Share

I'm Back

Author: DKris
last update Last Updated: 2021-06-10 07:28:20

6 bulan setelah perceraian,

17 Oktober 2015, Berlin, Jerman

20.38 PM

Riana berdiri di depan sebuah tong pembakaran. Beberapa foto yang selama ini ia simpan, digenggamnya erat. Matanya yang berkaca-kaca memandang kosong ke depan.

Pengalaman pahit dan rasa sakit yang ia alami di masa lalu, masih terus bergelayut dan membayangi wanita yang kini meluruskan rambut ikalnya itu

Air mata kembali terbentuk di matanya. Kenangan manis bersama ibu dan sang adik yang sangat ia sayangi membuatnya tak bisa menahan diri.

Jemari lentik yang menggenggam lembaran foto-foto itu semakin kuat mengepal di kedua sisi tubuhnya. Rahang wanita itu mengeras, matanya memerah dan bibirnya menipis. Rasa sakit dan kecewa yang sekian lama bertumpuk di dalam hatinya, menumbuhkan amarah dan kebencian yang mendalam

Satu-satunya foto sang mantan suami yang ia miliki serta foto sebuah keluarga yang tampak bahagia, menjadi kusut tak berbentuk karena eratnya cengkeraman Riana.

“An ... apa kamu yakin ini jalan terbaik? Kamu yakin … kamu mau balik ke Jakarta? Kenapa gak ke Malang aja? Usaha Bunda bisa sia-sia kalo sampai mereka tahu kamu masih hidup, An.” Sebuah suara dari belakang, membuyarkan lamunan Riana

Wanita cantik itu menyeringai. “Selama ini, aku hidup seperti sampah. Mengandalkan bantuan orang supaya bisa makan dan sekolah. Bahkan … aku harus jadi pemulung supaya bisa beli obat Mama.” Riana melemparkan satu per satu foto yang telah kusut itu ke tong pembakaran. “Tapi mereka … MASIH GAK PERNAH PUAS! Mama … SATU-SATUNYA ORANG YANG AKU SAYANG, MEREKA AMBIL JUGA DARI AKU!!!“ geram Riana tanpa melihat lawan bicaranya. Dadanya naik turun dengan cepat karena emosi dan matanya penuh kebencian.

“Jadi … kamu balik ke Indo bukan supaya kamu bisa memulai hidup baru tapi … mau balas dendam sama mereka. Gitukah, An? ?” tanya Farida cepat. Wanita berperawakan langsing itu tak menjawab. Farida menjadi gusar karena dugaannya sepertinya benar

Riana berbalik. Ia menatap wanita berkerudung di depannya itu dengan tatapan tajam dan alis menyatu. “Maksudmu … kamu minta aku diam aja setelah apa yang mereka lakuin ke aku, mamaku dan Ryan,  ‘gitu? hehh?!" jawab Riana dengan suara meninggi lalu memutar tubuhnya lagi membelakangi Farida

“An … bukan itu maksudku tapi mereka itu jauh di atas kamu!"

"Aku gak peduli. Aku gak takut sama mereka. Aku juga gak minta bantuanmu," ketus Riana sambil melipat tangannya di depan dada

Farida mendesah. Akhir-akhir ini, Riana semakin sensitif. "An, aku hanya kuatir sama kamu. Aku gak bisa ikut kamu ke Jakarta. Masa residensiku belum selesai dan kamu bakal sendirian di Jakarta nanti. Kalo … kalo terjadi sesuatu sama kamu di sana, gimana? Sapa nanti yang bantu kamu?”

Riana melirik ke belakang, ke arah sang sahabat yang berdiri satu langkah di belakangnya. “Aku tidak minta kamu balik Indo bareng aku. Aku juga sudah besar. Aku bisa urus diriku sendiri,” sambar Riana cepat 

Farida menggelengkan kepala dan mengigit bibir bawahnya. Ditatapnya punggung Riana dengan tatapan sendu. Ia mengerti, rasa sakit dan kepedihan yang Riana alami di masa kecil ditambah kejadian pahit akibat ulah mantan suaminya, menorehkan luka yang besar di hati wanita yang biasa disapa Ana itu. Ia juga ingin membalas mereka tapi apalah dirinya yang kini hanyalah seorang yatim piatu 

Dengan mata berkaca-kaca, Farida maju mendekati sang sahabat. “An, apa … apa kamu tidak bisa melupakannya saja, hmm? Please, An,” bujuk Farida kemudian dengan nada dan ekspresi memohon

Riana menaikkan alisnya. Ia menoleh dan menatap Farida yang sudah berdiri di sampingnya dengan mata membulat. Riana mendengus. “Apa kamu bilang? Melupakan? Hahaha … Id, kamu tahu apa yang paling aku sesali?“ Riana mengangkat sudut bibirnya dengan sinis lalu melihat ke arah tong pembakaran yang membara.

“Melupakan … semua kejadian itu … selama 7 tahun. 7 TAHUN! Dan selama itu, bisa-bisanya AKU JALAN-JALAN, SENENG-SENENG, TERUS JADI KAYAK ORANG BODOH NGEJAR COWOK YANG TERNYATA ORANG BRENGSEK! DAN GAK INGET SAMA SEKALI SOAL SEMUA KEJADIAN ITU!” lanjut Riana penuh emosi

“An! ANA! I’m sorry … I’m sorry.” Ida segera menarik wanita itu masuk dalam pelukannya. Hatinya terasa teriris melihat perubahan emosi Riana yang begitu drastis. Dari seorang yang sabar, ramah dan suka bercanda menjadi dingin, ketus dan mudah marah

Tangisan Riana bagai pisau yang menusuk sanubari Farida. Ia sangat menyayangi sahabatnya itu. Sejak kecil, Riana selalu ada untuknya. Riana mau berteman dengannya tak peduli status yang disandangnya

Ia adalah anak orang berada dan orangtuanya memiliki jabatan tinggi di pemerintahan. Banyak yang berteman dengannya tapi karena status yang dimilikinya bukan karena benar-benar ingin menjadi temannya tapi, tidak dengan Riana.

Gadis kecil yang memiliki senyum menawan itu, memperlakukannya sama dengan yang lain. Tak menjujungnya tinggi seperti “teman-teman”nya yang lain, membelanya saat ia di bully karena kasus ayahnya yang korupsi mencuat, menemaninya saat ibundanya harus masuk rumah sakit dan banyak lagi. 

“Baiklah, An … lakukan apa yang mau kamu lakukan. Aku … akan selalu mendukungmu,” ucap Farida sambil mengusap lembut punggung Riana. Ia menyerah. Tekad Riana sudah bulat. Ia tak akan bisa mengubahnya

Dekapan Riana yang semakin erat, menjadi ungkapan terima kasih gadis itu pada sang sahabat. Ia merasa beruntung mendapatkan teman seperti Farida. Yang selalu ada saat ia membutuhkannya. Bahkan, saat 2 kali maut hampir menjemputnya, Farida datang dan menjadi penyelamatnya.

“Aku hanya berharap, kamu juga mau belajar untuk move on, okay? Dan kalo kamu merasa gak mampu … jangan lupa … aku akan selalu ada buat kamu. Kapanpun itu.”

Riana melepas pelukannya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia menunduk lalu memejamkan mata. Sebenarnya, ia juga ingin bisa melupakan semua yang ia alami tapi, semua kenangan baik di Jakarta maupun di London, tersimpan sangat rapi di hardisk otaknya dan semuanya berisi memori menyakitkan yang sulit untuk dihapus.

Jika otak bisa beroperasi seperti komputer, maka ia akan menekan tombol Alt+Del agar memori itu hilang selamanya dan setiap malam ia pasti bisa tidur dengan tenang, tak akan lagi mengalami mimpi buruk.

“An … aku mohon. Jawab aku,” pinta Farida memohon. Ia tak ingin Riana membuang sia-sia masa mudanya

Riana mengangguk. “Iya … aku akan coba.” Jawaban Riana membawa senyum di bibir Farida. Walau di dalam hati, dokter muda itu merasa keberatan tapi demi kepuasan batin sahabatnya, Farida hanya bisa merestuinya.

“Lalu … apa rencanamu?”

“Aku belum tahu … yang aku tahu … aku ingin mereka merasakan rasa sakit … Seperti. Yang sudah. Mereka lakukan ke mama, Ryan … dan aku,” sahut Riana sambil mengeratkan gigi dan bibirnya. Sorot mata Riana tajam menyeramkan

Farida tertegun. Ini pertama kalinya ia melihat ekspresi lain dari Riana. Kepolosan, keluguan dan keramahan hilang dari wajah cantik sahabatnya itu. Riana … burung merpati polos itu, kini telah berubah menjadi singa betina yang terganggu tidurnya.

 “Ehm, okay … lalu apa kamu yakin kalo om-mu penyebab bunda meniggal?”

Riana mengangguk. “Aku bukan Riana yang dulu lagi, Id. Aku bukan Riana yang ceroboh yang menelan mentah-mentah informasi yang kudapat tanpa aku selidiki dulu.”

Farida mengerutkan alis. Ia tak mengerti. Selama 6 bulan ini, Riana tak pernah kembali ke Indonesia. Bagaimana dia bisa yakin tentang kabar penyebab ibunya meninggal? Otak Farida mulai berputar mencari jawaban tapi sepertinya ia tak perlu menunggu lama soal itu.

“3 Bulan lalu, 5 hari setelah mama meninggal, aku di telepon pakde Yayang. Dia cerita semuanya. Terus terang waktu aku dengar itu, aku benar-benar marah tapi … aku masih bisa mengontrol. Aku juga gak langsung percaya gitu aja. Aku ingin balik Indo tapi ... aku masih baru di perusahaan.

Berkat jasa temen kerjaku di kantor, aku bisa sewa orang buat cari tahu dan 5 hari lalu aku dapat hasilnya. Dan … ya … karena orang tak tahu diri itu!” jelas Riana kemudian. Mata wanita itu kembali membara bila mengingat setiap laporan dan bukti yang ia dapat.

Farida menitikkan kembali air matanya dan dengan cepat ia menghapusnya. “Okay, then. how about Eric?"

"Eric? He's nothing but my past." Jawaban Riana membawa senyuman di bibir FArida

"Hmm ... jangan inget dia lagi," sahut Farida. "So ... tell me … apa yang bisa aku bantu.”

Riana menghela napas lalu tersenyum. Ia meraih tangan Farida dan menepuknya lembut. ”Saat ini ... tolong bantu aku beresin barang-barang ini.”

Farida menaikkan alis dan membuka mulutnya. Menatap Riana yang kini berkedip ke arahnya sambil tersenyum. Dokter muda itu mendengus.  “Ogah!”

“Hei! Katanya mau bantu!”

Farida berdiri dan menjundu dahi Riana. “Eh, Maimunah! Aku aja gak bisa beresin barang aku sendiri, apalagi beresin barangmu yang gak karuan kayak kapal pecah. Gak tahu mana tempat CD, mana tempat kaos kaki. Cih! Ogah! Bye! Aku balik rumah sakit!” ujar Farida dan berlari pergi.

“IDAAA!!! WOIII!! BALIIIKK!!!” teriak ibu satu anak itu.  Bibirnya mengerucut kesal. Ia memutar kepala dan melihat sekelilingnya. Bukan hanya kapal pecah tapi kapal pecah yang terkena tornado.

20 Oktober 2015, Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia

17.25 PM

Sepatu high heel berwarna hitam dan celana kulot berwarna merah  berayun indah seiring langkah kaki pemakainya. Dengan crop top berwarna senada, wanita itu berjalan bak model di atas catwalk.

Mata lelaki yang melihatnya, membulat mendamba, mata wanita menatap kagum dan tak jarang yang memicing iri. Dengan wajah tanpa ekspresi, pemilik tinggi 165cm itu itu terus berjalan menuju pintu keluar di mana sopir yang dikirim perusahaan tempatnya bekerja, sudah datang menjemput

Sampai di pintu keluar, senyum wanita itu perlahan terbit. Ia menatap langit senja di balik kaca mata hitamnya lalu memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam udara kota Jakarta yang sudah lebih dari 2 dekade ia tinggalkan

“Jakarta … I’m back,” gumam wanita cantik yang mengganti nama aslinya, Ananta Dewi Pradipta, menjadi Trisha Meriana itu

“Eh … Bu Trisha, ya?”

Riana membuka matanya. Seorang laki-laki dengan baju safari hitam berdiri di hadapannya sambil tersenyum ramah. Riana mengangguk

“Saya Benu, Bu. Sopir yang disuruh bu Ellena untuk jemput Ibu,” ucap lelaki itu memperkenalkan diri dengan sopan

“Oh … okay.”

Perjalanan menuju apartemen yang disediakan perusahaan tempatnya bekerja, lumayan jauh. Karena lelah, Riana tertidur di kursi penumpang. Akhirnya, mobil MPV luxury buatan Jepang itu masuk ke sebuah halaman gedung yang tinggi dan terlihat mewah.

“Bu! … Bu! Maaf … kita sudah sampai,” info si sopir dengan sedikit mengeraskan suara agar Riana terbangun

Riana mengerjap. Ia menoleh dan melihat gedung yang berdiri megah di depannya dari kaca mobil. Wanita itu terkekeh dan menggelengkan kepala. Ia sudah meminta Ellena untuk memberinya apartemen sederhana tapi justru mendapat apartemen yang ia yakin harga sewanya tak murah

“Ck … pasti si Ida … haihh…,”desah Riana

“Oh … Ibu bilang apa?”

Riana mengalihkan pandangannya pada si sopir ramah itu. Ia tersenyum dan menggeleng. “Ayo, Pak.”

***

Hari telah gelap saat Riana selesai dengan ritual mandinya. Masih dengan jubah mandinya, ia berjalan santai menuju jendela besar yang ada di kamarnya itu dan memandang indahnya bintang yang bertabur di gelapnya langit kota Jakarta

“Mungkin … aku akan jarang menikmati keindahanmu, bintang,” ucap Riana dan mengukir senyum kecil, “Karena besok, semua akan dimulai.”

Related chapters

  • Mantan Istri CEO   I Miss You

    2,5 tahun kemudian (Masa kini)12 Oktober 2018, The Ritz Carlton Hotel Presidential Suite, Jakarta21.40 PMTak … tak … tak….Detak sepatu high heel yang bersinggungan dengan lantai dan terdengar semakin dekat, tak dihiraukan Eric yang sedang duduk di balik meja kerja yang ada di kamar utama suite-nya. Ia terus mengetik sesuatu di depan layar kotak berlambang apel tak utuh itu“Babe … some wine?”Sebuah gelas kaca seperti Brandy Snifter, terulur di depannya. Dengan jemari putih nan lentik bercat kuku merah yang selaras dengan warna wine di dalam gelas bertangkai kecil itu, sungguh tampak menggoda.Eric mengangkat matanya, menyorot ke arah si empunya jari. Tatapannya tajam menusuk. Senyuman di bibir bergincu merah Xian Lie, memudar. Ia segera menarik tangannya dan melipat bibir.

    Last Updated : 2021-06-12
  • Mantan Istri CEO   I'm Okay

    Netra Riana membelalak. Suara itu. Ia sangat mengenal suara itu. Riana mendongak dan betul, itu dia!“Eric?” panggilnya tanpa sadar. Eric melebarkan matanya. Ia juga tak menduga, wanita yang ia tubruk adalah Riana. Wanita yang selalu bergentayangan di benaknya“A-ana?”Riana segera menarik diri, menjauh dari lelaki itu lalu mengangguk. “Thanks,” ucap Riana yang kemudian berbalik dan bersiap pergi namun, tangan Eric lebih dulu mencekal lengannya“Wait!” seru EricRiana diam di tempatnya. Ia menoleh dan melihat tangan Eric masih memeganginya. Wanita itutak berucap dan tak juga bergeming.Dengan canggung, Eric melepas tangan dan menjilat bibirnya yang terasa kering. Ia ingin berucap namun tak tahu di mana ia harus memulai“Maaf, saya masih ada urusan. Permisi, Tuan,” pamit Riana dan melangkah pergi namun, kembali langkahnya terhenti.Seorang wanita ber make up

    Last Updated : 2021-06-18
  • Mantan Istri CEO   No Comment

    Wajah Riana berubah tegang. Ia menelan kasar salivanya. "Apa mungkin, si tua bangka ini sudah tahu siapa Aku? Gak! Gak mungkin!" batin Riana. Pikiran wanita itu mulai kalut. Keringat dingin mulai menerobos keluar dari pori-pori dahinya. Irawan mengerutkan alis saat melihat ekspresi wanita cantik di hadapannya itu. Melihat gelagat aneh Riana, Irawan perlahan mengulurkan tangan hendak menyentuh bahu mantan istri Eric Jenkins itu namun membuat wanita itu semakin gugup “Trisha? … Ada apa? Apa kamu sakit?” Riana mengerjap. Melihat tangan Irawan yang hampir menyentuhnya, reflek, satu kaki wanita itu melangkah mundur dan kembali menatap waspada, adik dari ayah kandungnya itu. Rasa mual kembali menyerang Riana. Ia berpaling dari Irawan lalu melihat ke sana ke mari, mencari celah untuk pergi. Ia ingin segera menjauh dari lelaki bernama Irawan Santosa itu. Mengerti penolakan Riana, Irawan pun menarik tangannya dan tersenyum. "Sorry ... eh, tapi ... apa

    Last Updated : 2021-06-23
  • Mantan Istri CEO   Dare Devil

    Tubuh Riana membeku. Napasnya tertahan. Dipejamkannya matanya dengan erat beberapa saat untuk menetralkan degup jantungnya.“Trisha? Itu kamu, ‘kan?” Lagi, suara itu memanggil namanya. Suara yang sangat ia kenal.Riana menelan salivanya dan perlahan memutar tubuh. Ia tersenyum dan membuka kacamata hitamnya.“Dimas? Kamu dah selesai operasinya?” tanya Riana mengalihkan pembicaraanDimas mengangguk dan meraih tangan calon istrinya itu. “Hmm. Kamu ngapain di sini?”“Nona Trisha Meriana!”Riana dan Dimas menoleh, melihat ke arah suster. Riana melipat bibirnya lalu kembali berpaling pada Dimas“Aku harus masuk. Kalo gak, tuh suster bakal terus teriak-teriak,” ujar Riana dan mulai melangkah tapi Dimas tak mau melepas pegangannya“Sha? Kamu ada masalah?”Riana mendesah. Ia tersenyum dan menatap lekat lelaki yang selama lebih hampir 2 tahun ini menjadi

    Last Updated : 2021-07-05
  • Mantan Istri CEO   Damn Asshole

    Prakk….AKHHHHHH!!!!Ponsel mahal berwarna emas itu terlempar jauh berantakan. Suara jeritan kekesalan Xian Lie menggema di seluruh kamar hotel mewahnya. Matanya menyala penuh amarah. Rambutnya pun acak-acakan karena digaruknya kasar.“Riana … RIANA!!! Selalu Riana! AKHHH!!!” amuk Xian Lie seraya mengepalkan kedua tangannya. “You gone to that bitch again, right? Eric?! Huh?! ... Erghh!!!"Xian Lie berjalan cepat menuju kamar Eric. Ia berdiri di tengah kamar Eric dan melihat sekeliling kamar itu. Tatapannya berakhir pada benda pipih berlambang apel tak utuh yang ada di meja kerja Eric.Ia kembali melangkah lebar dan dengan cepat mengambil laptop milik Eric yang ada di atas meja. Ia mengangkat tinggi laptop berisi semua pekerjaan Eric dan siap membuangnya. Namun kemudian, matanya berkedip cepat. Sorot matanya terpancar keraguan untuk melakukannya.“No … no

    Last Updated : 2021-07-26
  • Mantan Istri CEO   Honey?

    When you're high on emotionAnd you're losing your focusAnd you feel too exhausted to prayDon't get lost in the momentOr give up when you're closestAll you need is somebody to sayIt's okay not to be okayIt's okay not to be okayWhen you're down and you feel ashamedIt's okay not to be okayLagu milik Demi Lavato menjadi penanda panggilan yang masuk ke ponsel Riana. Dengan malas, Riana bangun dan berjalan menuju meja riasnya, lalu mengambil benda pipih miliknya.“Ayu?” gumam Riana, membaca nama si pemanggil. “Ya, Yu’?” sahut Riana setelah benda pipih itu ia tempelkan di telinga“Okay. Aku berangkat bentar lagi.”Riana menutup panggilannya dan mendesah. Tubuhnya masih terasa lelah karena hanya tidur beberapa jam.Ting Tong….Riana mengerutkan alis. Ia melihat jam yang ada di

    Last Updated : 2021-07-29
  • Mantan Istri CEO   I Want Her

    Riana dan Ayu saling berpandangan. Design motif pada kain yang mereka minta, sangat berbeda dari design yang Riana buat.“Pak … ini bukan pesanan kami,” ujar Riana pada kepala produksi yang menemuinya.Lelaki paruh baya itu mengerutkan alis dan memeriksa map di tangannya, yang berisi keterangan pesanan Riana dan mencocokkannya dengan kain yang saat ini ada pada gawangan (tempat untuk menyampirkan kain)“Bu … jelas-jelas ini pesanan Ibu. Kenapa bilang beda? Ibu mau mangkir, ya?!” tuduh lelaki itu dengan suara naik satu oktafRiana menggeleng. Ia membuka map miliknya dan memberikan salinan sketsa motif, yang ia kirim kepada lelaki itu“Pak, ini design saya, plus keterangannya. Mana yang butuh cepat dan mana yang buat bulan depan, sekalian kuantitinya,” terang Riana yang diangguki Ayu, asisten pribadi Riana“Bu! Awalnya memang ibu kirim yang ini, tapi bukannya ibu rubah lagi kemarin. Ini b

    Last Updated : 2021-07-29
  • Mantan Istri CEO   Guilty

    Eric tak menjawab. Ia mengambil kembali botol Whiskey dari tangan Dave dan menuangnya pada gelas, yang sudah ia isi dengan es batu.“Eric, why—”“Mind your own business, Dave,” potong Eric cepat dan berjalan menuju sofa. “Sebaiknya kamu mulai cari tahu kain apa yang Riana butuhkan dan—”“Kain Sutra, 8 yard, untuk hari Rabu depan.”Eric yang hendak duduk di sofa, tak jadi menempatkan bokongnya di sana. Ia berdiri tegak dan memutar tubuhnya menatap Dave kesal“What? Aku sudah kasih kamu infonya,” ujar Dave dengan mimik tanpa dosa“No bonus for you.”Dave melongo. Ia terkejut dan tak percaya mendengar perkataan Eric. No bonus? No way!“Eric, aku kasih kamu info soal Riana, aku juga kasih kamu info soal kainnya. Lalu apa lagi? Kenapa sih kamu suka main-main sama bonusku?” protes Dave“I count you, guilty. IF &hellip

    Last Updated : 2021-07-31

Latest chapter

  • Mantan Istri CEO   Spoiler - Mantan Istri Musuhku

    Diana Arabelle Konrad, yang baru saja kembali setelah menjalani perawatan intensif karena trauma kehilangan suami dan calon bayinya, memutuskan untuk berangkat ke Praiano, sebuah kota kecil yang berada di Amalfi Coast, Italia, setelah mendengar bahwa resort yang didirikan almarhum suaminya terancam bangkrut. DD, begitu ia biasa disapa, bertekad untuk mempertahankan resort yang menyimpan kenangannya bersama almarhum sang suami. Hingga pada suatu hari, tanpa sengaja ia membantu seorang pria tak dikenal yang pingsan dengan wajah yang babak belur. Pria itu kemudian mengaku kehilangan ingatannya. Tak ingin sesuatu terjadi pada lelaki itu, DD memutuskan untuk menerimanya tinggal di resort. “Kau ingin aku membantumu?” “Kau bisa?” “Tentu saja. Tapi, aku mau imbalan.” “Imbalan?” Lelaki yang diselamatkannya itu mengangguk. Senyumnya begitu menawan namun menyimpan sejuta misteri. DD berdehem dan membetulkan duduknya.

  • Mantan Istri CEO   Extra Part End - It's A Girl

    Taman di belakang mansion Jenkins tampak meriah. Balon berwarna putih berada tepat di sisi flower arc dan meja yang ada di sisi kiri taman. Mengambil tema Rustic , gaya yang menghadirkan kesan alami dan didominasi oleh kayu-kayu, batu, tanaman menjuntai, serta lampu-lampu bolam klasik, membawa suasana terkesan akrab. Suami dari para sahabat Riana, tampak berbincang akrab dengan Eric, Sir Edmund, Boby dan ayah Riana, Iwan, Alex, Andrew, DD (adik Dylan) serta kedua asisten Eric. Tak ketinggalan, kedua orangtua Dylan juga hadir. Canda tawa acap kali terdengar disertai ledekan. Begitu riuh dan menyenangkan. Riana yang berada di jendela kamarnya, tersenyum bahagia melihat keakraban yang terjalin. Tak berhubungan darah, namun mereka lebih karib daripada saudara. Yang lebih menyejukkan hatinya, sikap Eric terhadap orang yang baru pertama kali ia temui, tak sekaku dan sedingin dulu. Senyum sudah mampu suaminya urai walau hanya setipis kain. Putranya j

  • Mantan Istri CEO   Extra Part - Not For You

    “Whoahhh … ini rumah apa istana? Gede amat?”Mata dan mulut Ayu terbuka. Kakinya berjalan melambat, seiring memandang ke sekelilingnya. Rumah mewah bergaya klasik Victorian dengan warna emas yang mendominasi, benar-benar membuatnya tak bisa menahan kekaguman.“Hei, sudah ayo jalan. Kita sudah ditunggu Riana,” desak Alex. Sambil menggendong seorang balita, ia menarik tangan wanita yang saat ini terlihat lebih berisi itu untuk semakin masuk ke dalam mansion.“Ih, Mas Alex! Jangan tarik-tarik!”“Kita sudah ditunggu. Lagian jangan kayak orang udik! Ini rumah Eric Jenkins, bangsawan terhormat di negara ini. Tentu saja rumahnya tidak seperti rumah kontrakan kita. Sudah! Ayo, cepat jalan!”Ayu meringis kesal. Ia mengangkat tangan kirinya, ingin memukul lelaki yang menarik tangan kanannya itu.“Emang dasarnya aku udik, Mas! Karena udik makanya Mas Alex seenaknya saja masuk kamarku sampai k

  • Mantan Istri CEO   Extra Part - Steamy Night

    1 tahun kemudian "Hei! Eric! Kami masih mau mengobrol dengan Ana!" seru protes Sita dan Ayu. Wajah mereka mengerut kesal. Sejak tadi, Eric selalu saja mengekori Riana dan tak membiarkan wanita itu bersama mereka walau hanya sejenak. "Sudahlah, Sayang. Kau tahu, Eric sudah terlalu lama berpuasa. Biarkan saja dia menikmati hari bebasnya sekarang," ujar Dylan seraya merangkul istrinya. "Palang merahmu juga ... sudah selesai, 'kan?" Eric menggendong pengantinnya dan menuju mansion. Ia sudah tak sabar lagi menunggu. "Eric, kembalikan aku venue," bisik Riana sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Eric karena malu dengan banyaknya mata yang melihat mereka. Well ... sebuah gerakan yang salah. Karena Eric semakin tak bisa menahan diri. Perlahan, Eric menempatkan istrinya itu di atas ranjang bertabur bunga itu. Matanya yang mendamba menatap wajah cantik Riana. Ia menurunkan wajahnya. Ia melahap bibir itu. Begitu rakus dan menuntut.

  • Mantan Istri CEO   You Are Still Riana

    Suara ayahnya, mengejutkan Riana. Wanita itu menoleh. Dengan mata yang masih berhias air mata, Riana melihat lelaki paruh baya yang berjalan ke arahnya namun dengan mata memandang ke arah Eric pergi. “Pa,” lirihnya. Iwan menunduk. Ia mendesah dan berjongkok. Dihapusnya jejak bening dari pipi putrinya. “Apa itu … yang diinginkan hatimu juga? Eric bersama wanita lain?’ Riana menunduk. Ia membasahi bibirnya. Lidahnya kelu untuk menjawab. Iwan mengambil tangan putrinya yang memainkan kuku di atas pangkuan. “Sayang, maafkan Papa. Selama ini, Papa yang salah paham pada Eric. Dia … pria dan ayah yang baik. Berkat Eric, Sans Media dan aset mamamu, kembali pada kita. Irawan dan keluarganya juga—” “Pa … apa karena dia membawa keuntungan pada kita karena itu aku harus membalas budinya dengan tubuhku?” ketus Riana. Wanita itu menghapus titik air mata yang masih saja belum berhenti di pipinya, lalu memutar kursi rodanya. “Na

  • Mantan Istri CEO   Our Love Is A Mistake

    “Ada apa ini, Pa?” Iwan menoleh. Ia melihat putrinya yang didorong mendekat oleh seorang perawat. Lelaki itu kemudian berdiri lalu berjalan menghampiri Riana setelah menghindari Sir Edmund yang bersimpuh di hadapannya. “Kamu sudah selesai, Nak?” Riana yang masih tak memahami apa yang terjadi, mengangguk, “Hmm. Sudah. Tapi … ada apa ini, Pa?” Iwan menggeleng. Ia menarik senyum, lalu berjalan ke belakang kursi roda Riana, mengambil alih putrinya dari perawat. “Tidak ada apa-apa, Nak. Kami—” “Ana!” Riana mengalihkan matanya. Ia memandang wajah Sir Edmund yang terlihat jauh berbeda dari sebelum ia masuk ke ruang ICU. Lelaki yang berwajah sangat mirip Eric itu terlihat sembab dengan hidung memerah. “Ana, lelaki tua ini memohon padamu. Tolong … jangan tinggalkan putraku. Kau mungkin tidak mengingatnya tapi, tapi dia sangat mencintaimu, Nak. Kalau kau ingin membalas segala perbuatannya di masa lalu … lakukan padaku. Lampiaskan

  • Mantan Istri CEO   It's Me

    Tak mengerti dengan wajah bingung Riana, bocah itu menaikkan kakinya ke paha wanita itu dan berusaha untuk duduk di pangkuannya.Reflek, Riana segera memegangi Evan. Ia membantu bocah itu duduk di pangkuannya.“Mommy, Mommy sekarang sedikit gemuk. Hehehe….”Senyum Riana terukir. Tanpa sadar, cairan bening tiba-tiba menetas keluar dari kedua sudut matanya saat memandang wajah imut bocah itu.Ia terhenyak kala menyadarinya. Ia pun menyentuh dan mengusap cairan yang mengalir di pipinya tanpa permisi dengan telunjuk dan melihatnya bingung.“Mommy? What's the matter? Why are you crying (Ma? Ada apa? Kenapa Mama nangis)?”Riana mengangkat wajahnya dan melihat Evan. Sebuah senyuman manis kembali ia ulas di wajah cantiknya.“Ah, ini ….” Riana melihat ayahnya. Ia bingung mau berkata apa.“Itu artinya, mommy terlalu senang bertemu Evan,” sambar Alicia. Ia lantas melihat

  • Mantan Istri CEO   You're Finally Here

    “Ana?” panggil lirih Dave. Melangkah berat, sahabat Eric itu mendekati kursi roda Riana yang juga sudah menuju ke arahnya. “Ana?” Iwan berhenti di depan Dave. Riana mengangkat wajahnya dan mengulurkan tangan sembari mengurai senyum. “Hallo, selamat siang. Apa Anda yang ingin bertemu denganku?” Mata Dave melebar. Ia melihat Iwan sejenak, lalu menyambut uluran tangan Riana. “H-hallo. Apa kabarmu, An?” Riana menarik lurus bibirnya. Ia melihat kakinya yang ditutup dengan syal tebal lalu berkata, “Seperti yang Anda lihat. Saya … tidak bisa berjalan.” Dave menelan ludah. Ia melihat kaki Riana dan membasahi bibirnya. Ia lantas berbalik dan memanggil Aaron. “Eh, k-kenalkan. Ini adik ipar Eric. Suaminya Alicia,” ucap Dave. “Eric? Alicia?” Dave melihat Riana dan mengangguk pelan sebelum akhirnya memandang ayah kandung Riana yang memegangi kursi roda wanita itu. “Kita masuk dulu,” kata Iwan. Lelaki

  • Mantan Istri CEO   Ana Will Come

    Suara heel sepatu fantofel yang bersinggungan dengan keramik, menggema di lorong rumah sakit area ICU VIP itu.“Alicia, Aaron! Dave!”Alicia dan suaminya serta Dave segera berpaling. Mereka menyambut ayah kandung Eric itu dengan wajah sembab dan untaian air mata.“Dad,” panggil Alicia sembari melepas pelukan suaminya dan melebarkan kedua tangannya ke arah sang ayah.“Kenapa? Apa yang terjadi, hah?” tanya Sir Edmund. Ia berjongkok menatap wajah putrinya dan memeluknya sembari mengedarkan tatapannya pada semua yang ada di sana.“Eric … kata dokter dia … hiks … hiks….”Sir Edmund membasahi bibirnya. Ia mengusap wajah putrinya yang penuh air mata tapi juga melihat bingung ke arah Dave dan menantunya, Aaron.“Aaron! Dave! Katakan apa yang terjadi?!”Sir Edmund tak bisa lagi menahan gundah hatinya. Ia berdiri dan bertanya pada menantu dan sahabat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status