“Sayang, kau sudah datang? Padahal aku berniat meyusulmu setelah rapat tadi.” Ucap David begitu dia melihat isrinya sudah di ruang kerjanya.Dia menghampiri Anya dan memeluk wanita itu dan mengecup keningnya.Anya tersenyum dan membalas pelukan suaminya, “Hanya mengobrol sebentar, tidak lama.” Ucap Anya.“Mengobrol apa? Apa dia mencari masalah lagi?” Tanya David lalu mengajak Anya untuk duduk di sofa.“Dia hanya bercerita tentang masa lalu kalian, tapi aku tak terlalu peduli. Bukankah semua orang punya masa lalu?” Tanya Anya dengan tenang.David menghela napas lega mendengar tanggapan Anya. "Iya, semua orang punya masa lalu. Tapi masa laluku dengan Amelia sudah lama berlalu, dan yang penting bagiku sekarang adalah kamu dan keluarga kita," ucapnya dengan penuh keyakinan.Anya tersenyum, merasakan ketulusan dalam kata-kata suaminya. "Aku tahu, dan aku percaya padamu. Aku hanya ingin kita fokus pada masa depan kita bersama, terutama dengan bayi-bayi kita yang akan datang."David meremas
Hari perayaan keluarga besar Baskara.Hari dimana semua anggota keluarga baik dekat maupun jauh menghadirinya untuk memperkuat status kekeluargaan mereka meskipun sudah terpisah negara maupun kota.Dan kini David mengajak keluarga kecilnya, dengan Misella dengan gaun merah hati yang tampak menggemaskan di tambah rambut yang dikuncir kuda dengan bando yang sangat serasi dengan gaunnya, menambah kesan cantik dan menawan.Anya yang menggunakan gaun berwarna senada dan David dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu mereka, membuat terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis.Di perayaan keluarga besar Baskara, suasana terasa hangat dan penuh keakraban. Banyak keluarga yang datang dari berbagai penjuru, semuanya bersatu dalam acara ini. David menggandeng tangan Anya dengan penuh kebanggaan, sementara Misella tampak ceria berjalan di samping mereka, memancarkan kepercayaan diri dengan penampilannya yang menggemaskan. Banyak keluarga yang memuji betapa cantiknya Misella, dan beberapa dari mer
“Sialan, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana membuat Anya keguguran.” Gumam Amelia yang melamun di kamarnya.Hingga sebuah pintu terbuka, memperlihatkan Matthew dengan wajah tenangnya.“Ayo kita pindah ke Amerika lagi, aku tak ingin melihat ibu menjadi orang jahat hanya untuk seorang pria.” Ucap Mattew dengan lembut namun masih ada nada keseriusan disana.Amelia terkejut mendengar suara Matthew dan segera menoleh ke arahnya. Matanya menyipit, berusaha memahami apa yang barusan dia dengar. "Matthew, kamu tahu aku tidak bisa menyerah begitu saja. David adalah cinta dalam hidupku, dan aku tidak akan membiarkan Anya merebutnya dariku."Matthew mendekat, menatap ibunya dengan penuh kasih dan kekhawatiran. "Ibu, aku mengerti perasaanmu, tapi ini bukan cara yang benar. Semakin jauh ibu melangkah, semakin ibu kehilangan diri ibu sendiri. Apakah ibu benar-benar ingin menjadi seseorang yang kejam hanya demi seorang pria?"Amelia terdiam, hatinya berkonflik antara cinta obsesifnya pada David d
“Mama!” Misella langsung berlari saat melihat Anya yang sudah menunggunya di depan gerbang.“Hey, sayang. Ayo kita masuk mobil, mama mau belanja baju untukmu.” Ucap Anya dengan lembut pada putrinya.Misella segera mengangguk, dengan semangat yang mulai kembali setelah pertemuan yang membingungkan dengan Rose. Dia menggenggam tangan Anya erat-erat saat mereka berjalan menuju mobil.Sesampainya di mobil, Anya membantu Misella masuk dan mengamankan sabuk pengamannya. "Mama sudah punya beberapa ide untuk baju baru. Kamu ingin warna apa, sayang?" tanya Anya sambil tersenyum lembut, berusaha memberikan perhatian penuh pada putrinya.Misella berpikir sejenak, lalu tersenyum kecil. "Aku suka warna merah hati seperti gaunku yang kemarin, Mama."Anya tersenyum mendengar pilihan Misella. "Warna merah hati ya? Itu pilihan yang bagus. Kita akan mencari yang paling cantik untukmu."Mereka pun berangkat menuju toko pakaian, dengan suasana hati yang perlahan-lahan kembali ceria. Anya tidak menyadari
“Sayang, kenapa kamu tidak mengidam seperti kebanyakan wanita lain? Aku dari lama penasaran kenapa bayi kita tidak menginginkan sesuatu. Aku dengar dari beberapa saudara mereka merasakan susah saat istrinya sedang ngidam.” Ucap David sambil terus mengelus perut istrinya yang sudah besar itu.Anya tertawa mendengarnya, “Aku juga tidak tahu, memang jika aku menginginkan sesuatu yang besar akan kau berikan?” Tanya Anya dengan lembut.David tersenyum, masih mengelus perut Anya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Apa pun yang kamu inginkan, aku akan berikan. Kamu tahu itu," jawabnya dengan nada serius namun penuh kelembutan.Anya tertawa kecil, merasa hangat mendengar kesungguhan David. "Mungkin bayi kita hanya ingin memastikan ibunya selalu bahagia dan nyaman, tanpa harus menyusahkan ayahnya," canda Anya, meskipun ada sedikit rasa heran juga di hatinya.David menarik Anya lebih dekat, menatap wajahnya dengan penuh cinta. "Kalau begitu, mereka benar-benar anak yang baik, sepert
“Aku beli seluruh strawberry di supermarket kalian.” Ucap David dengan serius.Ini adalah pertama kalinya Anya mengidam setelah tujuh bulan kehamilan, dia tak ingin melewatkan momen ini dengan sederhana.Pegawai supermarket terkejut mendengar permintaan David yang tak biasa itu. "Seluruh strawberry, Pak?" tanya mereka dengan mata membelalak.David mengangguk dengan tegas. "Ya, semua. Istriku sedang ngidam, dan aku tidak ingin dia kehabisan apa yang dia inginkan," ucapnya, sambil tersenyum penuh kasih.Anya yang berada di sampingnya tertawa kecil, merasa sedikit malu namun juga terharu dengan perhatian David. "Sayang, kita tidak perlu sebanyak itu. Cukup beberapa saja," ucapnya sambil menyentuh lengan David.David memandang Anya dengan lembut, "Ini momen yang spesial, sayang. Kita harus membuatnya istimewa."Setelah beberapa saat, pegawai supermarket mengumpulkan semua strawberry yang tersedia, dan David membayar semuanya tanpa ragu. Anya merasa sangat bahagia dan bersyukur memiliki su
“Biar aku saja yang buka, Anya.” Ucap David dengan serius, karena dia takut jika kotak itu berisi hal yang berbahaya untuk istrinya.Karena mereka tak tahu hal nekat apa yang akan dilakukan Amelia karena tingkahnya di masa lalu.Anya menatap David sejenak, menyadari kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah suaminya. "Baiklah, Mas. Buka saja," katanya dengan lembut, menyerahkan kotak itu kepadanya.David dengan hati-hati membuka kain beludru yang menyelimuti benda kecil di dalam kotak tersebut. Di dalamnya, terlihat sebuah liontin perak yang indah, namun anehnya, terlihat begitu familiar.Anya meraih surat kecil yang tadi dia baca sekilas, dan mulai membacanya keras-keras:_"Untuk Anya, kenangan masa lalu tak pernah benar-benar hilang. Liontin ini mungkin bisa mengingatkanmu tentang sebuah hubungan yang tak pernah benar-benar berakhir. A."_Anya terdiam. David mengerutkan alis, menatap liontin itu dengan ekspresi yang berubah menjadi tegang. "Ini dari Amelia, bukan?" tanyanya dengan n
Mendekati hari kelahiran, Anya semakin tidak bisa bergerak. Semua kakinya sangat bengkak bahkan sekarang seluruh tubuhnya rasanya sakit saat di gerakkan.David yang melihat kondisi istrinya tersebut menjadi khawatir.“Wajahmu sangat pucat sayang, bagaimana jika ke dokter?” Tanya David yang berusaha membujuk Anya.Namun Anya menggeleng, hal seperti ini sudah biasa dia rasakan meskipun sekarang agak lebih parah dari beberapa hari lalu.“Aku hanya ingin tidur, kemarin lusa kita sudah ke dokter dan dokter hanya mengatakan jika ini normal jika mengandung bayi kembar.” Ucap Anya dengan senyum tipisnya.David menghela napas panjang, meskipun kata-kata Anya berusaha menenangkannya, dia tetap tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya. "Baiklah, tapi kalau kamu merasa lebih buruk, tolong janji kita akan segera ke rumah sakit," ucapnya dengan lembut namun tegas.Anya mengangguk pelan, kemudian mencoba berbaring lebih nyaman di tempat tidur. "Aku janji, Mas. Aku hanya butuh istirahat lebih banyak,