Share

Lagi

Penulis: Call Me Ans
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-15 15:00:20

            Dua pasang bibir menyatu, seiring embusan napas yang memburu. Hana yang memulai ini semua sadar mereka berdua tak punya apa-apa lagi untuk ditanyakan. Percuma, apa yang terjadi di antara dirinya dan Pak Robert sudah macam benang kusut yang entah di mana ujung dan pangkalnya.

            “Mphhhhh…. !!”

            Dengung pendingin ruangan menyambut panasnya dua tubuh mereka. Hana mulai melenguh begitu Pak Robert mulai sadar apa yang terjadi. Ia menarik bibir Hana stenggelam semakin dalam. Tangannya bertualang ke belakang kepala Hana lewat leher.

            “Shhhh….” Ciuman terjeda singkat, Hana dengan senyum genitnya menatap teduh mata Pak Robert. “Aku nggak bisa jawab sekarang nggak papa k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Makin Tua Makin Cinta   Mustahil Menang dari Pak Robert

    “Enam sembilan?” Lamat Hana memperhatikan Pak Robert di bawahnya. “Iya enam sembilan sayang.” Kedua tangan Pak Robert melingkari tubuh Hana dan mendekapnya. “Kamu nggak tahu enam sembilan?” Di atas dada Pak Robert Hana bingung. Entah harus mengangguk atau menggeleng. “A-aku pernah denger sih, Pak. Ta-tapi belum pernah.” ‘Muachhhh…’ Satu kecupan kecil nan mesra mendarat di kening Hana. “Kalau gitu kamu harus cobain. Semua hal di dunia ini ada kali pertamanya kan say

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Makin Tua Makin Cinta   Tidak Bisakah Selamanya?

    Tangan Pak Robert ternyata mengincar tempat lan. Sesuatu yang tak pernah Hana waspadai. Ia benar-benar tidak siap kalau ternyata jari Pak Robert mengincar biji klitorisnya. “AKHHHHHH…. DADDYYYY…. !!!” Tubuh Hana menggelinjang hebat. Rasa nikmat bertumpuk berkali-kali lipat. Batang yang keluar masuk menyesaki dinding vagina dan jari Pak Robert yang menari-nari dengan biji sensitifnya. Keringat semakin deras bercucuran, tubuh Hana bak mesin jahit yang pedalnya ada di tangan Pak Robert. Ia ingin bergenti tapi ini semua terlalu nikmat untuk dlewatkan. Alhasil, tubuhnya terus bergerak maju mundur, naik turun dengan tempo cepat.&n

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Makin Tua Makin Cinta   Insting Seorang Ibu

    Setengah jam lamanya rasa kesal Hana menggantung. Tiga puluh menit sendiri ia habiskan hanya untuk mendengarkan Pak Robert berdebat dengan manusia di seberang telepon sana. Sepertinya urusan yang serius, Pak Robert bahkan sampai turun dari ranjang. Menatap jauh ke luar jendela dengan minuman soda di tangannya. “Iya sudah oke! Fine!” nada bicara pria itu meninggi di akhir kalimat. “Aku ke kantor sekarang. Tunggu sebentar!” Telepon dimatikan, tapi Hana sedikit pun tak merasa lega. Bola matanya yang bergerak mengamati Pak Robert yang gusar bolak balik dapur dan kamar mandi. Dari gerakannuya, mustahil Pak Robert mau melanjutkan obrolan mereka berdua tadi. Apalagi permainan mereka yang belum sampai puncak.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Makin Tua Makin Cinta   Satu Permintaan

    Suara yang bisa dipastikan bukan keluar dari mulut Hana maupun Halimah. Sontak saja, sepasang kaki Hana melangkah cepat ke ranjang tidur yang diputari kain tirai warna hijau ‘Srakkkk….’ Senyumnya mengembang menyambut Hana saat tirai terbuka. Hana tak kuasa membendung haru melihat ibunya sekarang sudah bisa tersenyum.“Ibuu…. “Rasa bahagia yang tak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tubuh Hana berhambur, dua lengannya terbuka lebar memeluk Ibunya dengan hati-hati.“Akhirnya ibu bisa ketemu kamu lagi sayang…” ucap Sang Ibu setengah berbisik. Menunjukkan tenaganya yang belum sempurna pulih, namun tak bisa mengelak dari rasa senangnya melihat Hana.“Hana di sini kok, Bu.&

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Makin Tua Makin Cinta   Merujuk pada Satu Orang

    “Ni—” Bahkan untuk merampungkan satu kata utuh pun Hana tak sanggup. Napasnya tersengal, lidahnya kelu. “Ni-nikah?” tandasnya terseok-seok. Seperti disambar petir di siang bolong, Hana kaget bukan kepalang. Ingin rasanya menarik kembali tawaran yang terlanjur ia berikan pada sang ibu. Rasanya ingin memutar waktu kembali. Kalau saja Hana tahu permintaan ibunya. Hana tak akan memberikan tawaran satu permintaan padanya. “Nikah, Bu?” Pandangan Hana yang tadinya kabur karena air mata mendadak jadi bening cerah seketika. Ia tidak sedang bermimpi. Inilah kenyataan yang harus ia hadapi. “Iya nikah, Han.” Ibu Hana mengangguk lemah. “Sudah ibu bilang

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Makin Tua Makin Cinta   Pahlawan

    Suara knalpot mobil sport memekakkan telinga. Deru mesin 5000 tenaga kuda mengalahkan suara kendaran mana saja yang beredar sepanjang jalan raya. Puluhan pasang mata tersedot perhatiannya. Lebih-lebih lagi satu mobil dan penumpang dua motor di kiri kanan saat mobil merah tersebut berhenti di lampu merah. Semua mata tampak kagum sekaligus iri melihat kemilapnya body mbil 3 miliar lebih di sebelahnya. Tapi sekejap kemudian tatapan mereka berubah miris saat menangkap sang pengemudi. Seorang perempuan muda menangis sesenggukan di dalam. “Lihat deh, Pa. Buat apa naik mobil mewah kalau nangis. Mending kita ya, naik motor butut tapi bahagia,” ucap seorang ibu-ibu yang duduk di belakang pada suami di depannya. Tentu saja dengan suara bisik-bisik yang tak bisa didengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Makin Tua Makin Cinta   Menyentuh Hati

    Hening ternyata menyergap kamar apartemen lebih lama dari yang mereka berdua kira. Keduanya sama-sama membisu telentang di atas ranjang king size menghadp langit-langit yang berhias ukiran mengelilingi lampu. Bukan karena mereka betah dengan posisi ini, berulang kali Pak Robert coba mengajak Hana bicara. Melempar gurauan atau candaan yang sekiranya bisa mencairkan suasana. Tapi respon Hana masih sama. Dari awal ia hanya menjawab ‘iya’ atau ‘tidak’. Sisanya tidak lebih dari gelengan kepala atau gestur tubuh. “Aku bukan orang yang gampang nyerah, Han.” Suara Pak Robert limbung. Tak ada muatan emosi di dalamnya. “Baru kali ini kamu membuatku menyerah.” Kepalanya berputar, menoleh Hana di sebelahnya yang masih tak bergeming. &ld

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Makin Tua Makin Cinta   Jangan Buru-Buru

    Tak ada yang bisa dilakukan Pak Robert. Tubuhnya seperti dahan pohon bonsai yang dicencang tali kawat, aku, diam membisu tak bergerak. Siapa yang mengira kalau Hana akan langsung menyergap bibirnya. Sepanjang lebih dari sepuluh detik berjalan, Pak Robert cuma bisa diam tak merespon apa pun. ‘Shhhh….’ Hana yang merasa musuhnya tak merespon melepaskan ciuman panjangnya. Biru bola matanya menangkap Pak Robert yang terbelalak kosong. Bingung. “Hahahhaa…. Pak Robert apaan sih,” protes Hana geli. “Nggak usah liat Hana kayak gitu deh. Kayak nggak pernah dicium Hana aja.” “Iya em

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18

Bab terbaru

  • Makin Tua Makin Cinta   Akhir

    Genderang perang tak kasat mata ditabuh. Suaranya terdengar di telinga semua orang. Pintu yang digebrak paksa masih lebih sopan dari meledakkan pintu apartemen. Tapi sekarang, aroma kengeriannya tercium sama pekat. Semua orang memasang posisi siaga. “AAAAAA….. LEPASINNN… !!!” Intan lebih dulu berlari menarik dan mengevakuasi Hana. Sementara Pak Wahyu menerajang masuk, ke arah 8 orang yang sudah bersiaga. ‘Baaakkkk… Bukkk… Sraaakkk….!!!’ Satu tendangan di dada dan satu pukulan telak di belakang leher cukup menggelaprkan satu orang preman. Pak Wahyu mendarat manis, kaki memasang kuda-kuda, tangannya bersilang-silang layaknya pendekar. Tujuh orang membuka diri. Dengan cepat membentuk lingkaran dengan Pak Wakyu dan Pak Robert ada di tengah-tengahnya. ‘Plokkk… plok… plokkk…. !!!!’ Pak Hartono tersnyum licik. “Jadi ada yang mau jadi pahlawan sekarang.” Tenang ia melangkah menghampiri koper yang

  • Makin Tua Makin Cinta   Pertarungan Terakhir

    Mobil Ford hitam terus melaju meski hanya berisi dua orang, Pak Robert dan seorang sopir pribadi yang juga sekaligus paman Intan. Kemacetan yang menumpuk hampir setiap lampu merah dan sengatan matahari tak mengurutkan niat mereka. “Semua harus selesai hari ini. Harus.” Sejenak Pak Robert terpejam. Dingin udara dalam mobil tak berhasil mengusir atmosfer panas dan ambisinya yang membara. Sejenak kepalanya menoleh ke belakang. Memastikan brangkas hitam berisi surat-surat penting miliknya masih di bangku tengah. Satu-satunya senjata terakhir yang Pak Robert punya hanya itu. Kalau saja negosiasi ini gagal, maka yang terakhir harus ia pertahurkan adalah PT. Cakra.Ia yakin seratus perse

  • Makin Tua Makin Cinta   Yang Terjadi di Jakarta

    Gemetaran, tangan Hana tak lagi kuasa memegangnya. Ponsel barunya tergeletak begitu saja di atas meja. Hana ganti menggigiti ujung kuku jarinya. ‘Tinggg…. Tinggg…. !!!’ Mata Hana terbelalak, panggilan masuk ganti mendarat di ponselnya. Pak Robert menghubunginya balik. Jujur Hana bingung. Menoleh ke kanan kiri tapi tak ada satu pun orang. Hana menarik napas panjang mengurai sesak di dadanya. Tidak-tidak… Ia tidak boleh mengabaikannya. Orang ini yang dari tadi ia cari. Hatinya langsung bergetar begitu nama itu muncul di atas layar ponselnya. Dengan napas yang tertahan di tenggorokan, tangan Hana be

  • Makin Tua Makin Cinta   Mereka Datang

    “Kupikir-pikir memang sudah dari dulu aku harusnya pisah sama dia.” Suaranya layu, wajahnya tercenung kosong. Sudah setengah jam lamanya ia sama sekali tak menyinggung semangkuk bibir di depannya. Dari sejak bubur itu masih mengepulkan asap tipis dan aroma beras bercampur bumbu kacang sampai dingin. Sudah setengah jam juga Juni membiarkan kakaknya diam. Sampai lama-lama ia tidak tahan sendiri. “Sudahlah, Kak Feb.” Tak tahan, tangannya bergerak memeluk lengan kakaknya. “Dua bulan sudah Kak Febri kayak gini.” Api di matanya ikut padam. “Mau sampai kapan, Kak? Udah dong. Mending Kaka sekarang makan buburnya dulu deh. Enak kok. Nggak kayak dulu pas aku masih belajar masak.”

  • Makin Tua Makin Cinta   Apa Masih Sama?

    “Cie HP baru nih yee….” Usil tangan Dinda tahu-tahu menjumput ujung dagu Hana dari belakang. Tiba-tiba muncul sampai Hana melonjak kaget hampir terjatuh dari kursi kasir. Refleks menepis tangan Dinda yang justru terpingkal-pingkal melihat mimik kaget Hana yang menggemaskan. “Ishhhh…. Dinda setan… !!!” umpatnya. Telapak tangannya sudah diangkat hampir melayangkan tabokan tapi urung. Melihat Dinda terpingkal ia jadi ikut terpingkal. “Nyebelin ih….” “Lagian HP baru tuh harusnya traktiran kek. Ini anyep-anyep bae…” imbuh Dinda dengan bahasa jawanya yang medok. me “Eh, gue beli HP juga gara-gara Bos Steven ya. Enak a

  • Makin Tua Makin Cinta   Cara lain

    “Whatt???” Dahi Intan mengerut sampai mencetak sepasang jurang kecil di antara ujung alisnya. “Seriously?” Mulutnya terperangah tak percaya. Raut kagetnya bukan tanpa alasan, Intan adalah salah satu orang yang tahu masa lalu Pak Robeert dengan Helena. “Ja-jadi? Jadi setelah selingkuh dengan kakaknya sekarang dia?” Intan sampai tak bisa merampungkan kalimatnya. Tapi baik David maupun Pak Robert tahu apa yang ia pikirkan. Apa yang membuat ekspresi tak percaya di wajahnya masih bertahan sampai sekarang. “Oh my god…” Kepala Intan menggeleng. “Sumpah nggak habis pikir aku.” “Sudahlah, Tan.” Suara Pak Robert t

  • Makin Tua Makin Cinta   Dalang

    Ada yang membuat kantor PT. Cakra siang ini terasa lebih panas dari biasanya bagi Pak Robert. Bukan karena pendingin ruangan yang di mana-mana banyak bocor. Tapi akhirnya kasus yang sudah 3 bulan lebih mengendap menemukan benang merahnya. Pak Robert tak mau urusan ini jadi arang dalam sekam. Ia mau Intan mengurus sampai akar. Sampai sang dalang dari dua puluh lima orang IT yang ingin melarikan diri diketahui. ‘Klekkkk….’ Gagang pintu ruangan Hana yang skarang difungsikan untuk Intan berputar. Lembaran kaca tebal yang buram melambai terbuka. Pak Robert muncul dengan setela kemeja biru telur asin dibalut taxedo hitam dengan celana khaki berwarna senada.&

  • Makin Tua Makin Cinta   Hidup sendiri-sendiri

    “APA KAMU BILANG?!!” Benar saja, bahkan Bu Febri belum sampai merampungkan kalimatnya. “AKU?” Telunjuk Pak menuding mukanya yang sudah memerah padam. “AKU DISURUH MINTA MAAF SAMA LAKI-LAKI BANGSAT SATU ITU? NGGAK!!” “Pakkk… Tapi ini demi Hana…” Bu Febri bergelayut di lengan suaminya. “Tolong sekali ini saja, Pak. Demi Hana. Demi anak kita satu-satunya, Pak.” Suara rintihan Bu Febri terdengar begitu menyakitkan. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan Pak Hartono sampai-sampai ia tega membiarkan sang istri mengemis. “SEKALI ENGGAK YA ENGGAK!!” Pak Hartono makin melotot, menarik lepas tangannya yang digelayuti sang istr

  • Makin Tua Makin Cinta   Satu Syarat

    Setengah hari satu malam waktu terlewat. Bu Febri telah sampai kenyataan mau sebanyak apa waktu yang ia punya tak akan cukup. Ia tak akan berhasil membawa Hana pulang. Bukan karena usahanya membujuk Hana kurang. Bukan karena air mata yang jatuh masih kurang banyak. Hana sudah memberikan syarat padanya. Gadis itu berjanji mau pulang kembali ke rumah di Jakarta bersama-sama mereka setelah satu syaratnya terpenuhi. “Ibu hati-hati ya sampai di Jakarta,” bisik Hana di pintu terakhir dermaga tempat pengantar dan penumpang kapal penyeberangan harus berpisah. Dalam dekapa putrinya, susah payah Bu Febri menahan air mata. Hangat tubuh Hana. Aroma shampo yang masih sama di rambutnya. Suara centil y

DMCA.com Protection Status