Wanita yang sedang berada di sebuah makam kedua orang tuanya, menangis tersedu - sedu dia tidak menyangka akan ditinggalkan oleh kedua orang tuanya secepat ini. Sekarang dia hidup sebatang kara tanpa kerabat ataupun keluarga. Kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan antar bus, ketika hendak kedua orang tuanya ingin berpergian ke Jakarta untuk bekerja disana tetapi naas mereka meninggal ditempat.
Sania Larasati itulah namanya wanita yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas, sekarang dia harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Mau tidak mau Sania harus menggantikan kedua orangtuanya untuk bekerja di Jakarta.
Dia berpamitan ke makam kedua orangtuanya untuk berangkat ke Jakarta, sangat berat meninggalkan tempat tinggalnya apalagi makam kedua orang tuanya berada disini. Sania melangkahkan kakinya meninggalkan makam tersebut sambil menangis, sesampainya di depan ujung jalan Sania berdiri seorang diri sambil menunggu bus yang ditumpanginya Menuju ketempat kerjanya itu.
Sebenarnya dia tidak begitu takut untuk bekerja ditempat seorang milyader itu karena disana ada Yanti yang lebih dulu bekerja disana.
Didalam perjalanan tak henti - hentinya Sania berdoa memohon keselamatan menuju ke Jakarta dia masih trauma atas apa yang dialami oleh kedua orangtuanya. Antara Bandung dengan Jakarta cukuplah jauh baginya karena ini pengalaman pertamanya dia keluar dari daerah yang ia tinggali.
Sesampainya di pangkalan bus Sania turun lalu beristirahat sebentar sambil membeli makanan sekedar untuk mengganjal perutnya sebelum ia melanjutkan ketempat tujuannya. Setelah selesai mengisi perutnya Sania melanjutkan perjalanannya sambil memegang secarik kertas yang sudah ia pegang. Dilihatnya lagi kertas itu untuk membaca alamat sang majikannya. Yanti telah memberikan alamat tersebut saat pemakaman kedua orangtua Sania.
Sania memutuskan untuk menuju kerumah majikannya menggunakan ojek dan memberikan alamat tersebut.
“Pak, apa bisa antarkan saya ke alamat ini?” tanya Sania sambil memberikan secarik kertas ditangannya
“Oh bisa neng, mari saya antar” ucap tukang ojek itu setelah membaca alamat itu.
Tak butuh waktu lama mereka berhenti didepan rumah yang sangat besar melebihi rumah pada umumnya, Sania turun lalu membayar sejumlah uang kepada tukang ojek tersebut. Sekali lagi Sania menatap rumah yang begitu besar dengan gerbang yang begitu tinggi, Sania rasa tidak ada yang mampu masuk ke dalam rumah tersebut.
Dengan penuh keberanian Sania memencet bel yang berada di samping gerbang, tak lama kemudian keluarlah seorang satpam dengan sopannya.
“Cari siapa ya neng?” tanya satpam tersebut
“Saya Sania pak, saya disini disuruh kak Yanti untuk kerumah ini”
“Oh Yanti ya, kalau gitu masuk neng. Bapak panggilkan Yanti ke dalam sebentar” ucap satpam itu meninggalkan Sania di depan pos satpam
Sania melihat sekeliling rumah tersebut sangat besar dan luas dengan taman yang sanga cantik dan ada air mancurnya juga seperti istana didalam dongeng.
Tak lama kemudian datang seorang wanita yang tidak jauh umurnya dengan Sania menghampiri Sania.
“Sania, akhirnya kamu sampai juga” ucapnya sambil memeluk gadis itu
Sania tersenyum dan membalas pelukan Yanti yang ia sudah anggap kakak kandungnya sendiri.
“Ayo masuk San, aku kenalin sama majikan kita mereka sudah menunggu kedatangan kamu” Yanti mengajaknya kedalam menggandeng tangan Sania menuju kedalam rumah
Ternyata majikannya sudah menunggunya dan sedang duduk sambil menikmati cemilan diatas meja. seorang wanita Dan pria paruh baya yang terlihat elegan bangun dari kursi menghampiri Sania dan Yanti.
“Kamu Sania anaknya Pak Suryanto dan ibu Lasmi ya? Cantik banget kamu seperti Ibumu” ucap wanita itu dengan sopannya
“Iya, nyonya. Terima kasih atas pujiannya” ucap Sania
“Maaf ya San, saya dan suami tidak bisa ke pemakaman ayah dan ibumu” Ucap Wania itu dengan rasa bersalahnya
“Ahhh, tidak apa - apa nyonya, Saya mengerti” ucap Sania
“Perkenalkan saya Mariam Dimitri dan ini suami saya Erlangga Dimitri” ucap Mariam kepada Sania
Erlangga mengulurkan tangannya ke Sania dan Sania membalas uluran tersebut
“Senang berkenalan dengan kamu Sania”
“Saya juga Tuan, senang bisa bertemu dengan Tuan dan Nyonya”
“Yanti antarkan Sania ke kamarnya dan segera siapkan makan malam karena anak saya dan tunangannya akan datang” ucap Nyonya Mariam kepada Yanti dan Sania
“Baik, Nyonya akan saya kerjakan. kami permisi” ucap Yanti membungkukan badannya lalu pergi.
Yanti mengantarkan Sania ke dalam kamar yang sudah disiapkan, kamar tersebut berada di belakang tidak jauh dari dapur dan bersebelahan dengan kamar Yanti.
“Kak, aku boleh tanya?” tanya Sania saat sudah di dalam kamar
“Apa?”
“Ternyata Mereka sangat baik ya, aku kira bakalan kayak di film - film gitu”
“Ngaco kamu San, kebanyakan nonton sinetron sih” ucap Yanti sambil memukul lengan Sania. “Ya udah kamu beres - beres dulu aja San, setelah itu ke dapur ya buat makan malam” ucap Yanti lagi
“Oke”
Yanti pergi keluar meninggalkan Sania, sedangkan Sania membereskan bajunya memasukan kedalam lemari yang tidak begitu besar. Saat dirasa sudah beres Sania segera pergi menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
“Wah, banyak sekali bahan masaknya kak, orang kaya mah bebas” kekeh Sania
“Wajar dong, namanya juga seorang milyader apapun bisa mereka lakukan termasuk ini”
Sania mulai mengiris bawang bawangan beserta sayur mayur sedangkan Yanti sibuk membersihkan ikan dan ayam yang lumayan banyak.
“Hari ini kita masak apa ka?” tanya Sania
“Nyonya berpesan sih disuruh masak ayam tepung pedas manis, ikan pepes, sayur capcay sama sambel terasi” ucap Yanti
“Orang kaya ternyata suka sambel terasi ya”
“Jangan salah kamu San, walaupun Nyonya dan Tuan seorang milyader tetapi dia masih suka masakan sederhana. Kecuali Tuan Arvan yang tidak suka dengan makanan sederhana apalagi sambel terasi di lihat aja tidak mungkin” ucap Yanti. “Asal kamu tau ya, Tuan Arvan dengan tunangannya itu sombong” bisiknya ke telinga Sania
“Ah masa sih kak? Orang tuanya aja baik banget”
“Entah lah” ucap Yanti menaikan kedua bahunya
Arvan Dimitri putra tunggal dan pewaris Giant Grup perusahaan terbesar di Asia, seseorang yang sombong, arogan, mau menang sendiri tetapi terhadap orang tua dan kekasihnya sangatlah penyayang. Banyak wanita tergila - gila padanya semua akan tunduk sekali kedip saja, tetapi dia sangat setia kepada tunangannya itu yang sudah ia pacari selama tiga tahun.
Mereka dengan cepat segera memasak makanan untuk makan malam. Karena sebentar lagi Arvan Margaratte akan segera datang.
Akhir selesai juga masakan yang mereka masak, mereka membawa makanan tersebut ke Meja makan.
“Mama, papa, Arvan sama Margarette datang” teriak Arvan dari luar menuju kedalam rumah.
“Hay anak calon menantu kesayangan mama, kamu makin cantik aja” ucap Maryam kepada Margarette
“Margarette aja nih yang jadi kesayangan, Arvan anak mama sendiri tidak?” rajuk Arvan
“Kamu juga sayang” ucap mama mencium pipi anaknya itu
Pertama kali Sania melihat anak majikannya dirumah ini kesan yang ia lihat ternyata Arvan sangatlah tampan dengan kulit putihnya, wajah yg nyaris sempurna, tinggi. Sedangkan margarette dia sangat cantik, tinggi, pitih seperti princess dalam dongeng. Mereka sangatlah cocok. Sania melamun sampai - sampai Yanti menyenggol lengan Sania supaya tidak melamun.
Mereka duduk Berdampingan, tampak sangat ceria keluarga tersebut. Sania membantu menuangkan minuman kepada majikannya tapi tiba - tiba saja air yang hendak ia tuangkan tumpah terkena baju Arvan. Tatapan Arvan tiba - tiba menajam memandangi Sania ingin menerkamnya. Dengan cepat Sania membersihkan air yang terkena baju Arvan, tetapi Arvan menepis tangan Sania dengan kasar.
“Berani - beraninya kamu menumpahkan air minum ke baju saya, kamu pikir bisa mengganti baju saya ini!” teriak Arvan sambil menunjuk - nunjuk wajah Sania.
Sania hanya tunduk terdiam. Air matanya mulai menetes tapi ia tahan dia tidak ingin menangis di depan majikannya.
“Sudah Arvan, Sania tidak sengaja” ucap Erlangga menengahi
“Dia siapa sih, belum pernah Arvan melihatnya disini”
“Dia Sania pembantu baru kita Van”
Dengan mata yang sudah berair Sania memberanikan diri untuk bicara. “Maa.. Maaf Tuan, saya tidak sengaja” ucapnya parau
“Ah menyebalkan. Sekali lagi saya liat kamu seperti ini kamu akan tau akibatnya” ancam Arvan
“Yanti, Sania kalian boleh pergi” ucap Maryam
“Permisi Nyonya, Tuan” ucap mereka
Yanti menghela nafas panjang setelah kejadian tersebut yang baru saja mereka alami. Yanti tidak menyangka jika Sania sangatlah ceroboh apalagi ia termenung melamunkan majikannya itu. “Kamu kenapa sih San?” tanya Yanti setelah masuk ke dapur “Aku tidak sengaja ka, menumpahkan minuman ke Tuan Arvan. Aku sangat ketakutan tadi melihat Tuan marah” “Tuan Arvan memang seperti itu San, dia memang garang terhadap siapun kecuali terhadap kedua orangtuanya dan kekasihnya itu. “Maaf ka” lirih Sania “Ya udah tidak papa San, kita lanjutin pekerjaan yang belum beres yuk” ajak Yanti Saat mereka membereskan dapur yang sangat berantakan, tiba - tiba saja mereka dikagetkan dengan kedatangan Margaratte kekasih Arvan entah ada apa dia masuk kedalam dapur ini. “Eh, pembantu. Kamu apa - apaan melihat calon suami aku seperti itu!” ucap Margarette g
Arvan sangat lelah dengan permasalahannya di kantor. Dia sangat marah bisa - bisanya karyawannya menggelapkan dana perusahaan itu akan membuatnya rugi besar. Ana sekretaris Arvan masuk kedalam ruangan bossnya memberitahukan bahwa Margaratte sedang berada di luar. "Permisi pak" ucap Ana dengan sopan "Kenapa Ana?" tanya Arvan dengan wajah yang tidak bersahabat "Nona Margaratte berada di luar sekarang Pak" Dengan wajah sinisnya Arvan bangun dan menggebrak meja dengan kuat hingga Ana ketakutan. "Sudah saya bilang, saya tidak ingin ada seseorang yang menemui saya kenapa tidak kamu usir saja!" Marah Arvan "Saya sudah berkata seperti yang bapak bilang tetapi nona Margaratte tidak inign pergi dan memaksa ingin bertemu bapak" Arvan memijit dahinya yang pusing dengan masalah ini ditambah lagi dengan kedatangan Margarette membuat
Keesokan harinya mereka bersiap - siap untuk menyambut kedatangan Margarette yang awalnya Keluarga Arvan ingin ke apartement Margarette tiba - tiba keluarga Margarette yang ke rumah Arvan, Semua sudah siap begitu juga denga makanan yang sudah tersaji di meja makan begitu banyak makanan disana. Margarette beserta orang yang disewanya sebagai pamannya itu datang dikediaman rumah Arvan. Keluarga Arvan sangat senang kedatangan mereka karena ini yang mereka tunggu - tunggu. "Sayang, akhirnya kalian datang" ucap Maryam "Iya, ma. Mama apa kabar?" tanya Margarette dengan ramah. "Baik sayang.Yuk duduk" ucap Maryam mempersilahkan mereka duduk. "Iyah ma, makasih. Ini ma, kenalin ini paman aku" "Iyah, selamat datang dirumah kami" ucap Maryam Mereka duduk sambil bersenda gurau. Sania melihat dari balik pintu meliha
Maryam mengejar Arvan yang terlihat marah kepada orangtuanya tetapi ini keputusan agar keluarga mereka tidak mendapatkan malu terlebih Arvan seorang CEO diperusahaan besar di Asia. "Argghhhh" teriak Arvan mengacak - ngacak rambutnya, dia sangat tidak setuju dengan keputusan orangtuanya. Maryam masuk ke kamar Arvan dan mencoba membujuk anaknya untuk menikahi Sania. "Arvan, please tolong nikahin Sania agar kita tidak dipermalukan orang di sana" mohon Maryam "Ma, tapi kenapa harus dia, dia hanya seorang pembantu" "Mama tau itu, mama terpaksa karena tidak ada pilihan lain selain Sania. Tidak mungkin dengan Yanti yang sudah memiliki suami" "Arvan tetap akan mencari Margarette mak, Arvan akan menyeretnya kesini untuk meneruskan pernikahan ini" "Tidak ada waktu lagi Van, pernikahan ini akan segera dilaksanakan. Mama mohon" Arvan sa
Malam harinya Sania sedang membereskan barang - barangnya dan suaminya karena mereka akan pindah ke apartement milik Arvan. Dia tau kenapa Arvan ingin segera pindah dari rumah ini itu disebabkan karena akan menyakiti perasaan Sania.Dia sangat merindukan kedua orangtuanya. Andai Saja orangtuanya masih ada mungkin dia tidak akan mengalami hal seperti ini. Tapi dia yakin Arvan suaminya akan baik kepadanya suatu saat nnti.Arvan masuk kekamar melihat Sania sedang membereskan keperluan yang akan mereka bawa besok. Dengan mata tajamnya Arvan menghampiri Sania, membuat Sania ketakutan."Hey, pembantu" ucap Arvan"Ke..kenapa mas" balas Sania gugup"Saya tidak sabar untuk hari esok""A..aku akan menghadapinya" ucapnya"Oh. Ternyata kamu berani ya. Kita liat besok akan seperti apa" Arvan mencekam dagu Sania dengan kencang "Jangan harap
Sania benar - benar sangat merindukan kedua orangtuanya jika masih ada pasti kehidupannya tidak akan seperti ini, dia pasti akan hidup bahagia sekarang, tetapi dia harus kuat dengan takdir yang digariskan oleh Tuhan sekarang dia bertekad untuk menjadi perempuan tegar.Duduk seorang diri di pojokan dekat dapur membuat dirinya seperti wanita tak berguna, mempunyai suami yang sering menyakitinya saat mereka menikah. Menangis sambil memakan makanannya dengan lauk pauk seadanya. Selesai memakan - makanannya Sania meletakkan piring kotornya dan melihat suaminya di meja makan yang sudah tidak ada disana, Dengan cepat Sania membereskan semuanya lalu meletakkannya di lemari makanan.Arvan baru saja keluar dari kamarnya, dengan baju kaos merahnya dan celana jinsnya membuat seperti pangeran yang baru saja turun dari kayangan. Sania tidak sengaja melihat Arvan yang sudah rapi dengan pakaiannya. Dia memberanikan dirinya untuk bertanya kemana suaminya akan pergi."Mas, mau ke
Sania bangun dari tidurnya merapikan kasurnya lalu bersiap untuk mandi. Di kamar mandi Sania masih menangis tanpa henti dia membasuh tubuhnya dengan shower, menggosokkan badannya dengan sangat kencang sampai ia melukai dirinya sendiri. Tanda merah ditubuhnya tidak menghilang juga dia tidak tau bagaimana caranya menghilangkan bekas ditubuhnya.Selesai mandi dia menatap dirinya dicermin melihat badannya penuh dengan tanda merah yang dibuat oleh suaminya. Ia merasa jijik dengan badannya sendiri. Sania mengambil baju yang ia pakai dan memutuskan untuk memakai pakaian lengan panjang yang menutupi lehernya, segera dia keluar dari kamarnya mempersiapkan makanan untuk suaminya.******Arvan bangun dengan kepala yang sangat berat, seperti ada sesuatu yang menghantamnya."Argghhh. Kepalaku sakit banget" gumam ArvanDia mengingat kejadian semalam, dia ingat tadi malam ia berada di klub sedang minum alkohol dan mabuk s
"Mama kenapa bisa kemari?""Salah kalau mama mau berkunjung ketempat anaknya?""Nggak ma, maksud aku....""Apa Arvan? Maksud kamu pisah kamar seperti ini apa?" potong MaryamArvan kelabakan dia bingung harus menjawab apa. Arvan melirik sekilas ke Sania, dia hanya menunduk sambil terdiam."Arvan gak bisa saru kamar sama dia ma""Kenapa?""Aku tidak mencintainya ma" jawab Arvan"Cinta itu bisa datang suatu saat nanti jika kalian saling memahami, bukan seperti ini. Apa kamu masih mencintai Margarette Ar?" tanya mamaArvan mengangguk"Stop mencari Margarette Arvan, mama sudah kecewa sama dia. Gara - gara dia rencana yang udah kita rencanakan hancur" geram Maryam"Tapi ma...""Tidak ada tapi - tapian, istri kamu seka
Arvan masih terus memandangi Sania setelah Erlangga pergi, begitu sangat manis, ceria. Tetapi jika bersamanya Sania merasa akan seperti harimau yang hendak memakan mangsanya."Ehem" Arvan mendehemMembuat Sania dan Yanti kaget akan deheman tersebut. Mereka membalikkan badan mereka yang awal wajah mereka sangat gembira tiba - tiba berubah menjadi ketegangan."Ada apa Tuan kemari?" tanya Yanti"Keliatannya kalian sangat menikmatinya apa begitu senang melakukan hal seperti ini?""Maaf Tuan, saya akan segera membereskan pekerjaan ini" ucap Yanti"Gak papa kalian lanjutkan saja saya ingin kamu membuatkan kopi untuk saya. Saya ada diruang kerja" ucap Arvan meninggalkan merekaSetelah kepergian Arvan Sania menghela nafas panjang. Entah kenapa melihat wajahnya saja sudah membuatnya takut setengah mati.Yanti segera membuat ko
“Arvan hanya memberi dia pelajaran saja ma, agar jadi seorang istri yang baik" ucapnya santai"Kamu bilang kasih istrimu pelajaran, pelajaran seperti apa, yang babak belur seperti ini" ucap Maryam menarik lengan Sania yang lebam"Menurut mama"Maryam memijit dahinya yang tidak pusing, dia bingung harus bagaimana mendidik anaknya yang kurangajar keada istrinya ini."Mama sudah putuskan agar kamu mulai besok tinggal dirumah mama" ucap Maryam memutuskan"Ma, gak bisa seperti itu, aku ingin mandiri ma" mohon Arvan kepada Maryam“Mama ga ingin kamu menyiksa Sania seperti ini, kamu bisa dipenjara Arvan. Apalagi jika papamu tau dia pasti akan marah juga”“Arvan ga akan dipenjara jika pembantu ini tidak melaporkannya kepenjara” ucap Arvan sambil menunjuk Sania“Arvan!!! Jaga omongan k
"Mama kenapa bisa kemari?""Salah kalau mama mau berkunjung ketempat anaknya?""Nggak ma, maksud aku....""Apa Arvan? Maksud kamu pisah kamar seperti ini apa?" potong MaryamArvan kelabakan dia bingung harus menjawab apa. Arvan melirik sekilas ke Sania, dia hanya menunduk sambil terdiam."Arvan gak bisa saru kamar sama dia ma""Kenapa?""Aku tidak mencintainya ma" jawab Arvan"Cinta itu bisa datang suatu saat nanti jika kalian saling memahami, bukan seperti ini. Apa kamu masih mencintai Margarette Ar?" tanya mamaArvan mengangguk"Stop mencari Margarette Arvan, mama sudah kecewa sama dia. Gara - gara dia rencana yang udah kita rencanakan hancur" geram Maryam"Tapi ma...""Tidak ada tapi - tapian, istri kamu seka
Sania bangun dari tidurnya merapikan kasurnya lalu bersiap untuk mandi. Di kamar mandi Sania masih menangis tanpa henti dia membasuh tubuhnya dengan shower, menggosokkan badannya dengan sangat kencang sampai ia melukai dirinya sendiri. Tanda merah ditubuhnya tidak menghilang juga dia tidak tau bagaimana caranya menghilangkan bekas ditubuhnya.Selesai mandi dia menatap dirinya dicermin melihat badannya penuh dengan tanda merah yang dibuat oleh suaminya. Ia merasa jijik dengan badannya sendiri. Sania mengambil baju yang ia pakai dan memutuskan untuk memakai pakaian lengan panjang yang menutupi lehernya, segera dia keluar dari kamarnya mempersiapkan makanan untuk suaminya.******Arvan bangun dengan kepala yang sangat berat, seperti ada sesuatu yang menghantamnya."Argghhh. Kepalaku sakit banget" gumam ArvanDia mengingat kejadian semalam, dia ingat tadi malam ia berada di klub sedang minum alkohol dan mabuk s
Sania benar - benar sangat merindukan kedua orangtuanya jika masih ada pasti kehidupannya tidak akan seperti ini, dia pasti akan hidup bahagia sekarang, tetapi dia harus kuat dengan takdir yang digariskan oleh Tuhan sekarang dia bertekad untuk menjadi perempuan tegar.Duduk seorang diri di pojokan dekat dapur membuat dirinya seperti wanita tak berguna, mempunyai suami yang sering menyakitinya saat mereka menikah. Menangis sambil memakan makanannya dengan lauk pauk seadanya. Selesai memakan - makanannya Sania meletakkan piring kotornya dan melihat suaminya di meja makan yang sudah tidak ada disana, Dengan cepat Sania membereskan semuanya lalu meletakkannya di lemari makanan.Arvan baru saja keluar dari kamarnya, dengan baju kaos merahnya dan celana jinsnya membuat seperti pangeran yang baru saja turun dari kayangan. Sania tidak sengaja melihat Arvan yang sudah rapi dengan pakaiannya. Dia memberanikan dirinya untuk bertanya kemana suaminya akan pergi."Mas, mau ke
Malam harinya Sania sedang membereskan barang - barangnya dan suaminya karena mereka akan pindah ke apartement milik Arvan. Dia tau kenapa Arvan ingin segera pindah dari rumah ini itu disebabkan karena akan menyakiti perasaan Sania.Dia sangat merindukan kedua orangtuanya. Andai Saja orangtuanya masih ada mungkin dia tidak akan mengalami hal seperti ini. Tapi dia yakin Arvan suaminya akan baik kepadanya suatu saat nnti.Arvan masuk kekamar melihat Sania sedang membereskan keperluan yang akan mereka bawa besok. Dengan mata tajamnya Arvan menghampiri Sania, membuat Sania ketakutan."Hey, pembantu" ucap Arvan"Ke..kenapa mas" balas Sania gugup"Saya tidak sabar untuk hari esok""A..aku akan menghadapinya" ucapnya"Oh. Ternyata kamu berani ya. Kita liat besok akan seperti apa" Arvan mencekam dagu Sania dengan kencang "Jangan harap
Maryam mengejar Arvan yang terlihat marah kepada orangtuanya tetapi ini keputusan agar keluarga mereka tidak mendapatkan malu terlebih Arvan seorang CEO diperusahaan besar di Asia. "Argghhhh" teriak Arvan mengacak - ngacak rambutnya, dia sangat tidak setuju dengan keputusan orangtuanya. Maryam masuk ke kamar Arvan dan mencoba membujuk anaknya untuk menikahi Sania. "Arvan, please tolong nikahin Sania agar kita tidak dipermalukan orang di sana" mohon Maryam "Ma, tapi kenapa harus dia, dia hanya seorang pembantu" "Mama tau itu, mama terpaksa karena tidak ada pilihan lain selain Sania. Tidak mungkin dengan Yanti yang sudah memiliki suami" "Arvan tetap akan mencari Margarette mak, Arvan akan menyeretnya kesini untuk meneruskan pernikahan ini" "Tidak ada waktu lagi Van, pernikahan ini akan segera dilaksanakan. Mama mohon" Arvan sa
Keesokan harinya mereka bersiap - siap untuk menyambut kedatangan Margarette yang awalnya Keluarga Arvan ingin ke apartement Margarette tiba - tiba keluarga Margarette yang ke rumah Arvan, Semua sudah siap begitu juga denga makanan yang sudah tersaji di meja makan begitu banyak makanan disana. Margarette beserta orang yang disewanya sebagai pamannya itu datang dikediaman rumah Arvan. Keluarga Arvan sangat senang kedatangan mereka karena ini yang mereka tunggu - tunggu. "Sayang, akhirnya kalian datang" ucap Maryam "Iya, ma. Mama apa kabar?" tanya Margarette dengan ramah. "Baik sayang.Yuk duduk" ucap Maryam mempersilahkan mereka duduk. "Iyah ma, makasih. Ini ma, kenalin ini paman aku" "Iyah, selamat datang dirumah kami" ucap Maryam Mereka duduk sambil bersenda gurau. Sania melihat dari balik pintu meliha
Arvan sangat lelah dengan permasalahannya di kantor. Dia sangat marah bisa - bisanya karyawannya menggelapkan dana perusahaan itu akan membuatnya rugi besar. Ana sekretaris Arvan masuk kedalam ruangan bossnya memberitahukan bahwa Margaratte sedang berada di luar. "Permisi pak" ucap Ana dengan sopan "Kenapa Ana?" tanya Arvan dengan wajah yang tidak bersahabat "Nona Margaratte berada di luar sekarang Pak" Dengan wajah sinisnya Arvan bangun dan menggebrak meja dengan kuat hingga Ana ketakutan. "Sudah saya bilang, saya tidak ingin ada seseorang yang menemui saya kenapa tidak kamu usir saja!" Marah Arvan "Saya sudah berkata seperti yang bapak bilang tetapi nona Margaratte tidak inign pergi dan memaksa ingin bertemu bapak" Arvan memijit dahinya yang pusing dengan masalah ini ditambah lagi dengan kedatangan Margarette membuat