Di mansion yang penuh canda tawa ditambah keceriaan Misella di tengah keluarga itu membuat suasana semakin hidup.“Tan- eh mama, apa boleh Misel tambah ayam gorengnya?” Tanya Misella pada Anya.Walaupun disini dia sudah satu minggu, namun rasanya masih sungkan untuk memanggil Anya mama.Anya yang mendengar itu tersenyum, “Tentu, jika kamu suka boleh dihabiskan semua.” Ucap Anya sambil menaruh satu potong paha ayam di piring anak tersebut.David juga tersenyum mendengar itu, “Misella, papa lupa bertanya padamu. Apakah kamu pernah masuk taman kanak-kanak sayang?”“Taman kanak-kanak?” Beo Misella seolah asing dengan kata itu.David mengangguk, lalu menjelaskan dengan lembut. "Iya, taman kanak-kanak. Itu adalah tempat di mana anak-anak sepertimu pergi untuk bermain dan belajar bersama teman-teman. Kamu akan belajar banyak hal baru dan membuat banyak teman di sana."Misella mengerutkan kening sejenak, mencoba memahami. "Misel belum pernah, Papa. Tapi Misel ingin belajar dan punya banyak te
“Tangkap!!” Aditnya melempar bola mainan ke arah Misella.Di tengah taman bermain itu mereka tampak sangat fokus bermain tanpa menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian.“Apakah mereka adik dan kakak? Atau malah ayahnya?” Ibu-ibu yang melihat itu mulai bergosip, terlebih Aditnya merupakan pria yang muda hampir matang dan sangat tampan.“Iya, aku juga baru melihat mereka hari ini. Apakah mereka orang baru?” Ibu-ibu yang lain menyahuti.Aditya dan Misella terus bermain tanpa menyadari bisikan para ibu-ibu di sekitar mereka. Tawa Misella yang ceria menggema di taman saat Aditya berlari mengejarnya, bola mainan di tangan."Ayo, Misella, lebih cepat!" Aditya tertawa sambil pura-pura mengejar Misella yang berlari kecil dengan penuh semangat.Sementara itu, ibu-ibu di sekitar taman semakin penasaran. "Anaknya cantik sekali, dan laki-laki itu kelihatan sangat sayang padanya. Pasti keluarga yang harmonis," salah satu ibu berkomentar."Iya, aku juga penasaran siapa mereka," sahut ibu lainn
“Mama! Papa!” Misella langsung berlari saat melihat David dan Anya sedang duduk bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Dimana kak Aditya?” Tanya Anya sambil merapikan rambut gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.“Tadi kakak bilang jika ada urusan, jadi cuma mengantar Sella sampai pintu.” Ucap Misella.“Anak itu tak tau sopan santun.” Gumam David dengan tajam.Anya langsung menyentuh tangan David dan tersenyum, “Abaikan saja, mungkin dia memang dalam kondisi yang mendesak. Dan dia juga mengantarkan Misella balik dengan selamat kan?”David menghela napas, kemudian mengangguk setuju dengan Anya. "Iya, kamu benar. Yang penting Misella sudah kembali dengan selamat," ucapnya, sambil tersenyum pada putri kecil mereka.Anya lalu mengalihkan perhatiannya kepada Misella. "Kamu senang bermain di taman tadi, Sayang?" tanyanya sambil memeluknya.Misella mengangguk dengan antusias. "Iya, Mama! Tadi Sella main bola sama Kak Aditya, tapi ada anak-anak lain yang ingin merebut bola Sella," uc
“Seragamnya sangat cocok untuk Misella..” Puji Anya dengan bahagia melihat gadis itu menggunakan seragam TK tersebut.Misella tampak menggemaskan apalagi dengan kucir dua di rambutnya, membuatnya terlihat menjuntai.“Apa Misella nanti dapat teman banyak?” Anya mengangguk, “Tentu saja, yang penting Misella jangan ceritakan tentang ibu dan ayahmu ya. Cukup mama dan papa saja yang tahu, karena jika mereka tahu kamu anak adopsi mama takut kamu dijahati oleh mereka.” Ucap Anya sambil membenarkan anakan rambut Misella dengan lembut.Misella menatap Anya dengan mata yang besar dan penasaran, kemudian mengangguk pelan. "Baik, Mama. Misella janji tidak akan cerita ke teman-teman."Anya tersenyum lembut, merasa lega melihat kepatuhan Misella. "Bagus sekali, Sayang. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri, bersikap ramah, dan nikmati waktu bermainmu di sekolah. Mama dan Papa akan selalu ada untukmu."David, yang telah memperhatikan dari dekat, ikut tersenyum dan menepuk pundak Misella dengan penu
“Nyoya Amelia.” Panggil Anya dengan tenang saat dia berjalan mendekati meja yang telah mereka pesan.Amelia langsung tersenyum menyambut Anya. “Sepertinya kau sangat sibuk ya, ternyata selebram sepertimu juga memiliki jadwal yang padat.” Ucap Amelia dengan ramah, namun Anya tahu jika Amelia tak benar-benar tulus.Tapi dia penasaran apa yang akan dibahas wanita yang mengejar cinta suaminya ini sekarang.“Tidak sibuk, hanya saja saat kau menelpon tadi aku sedang bekerja dan sudah libur beberapa hari karena mood ibu hamil selalu berubah-ubah.” Ucap Anya sambil duduk di depan kursi Amelia.Amelia tersenyum tipis, meskipun matanya sedikit berkilat mendengar Anya menyebut dirinya hamil."Oh, selamat ya. Aku baru tahu kau hamil. Pasti David sangat bahagia."Anya mengangguk pelan, tetap waspada dengan kata-kata Amelia. "Ya, kami sangat bersyukur."Amelia memainkan cangkir kopinya sebentar, seolah mempertimbangkan bagaimana memulai percakapan ini. "Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kubicaraka
“Sayang, kau sudah datang? Padahal aku berniat meyusulmu setelah rapat tadi.” Ucap David begitu dia melihat isrinya sudah di ruang kerjanya.Dia menghampiri Anya dan memeluk wanita itu dan mengecup keningnya.Anya tersenyum dan membalas pelukan suaminya, “Hanya mengobrol sebentar, tidak lama.” Ucap Anya.“Mengobrol apa? Apa dia mencari masalah lagi?” Tanya David lalu mengajak Anya untuk duduk di sofa.“Dia hanya bercerita tentang masa lalu kalian, tapi aku tak terlalu peduli. Bukankah semua orang punya masa lalu?” Tanya Anya dengan tenang.David menghela napas lega mendengar tanggapan Anya. "Iya, semua orang punya masa lalu. Tapi masa laluku dengan Amelia sudah lama berlalu, dan yang penting bagiku sekarang adalah kamu dan keluarga kita," ucapnya dengan penuh keyakinan.Anya tersenyum, merasakan ketulusan dalam kata-kata suaminya. "Aku tahu, dan aku percaya padamu. Aku hanya ingin kita fokus pada masa depan kita bersama, terutama dengan bayi-bayi kita yang akan datang."David meremas
Hari perayaan keluarga besar Baskara.Hari dimana semua anggota keluarga baik dekat maupun jauh menghadirinya untuk memperkuat status kekeluargaan mereka meskipun sudah terpisah negara maupun kota.Dan kini David mengajak keluarga kecilnya, dengan Misella dengan gaun merah hati yang tampak menggemaskan di tambah rambut yang dikuncir kuda dengan bando yang sangat serasi dengan gaunnya, menambah kesan cantik dan menawan.Anya yang menggunakan gaun berwarna senada dan David dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu mereka, membuat terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis.Di perayaan keluarga besar Baskara, suasana terasa hangat dan penuh keakraban. Banyak keluarga yang datang dari berbagai penjuru, semuanya bersatu dalam acara ini. David menggandeng tangan Anya dengan penuh kebanggaan, sementara Misella tampak ceria berjalan di samping mereka, memancarkan kepercayaan diri dengan penampilannya yang menggemaskan. Banyak keluarga yang memuji betapa cantiknya Misella, dan beberapa dari mer
“Sialan, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana membuat Anya keguguran.” Gumam Amelia yang melamun di kamarnya.Hingga sebuah pintu terbuka, memperlihatkan Matthew dengan wajah tenangnya.“Ayo kita pindah ke Amerika lagi, aku tak ingin melihat ibu menjadi orang jahat hanya untuk seorang pria.” Ucap Mattew dengan lembut namun masih ada nada keseriusan disana.Amelia terkejut mendengar suara Matthew dan segera menoleh ke arahnya. Matanya menyipit, berusaha memahami apa yang barusan dia dengar. "Matthew, kamu tahu aku tidak bisa menyerah begitu saja. David adalah cinta dalam hidupku, dan aku tidak akan membiarkan Anya merebutnya dariku."Matthew mendekat, menatap ibunya dengan penuh kasih dan kekhawatiran. "Ibu, aku mengerti perasaanmu, tapi ini bukan cara yang benar. Semakin jauh ibu melangkah, semakin ibu kehilangan diri ibu sendiri. Apakah ibu benar-benar ingin menjadi seseorang yang kejam hanya demi seorang pria?"Amelia terdiam, hatinya berkonflik antara cinta obsesifnya pada David d