Share

BAB 3 Bantu Aku Mencarinya

Penulis: Kertas Berbisik
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 02:32:59

Regan bersiap untuk mandi dan membuka pintu kamar mandi. Sementara itu, Isabell pergi diam-diam untuk pulang tanpa memberi tahu siapa pun.

30 menit kemudian, Regan keluar dan berkata "Ayo kita makan malam... mau di resto apa..." belum siap Regan bicara, ia mengernyit saat menyadari ruangan itu kosong. Wanita itu tidak ada di sana. Awalnya, dia berpikir mungkin wanita itu hanya keluar sebentar, tapi firasatnya berkata lain.

Regan mendengus, "Setelah pakai, langsung di tinggal? Berani-beraninya"

Dengan cepat, ia meraih ponselnya dan menghubungi Leo “Leo, bantu aku mencari seseorang. Ya, seorang wanita”.

***

Keesokan harinya, di rumah keluarga Sinclair.

Hilda terisak di ruang tamu keluarga Sinclair, wajahnya basah oleh air mata. Hari ini ia pulang ke rumah orang tuanya untuk mengadu.

"Ma, sepertinya Marcel sangat marah. Dia memandangku dengan tatapan jijik" Hilda menangis disertai segugukan.

"Ma, Marcel sangat marah. Dia melihatku seolah aku menjijikan" tangisnya pecah, bahunya bergetar hebat.

Sonia Raharjo, sang nyonya rumah, menatap putrinya dengan penuh kemarahan. “Anak bodoh! Kamu sudah mendapatkan pewaris keluarga Oriza, tapi kamu masih berani bermain api dengan asistennya? Apa yang kamu pikirkan Hilda? Kamu telah mempermalukan keluarga Sinclair kita!”

“Ma, aku tahu aku salah… Tolong bantu aku bicara dengan keluarga Oriza. Aku tidak mau diceraikan!” Hilda memohon pada mamanya, berharap wanita itu bisa membantunya.

Melihat mamanya hanya menghembuskan nafas kasar, dia menatap papanya. "Pa..." panggilnya.

Namun Tuan Sinclair hanya duduk diam di sofa sambil memasang ekspresi jelek. Belum sempat Tuan Sinclair bicara, detik berikutnya, telepon rumah tiba-tiba berdering, memecah ketegangan di ruangan itu. Sonia segera berdiri dan mengangkat gagang telepon.

“Halo, ini rumah keluarga Sinclair.”

“Halo, saya Sebastian Santoso, pengacara keluarga Oriza. Klien saya telah menandatangani perjanjian perceraian dengan Nona Sinclair.”

"Apa?! Bagaimana bisa?!" Nyonya Sinclair terkejut, tubuhnya menegang.

“Perceraian ini akan diproses secepatnya. Saya akan mengirimkan dokumennya hari ini. Mohon kerja samanya.” Tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut, panggilan itu langsung terputus.

Nyonya Sinclair menatap gagang telepon dengan wajah pucat, sebelum akhirnya berbalik ke arah keluarganya.

"Ma, ada apa?" Tanya Theodore, tuan muda Sinclair. Ia adalah putra pertama keluarga Sinclair.

“Mereka ingin menceraikan Hilda,” ucapnya dengan suara gemetar.

“Apa? Tidak mungkin!” Theodore, putra sulung keluarga Sinclair, langsung berdiri. “Papa, kita harus melakukan sesuatu.”

“Tolong, Hilda pa! Kak Theo! Bagaimana bisa aku diceraikan di hari pertama setelah menikah?” Hilda menangis semakin keras.

Hilda menggigit bibirnya dengan gemetar. Amarah dan kepanikan bercampur menjadi satu dalam dadanya. Pikirannya masih kacau setelah ditinggalkan begitu saja oleh Marcel, tetapi ada satu hal yang kini menyita perhatiannya—senyum tipis yang melintas di wajah Isabella.

Mata Hilda menyipit, hatinya bergejolak. 'Dia… Apakah mungkin dia penyebabnya?'. Kemarin dia memang menyuruhnya melukis, daripada berada dipernikahannya. Karena dia tidak ingin Isabella mengambil perhatisn di hari specialnya.

Langkahnya refleks mendekati Isabella, tanpa memedulikan tatapan keluarganya yang masih dipenuhi keterkejutan atas keputusan Marcel.

“Kamu…” Hilda berbisik tajam. “Jangan bilang… Kau ada hubungannya dengan semua ini?”

Isabella mengangkat alis, ekspresinya tetap tenang seolah tak terganggu. “Apa maksudmu, Kak Hilda?” tanyanya dengan nada polos, namun sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lain.

“Kamu melukis kemarin kan? Kamu yang melukis itu kan?” Isabella mendesis. “Mengapa aku malakukan itu. Apa untungnya?”

"Jangan berpura-pura cewek sok polos, kamu pasti yang menhancurkan pernikahanku, kamu membalas dendam karena aku yang menyuruhmu melukis disepanjang acara" Seru Hilda dengan tatapan penuh amarah.

"Kak Hilda, kemarin aku pulang duluan, aku meninggalkan lukisanku di ruangan itu. Ruangan itu tidak dikunci, siapa yang tau jika akan ada yang menyalahgunakan?" Respon Isabella dengan suara tenang.

"Biar aku tunjukkan sesuatu," lanjutnya. "Aku sempat mengambil gambar lukisanku sebelum pulang kemarin."

Isabella mengangkat ponselnya, memperlihatkan foto sebuah lukisan dua ekor burung merpati yang bertengger berdampingan. Lukisan yang melambangkan kesetiaan dan cinta abadi.

Hilda terdiam, wajahnya menegang. Namun sebelum ia sempat membuka mulut, suara dentuman keras terdengar.

TOK!

Tuan Sinclair memukul lantai dengan tongkatnya, membuat suasana seketika hening.

"Cukup, Hilda. Papa akan bicara dengan Marcel nanti. Sekarang semuanya bubar," katanya dengan suara berwibawa. Tatapannya tajam saat mengarah pada Isabella. "Isabella, ikut aku ke ruang kerja."

Dengan langkah tenang, ia mengikuti Tuan Sinclair menuju ruang kerja.

Di dalam ruangan itu, Isabella berdiri di depan meja besar yang dipenuhi dokumen. Tuan Sinclair duduk di kursi kerja, menatapnya lama sebelum akhirnya berbicara.

"Aku dengar dari pengawal belakang, kamu mencoba untuk mengunjungi nenek di halaman belakang?" Tanya Tuan Sinclair.

"Om Dion, aku juga anggota keluarga Sinclair, apa aku bahkan tidak bisa bebas di rumah sendiri?" Tanya Isabella.

Tuan Sinclair tersenyum miring, lalu bangkit dari kursinya. Dengan langkah santai, ia berjalan mendekati Isabella, kemudian berhenti di belakangnya. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, berbisik di telinga gadis itu, "Apa itu artinya, kamu sudah mempertimbangkan untuk bersamaku?"

Isabella merasakan hawa dingin menjalar di tengkuknya. Ia meremas kedua telapak tangannya, menahan perasaan jijik yang muncul di hatinya. Lalu, dengan suara dingin dan penuh ketegasan, ia menjawab, "Mimpi saja."

Mata Tuan Sinclair menyipit, senyumnya memudar. Dalam satu gerakan, ia melangkah ke depan dan menatap Isabella dengan tajam.

"Kamu dikurung," ucapnya singkat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 4 Mereka Keluarga Top Dari Kota Tanra

    Detik berikutnya, terdengar ketukan di pintu ruang kerja. "Masuk," ujar Tuan Sinclair tanpa mengalihkan pandangannya dari Isabella. Pintu terbuka, memperlihatkan sosok Theodore yang berdiri dengan ekspresi tenang. "Ada apa?" tanya Tuan Sinclair. "Pa, Shela ada di depan. Dia ingin mengajak Isabella jalan-jalan," jawab Theodore. Mendengar itu, Isabella tersenyum kecil. Ia segera membalikkan tubuhnya menghadap Tuan Sinclair, menatap pria itu dengan ekspresi tenang. "Om Dion, bolehkah aku keluar?" tanyanya dengan lembut. Tuan Sinclair menyipitkan matanya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Keluarga Wijaya termasuk keluarga terpandang di kota Lithen. Sangat bagus jika kita tetap menjaga hubungan baik dengan mereka." Isabella menahan kelegaan yang muncul di hatinya. Dengan senyum manis, ia berkata, "Terima kasih, Om Dion." Namun, sebelum ia bisa berbalik, suara dingin Tuan Sinclair kembali terdengar. "Tapi ingat, hanya dua jam. Jika lewat dari itu, pengawalku akan menjemputm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 5 Isabella Ada Di Bandara

    "Bella, lihat! Mereka sudah dekat." Shela menunjuk ke arah luar sambil membuka kaca mobilnya. Shela telah memerintahkan sopirnya untuk berhenti sejak diipinggir jalan. Khusus untuk melihat konvoi itu. Isabella baru saja ingin menoleh ketika ponselnya tiba-tiba bergetar. Pandangannya langsung tertuju pada layar, dan begitu melihat ID peneleponnya, napasnya tertahan sesaat. Theodore. Baru satu jam pergi, dan pria itu sudah mengganggunya lagi. Dengan kesal, Isabella menonaktifkan ponselnya, melemparkannya ke dalam tas tanpa peduli. "Bella, apa kamu tadi lihat mereka?" Tanya Shela. Bella hanya mengangguk singkat sambil tersenyum. "Shella, ayo kita cepat pergi, kita tidak punya banyak waktu" "Oh iya, kamu benar. Pak ayo cepat ke bandara" perintahnya kepada sopirnya untuk segera melaju. Di sisi lain, Regan yang duduk di dalam mobil memperhatikan kendaraan yang melaju bersisian dengan mereka. Pandangannya tertarik pada dua gadis di dalamnya, tetapi hanya satu yang bisa ia lihat deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 6 Hampir Kabur

    Di bandara. "Shela, terima kasih telah membantuku," ucap Isabella dengan lembut. "Bella, jangan sungkan. Aku senang bisa membantu," jawab Shela sambil tersenyum. "Aku akan merindukanmu," kata Isabella lirih, menggenggam tangan Shela erat. Shela tersenyum, meski matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku juga, Bella. Tapi ini adalah langkah terbaik untukmu. Kejar impianmu, dan jangan pernah ragu untuk kembali jika kau butuh tempat bernaung." Isabella mengangguk. Suara pengumuman keberangkatan menggema di seluruh bandara. Ia menarik napas dalam, lalu memeluk Shela erat sebelum melangkah menuju gerbang keberangkatan. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesuatu. Puluhan pria berbaju hitam tersebar di sekitar bandara, tampak seperti sedang mencari seseorang. Detik berikutnya, darah Isabella mendidih. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat. "Brengsek..." gumamnya dengan geram. Shela ikut memperhatikan dan menyadari situasinya. "Mereka... orang-orang pamanku," Isabella

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 7 Ayahmu Menyukai Ibuku

    Sebuah tangan mencengkeram keras lengan Isabella, menariknya berdiri dari tempatnya..PLAK!Satu tamparan keras mendarat telak di pipinya. Tubuh Isabella terhuyung, dan rasa panas langsung menyebar di wajahnya. Ia menoleh cepat.“Theodore?” bisiknya nyaris tak terdengar.Wajah pria itu memerah, bukan karena malu, tapi karena marah yang nyaris tak tertahan. Dadanya naik turun, napasnya berat seperti menahan ledakan dalam dirinya.“Isabella… jadi kamu benar-benar di sini.” Ucap Theodore dengan suara berat, hampir seperti geraman yang ditahan.Isabella justru tersenyum sinis "Kamu kan bodoh, kenapa bisa tau aku ada di sini? Oh, pasti paman ya yang kasih tahu kamu?"Amarah Theodore kian memuncak. Jari telunjuknya teracung, menunjuk wajah Isabella dengan mata yang tajam. “Jangan pernah lagi bilang aku bodoh, Isabella.”Isabella menatapnya dingin, tanpa gentar sedikit pun. “Tapi nyatanya memang begitu, kan?” ucapnya pelan, namun penuh penekanan."Tujuan utama kalian bukan di sini, tapi di b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 8

    Theodore mengusap darah di sudut bibirnya. Matanya menatap tajam ke arah Isabella, yang kini berdiri tegak tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ia tahu, gadis ini dengan sengaja menmpar pipinya sediri untuk membuatnya dalam masalah."Pa!" bentak Thedore sambil menahan amarah. "Aku bisa jelaskan-"Tuan Sinclair mengangkat tangan, menghentikan ucapan putranya. "Tidak perlu! Sudah cukup jelas apa yang aku lihat""Tapi pa, Isabella-""Diam, Theodore. satu kata lagi aku akan mengambil semua fasilitasmu" bentak Tuan Sinclair. Kemudian matanya menoleh ke arah Isabella lagi, dan berkata "Bella, ikut paman ke ruang kerja". Kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang tamu.Di ruang kerja."Bella, sepertinya aku terlalu memberimu kebebasan ya" Ujar Tuan Sinclair sambil tertawa kecil. Isabella berdiri tegak di hadapan pria paruh baya itu, ekspresinya masih tenang sampai Tuan Sinclair melanjutkan kata-katanya."Nenekmu masuk ICU." Ucap Tuan Sinclair. "Apa?" Mata Isabella membesar "Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 1 - Merusak Pernikahan

    "Mamaaaaaa... papaaaaa, jangan tinggalin Isabella!" Suara jeritan gadis kecil menggema di sepanjang jalanan perbatasan kota Tenra dan Kota Lithen. Matanya membelalak, tubuhnya membeku di tempat, dan ice cream ditangannya seketika jatuh ke tanah, mencair perlahan. Jari-jarinya terangkat seolah ingin meraih sesuatu yang tak bisa disentuh. Tubuh Isabella kecil dengan paksa, ditarik ketika dia ingin bergegas mendekat. Tapi mata Isabella, tak bisa berpaling dari pemandangan mengerikan di depannya—mobil yang hancur, dan pecahan kaca mobil dimana-mana. Belum lagi kondisi kedua orang tuanya yang sangat menghawatirkan. Sebuah truk besar telah menghantam mobil sedan mereka yang menepi di pinggir jalan. Hanya beberapa menit lalu, orang tuanya masih tersenyum, menunggu Isabella yang sedang membeli es krim. Namun sekarang, senyuman itu telah sirna selamanya. "Nak, ayo menjauh dari sini!" suara seorang laki-laki dewasa tiba-tiba terdengar, tapi Isabella tetap berjuang untuk mendekati mobil

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 2 Mau Tidur Denganku?

    Setengah jam kemudian acara pernikahan akan berakhir, acara inti sudah dilewati. Saat ini Isabella sudah hampir selesai melukis. "Kesenangan sudah berakhir. Aku akan kembali ke kamar" Ucap Regan dan segera membalikan badan. Seketika langkahnya berhenti ketika melihat seorang gadis melukis dengan duduk tegak di depan kanvasnya, goresan kuasnya begitu tegas dan penuh makna. Cahaya lilin di ruangan itu menciptakan bayangan samar di wajahnya, tetapi ekspresinya tetap terlihat jelas—serius dan penuh konsentrasi. Perlahan, Regan melangkah mendekat. Mata tajamnya menangkap setiap detail dari lukisan yang sedang dikerjakan Isabella. Semakin jelas ia melihat, semakin dalam alisnya berkerut. "Apa yang kamu lukis?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris berbisik. Isabella menoleh sekilas, lalu tersenyum tipis. "Sebuah kebenaran." Regan menajamkan pandangan. Lukisan itu sangat bagus, di bagian bawah lukisan ada foto sepasang pengantin, tapi di bagian atas menampilkan sosok seorang pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24

Bab terbaru

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 8

    Theodore mengusap darah di sudut bibirnya. Matanya menatap tajam ke arah Isabella, yang kini berdiri tegak tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ia tahu, gadis ini dengan sengaja menmpar pipinya sediri untuk membuatnya dalam masalah."Pa!" bentak Thedore sambil menahan amarah. "Aku bisa jelaskan-"Tuan Sinclair mengangkat tangan, menghentikan ucapan putranya. "Tidak perlu! Sudah cukup jelas apa yang aku lihat""Tapi pa, Isabella-""Diam, Theodore. satu kata lagi aku akan mengambil semua fasilitasmu" bentak Tuan Sinclair. Kemudian matanya menoleh ke arah Isabella lagi, dan berkata "Bella, ikut paman ke ruang kerja". Kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang tamu.Di ruang kerja."Bella, sepertinya aku terlalu memberimu kebebasan ya" Ujar Tuan Sinclair sambil tertawa kecil. Isabella berdiri tegak di hadapan pria paruh baya itu, ekspresinya masih tenang sampai Tuan Sinclair melanjutkan kata-katanya."Nenekmu masuk ICU." Ucap Tuan Sinclair. "Apa?" Mata Isabella membesar "Kenapa

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 7 Ayahmu Menyukai Ibuku

    Sebuah tangan mencengkeram keras lengan Isabella, menariknya berdiri dari tempatnya..PLAK!Satu tamparan keras mendarat telak di pipinya. Tubuh Isabella terhuyung, dan rasa panas langsung menyebar di wajahnya. Ia menoleh cepat.“Theodore?” bisiknya nyaris tak terdengar.Wajah pria itu memerah, bukan karena malu, tapi karena marah yang nyaris tak tertahan. Dadanya naik turun, napasnya berat seperti menahan ledakan dalam dirinya.“Isabella… jadi kamu benar-benar di sini.” Ucap Theodore dengan suara berat, hampir seperti geraman yang ditahan.Isabella justru tersenyum sinis "Kamu kan bodoh, kenapa bisa tau aku ada di sini? Oh, pasti paman ya yang kasih tahu kamu?"Amarah Theodore kian memuncak. Jari telunjuknya teracung, menunjuk wajah Isabella dengan mata yang tajam. “Jangan pernah lagi bilang aku bodoh, Isabella.”Isabella menatapnya dingin, tanpa gentar sedikit pun. “Tapi nyatanya memang begitu, kan?” ucapnya pelan, namun penuh penekanan."Tujuan utama kalian bukan di sini, tapi di b

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 6 Hampir Kabur

    Di bandara. "Shela, terima kasih telah membantuku," ucap Isabella dengan lembut. "Bella, jangan sungkan. Aku senang bisa membantu," jawab Shela sambil tersenyum. "Aku akan merindukanmu," kata Isabella lirih, menggenggam tangan Shela erat. Shela tersenyum, meski matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku juga, Bella. Tapi ini adalah langkah terbaik untukmu. Kejar impianmu, dan jangan pernah ragu untuk kembali jika kau butuh tempat bernaung." Isabella mengangguk. Suara pengumuman keberangkatan menggema di seluruh bandara. Ia menarik napas dalam, lalu memeluk Shela erat sebelum melangkah menuju gerbang keberangkatan. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesuatu. Puluhan pria berbaju hitam tersebar di sekitar bandara, tampak seperti sedang mencari seseorang. Detik berikutnya, darah Isabella mendidih. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat. "Brengsek..." gumamnya dengan geram. Shela ikut memperhatikan dan menyadari situasinya. "Mereka... orang-orang pamanku," Isabella

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 5 Isabella Ada Di Bandara

    "Bella, lihat! Mereka sudah dekat." Shela menunjuk ke arah luar sambil membuka kaca mobilnya. Shela telah memerintahkan sopirnya untuk berhenti sejak diipinggir jalan. Khusus untuk melihat konvoi itu. Isabella baru saja ingin menoleh ketika ponselnya tiba-tiba bergetar. Pandangannya langsung tertuju pada layar, dan begitu melihat ID peneleponnya, napasnya tertahan sesaat. Theodore. Baru satu jam pergi, dan pria itu sudah mengganggunya lagi. Dengan kesal, Isabella menonaktifkan ponselnya, melemparkannya ke dalam tas tanpa peduli. "Bella, apa kamu tadi lihat mereka?" Tanya Shela. Bella hanya mengangguk singkat sambil tersenyum. "Shella, ayo kita cepat pergi, kita tidak punya banyak waktu" "Oh iya, kamu benar. Pak ayo cepat ke bandara" perintahnya kepada sopirnya untuk segera melaju. Di sisi lain, Regan yang duduk di dalam mobil memperhatikan kendaraan yang melaju bersisian dengan mereka. Pandangannya tertarik pada dua gadis di dalamnya, tetapi hanya satu yang bisa ia lihat deng

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 4 Mereka Keluarga Top Dari Kota Tanra

    Detik berikutnya, terdengar ketukan di pintu ruang kerja. "Masuk," ujar Tuan Sinclair tanpa mengalihkan pandangannya dari Isabella. Pintu terbuka, memperlihatkan sosok Theodore yang berdiri dengan ekspresi tenang. "Ada apa?" tanya Tuan Sinclair. "Pa, Shela ada di depan. Dia ingin mengajak Isabella jalan-jalan," jawab Theodore. Mendengar itu, Isabella tersenyum kecil. Ia segera membalikkan tubuhnya menghadap Tuan Sinclair, menatap pria itu dengan ekspresi tenang. "Om Dion, bolehkah aku keluar?" tanyanya dengan lembut. Tuan Sinclair menyipitkan matanya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Keluarga Wijaya termasuk keluarga terpandang di kota Lithen. Sangat bagus jika kita tetap menjaga hubungan baik dengan mereka." Isabella menahan kelegaan yang muncul di hatinya. Dengan senyum manis, ia berkata, "Terima kasih, Om Dion." Namun, sebelum ia bisa berbalik, suara dingin Tuan Sinclair kembali terdengar. "Tapi ingat, hanya dua jam. Jika lewat dari itu, pengawalku akan menjemputm

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 3 Bantu Aku Mencarinya

    Regan bersiap untuk mandi dan membuka pintu kamar mandi. Sementara itu, Isabell pergi diam-diam untuk pulang tanpa memberi tahu siapa pun. 30 menit kemudian, Regan keluar dan berkata "Ayo kita makan malam... mau di resto apa..." belum siap Regan bicara, ia mengernyit saat menyadari ruangan itu kosong. Wanita itu tidak ada di sana. Awalnya, dia berpikir mungkin wanita itu hanya keluar sebentar, tapi firasatnya berkata lain. Regan mendengus, "Setelah pakai, langsung di tinggal? Berani-beraninya" Dengan cepat, ia meraih ponselnya dan menghubungi Leo “Leo, bantu aku mencari seseorang. Ya, seorang wanita”. *** Keesokan harinya, di rumah keluarga Sinclair. Hilda terisak di ruang tamu keluarga Sinclair, wajahnya basah oleh air mata. Hari ini ia pulang ke rumah orang tuanya untuk mengadu. "Ma, sepertinya Marcel sangat marah. Dia memandangku dengan tatapan jijik" Hilda menangis disertai segugukan. "Ma, Marcel sangat marah. Dia melihatku seolah aku menjijikan" tangisnya pecah, bahuny

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 2 Mau Tidur Denganku?

    Setengah jam kemudian acara pernikahan akan berakhir, acara inti sudah dilewati. Saat ini Isabella sudah hampir selesai melukis. "Kesenangan sudah berakhir. Aku akan kembali ke kamar" Ucap Regan dan segera membalikan badan. Seketika langkahnya berhenti ketika melihat seorang gadis melukis dengan duduk tegak di depan kanvasnya, goresan kuasnya begitu tegas dan penuh makna. Cahaya lilin di ruangan itu menciptakan bayangan samar di wajahnya, tetapi ekspresinya tetap terlihat jelas—serius dan penuh konsentrasi. Perlahan, Regan melangkah mendekat. Mata tajamnya menangkap setiap detail dari lukisan yang sedang dikerjakan Isabella. Semakin jelas ia melihat, semakin dalam alisnya berkerut. "Apa yang kamu lukis?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris berbisik. Isabella menoleh sekilas, lalu tersenyum tipis. "Sebuah kebenaran." Regan menajamkan pandangan. Lukisan itu sangat bagus, di bagian bawah lukisan ada foto sepasang pengantin, tapi di bagian atas menampilkan sosok seorang pria

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 1 - Merusak Pernikahan

    "Mamaaaaaa... papaaaaa, jangan tinggalin Isabella!" Suara jeritan gadis kecil menggema di sepanjang jalanan perbatasan kota Tenra dan Kota Lithen. Matanya membelalak, tubuhnya membeku di tempat, dan ice cream ditangannya seketika jatuh ke tanah, mencair perlahan. Jari-jarinya terangkat seolah ingin meraih sesuatu yang tak bisa disentuh. Tubuh Isabella kecil dengan paksa, ditarik ketika dia ingin bergegas mendekat. Tapi mata Isabella, tak bisa berpaling dari pemandangan mengerikan di depannya—mobil yang hancur, dan pecahan kaca mobil dimana-mana. Belum lagi kondisi kedua orang tuanya yang sangat menghawatirkan. Sebuah truk besar telah menghantam mobil sedan mereka yang menepi di pinggir jalan. Hanya beberapa menit lalu, orang tuanya masih tersenyum, menunggu Isabella yang sedang membeli es krim. Namun sekarang, senyuman itu telah sirna selamanya. "Nak, ayo menjauh dari sini!" suara seorang laki-laki dewasa tiba-tiba terdengar, tapi Isabella tetap berjuang untuk mendekati mobil

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status