita itu menoleh. Dengan mata yang masih berhias air mata, Riana melihat lelaki paruh baya yang berjalan ke arahnya namun dengan mata memandang ke arah Eric pergi. “Pa,” lirihnya. Iwan menunduk. Ia mendesah dan berjongkok. Dihapusnya jejak bening dari pipi putrinya. “Apa itu … yang diinginkan hatimu juga? Eric bersama wanita lain?’ Riana menunduk. Ia membasahi bibirnya. Lidahnya kelu untuk menjawab. Iwan mengambil tangan putrinya yang memainkan kuku di atas pangkuan. “Sayang, maafkan Papa. Selama ini, Papa yang salah paham pada Eric. Dia … pria dan ayah yang baik. Berkat Eric, Sans Media dan aset mamamu, kembali pada kita. Irawan dan keluarganya juga—” “Pa … apa karena dia membawa keuntungan pada kita karena itu aku harus membalas budinya dengan tubuhku?” ketus Riana. Wanita itu menghapus titik air mata yang masih saja belum berhenti di pipinya, lalu memutar kursi rodanya. “Na

  • Mantan Istri CEO   Our Love Is A Mistake

    “Ada apa ini, Pa?” Iwan menoleh. Ia melihat putrinya yang didorong mendekat oleh seorang perawat. Lelaki itu kemudian berdiri lalu berjalan menghampiri Riana setelah menghindari Sir Edmund yang bersimpuh di hadapannya. “Kamu sudah selesai, Nak?” Riana yang masih tak memahami apa yang terjadi, mengangguk, “Hmm. Sudah. Tapi … ada apa ini, Pa?” Iwan menggeleng. Ia menarik senyum, lalu berjalan ke belakang kursi roda Riana, mengambil alih putrinya dari perawat. “Tidak ada apa-apa, Nak. Kami—” “Ana!” Riana mengalihkan matanya. Ia memandang wajah Sir Edmund yang terlihat jauh berbeda dari sebelum ia masuk ke ruang ICU. Lelaki yang berwajah sangat mirip Eric itu terlihat sembab dengan hidung memerah. “Ana, lelaki tua ini memohon padamu. Tolong … jangan tinggalkan putraku. Kau mungkin tidak mengingatnya tapi, tapi dia sangat mencintaimu, Nak. Kalau kau ingin membalas segala perbuatannya di masa lalu … lakukan padaku. Lampiaskan

  • Mantan Istri CEO   It's Me

    Tak mengerti dengan wajah bingung Riana, bocah itu menaikkan kakinya ke paha wanita itu dan berusaha untuk duduk di pangkuannya.Reflek, Riana segera memegangi Evan. Ia membantu bocah itu duduk di pangkuannya.“Mommy, Mommy sekarang sedikit gemuk. Hehehe….”Senyum Riana terukir. Tanpa sadar, cairan bening tiba-tiba menetas keluar dari kedua sudut matanya saat memandang wajah imut bocah itu.Ia terhenyak kala menyadarinya. Ia pun menyentuh dan mengusap cairan yang mengalir di pipinya tanpa permisi dengan telunjuk dan melihatnya bingung.“Mommy? What's the matter? Why are you crying (Ma? Ada apa? Kenapa Mama nangis)?”Riana mengangkat wajahnya dan melihat Evan. Sebuah senyuman manis kembali ia ulas di wajah cantiknya.“Ah, ini ….” Riana melihat ayahnya. Ia bingung mau berkata apa.“Itu artinya, mommy terlalu senang bertemu Evan,” sambar Alicia. Ia lantas melihat

  • Mantan Istri CEO   You're Finally Here

    “Ana?” panggil lirih Dave. Melangkah berat, sahabat Eric itu mendekati kursi roda Riana yang juga sudah menuju ke arahnya. “Ana?” Iwan berhenti di depan Dave. Riana mengangkat wajahnya dan mengulurkan tangan sembari mengurai senyum. “Hallo, selamat siang. Apa Anda yang ingin bertemu denganku?” Mata Dave melebar. Ia melihat Iwan sejenak, lalu menyambut uluran tangan Riana. “H-hallo. Apa kabarmu, An?” Riana menarik lurus bibirnya. Ia melihat kakinya yang ditutup dengan syal tebal lalu berkata, “Seperti yang Anda lihat. Saya … tidak bisa berjalan.” Dave menelan ludah. Ia melihat kaki Riana dan membasahi bibirnya. Ia lantas berbalik dan memanggil Aaron. “Eh, k-kenalkan. Ini adik ipar Eric. Suaminya Alicia,” ucap Dave. “Eric? Alicia?” Dave melihat Riana dan mengangguk pelan sebelum akhirnya memandang ayah kandung Riana yang memegangi kursi roda wanita itu. “Kita masuk dulu,” kata Iwan. Lelaki

  • Mantan Istri CEO   Ana Will Come

    Suara heel sepatu fantofel yang bersinggungan dengan keramik, menggema di lorong rumah sakit area ICU VIP itu.“Alicia, Aaron! Dave!”Alicia dan suaminya serta Dave segera berpaling. Mereka menyambut ayah kandung Eric itu dengan wajah sembab dan untaian air mata.“Dad,” panggil Alicia sembari melepas pelukan suaminya dan melebarkan kedua tangannya ke arah sang ayah.“Kenapa? Apa yang terjadi, hah?” tanya Sir Edmund. Ia berjongkok menatap wajah putrinya dan memeluknya sembari mengedarkan tatapannya pada semua yang ada di sana.“Eric … kata dokter dia … hiks … hiks….”Sir Edmund membasahi bibirnya. Ia mengusap wajah putrinya yang penuh air mata tapi juga melihat bingung ke arah Dave dan menantunya, Aaron.“Aaron! Dave! Katakan apa yang terjadi?!”Sir Edmund tak bisa lagi menahan gundah hatinya. Ia berdiri dan bertanya pada menantu dan sahabat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status