"Bagaimana sayang? Kamu sudah transfer uang kuliah Nadin bulan ini?"
Mendengar pertanyaan sang suami, Carissa sontak mengangguk. "Sudah, Mas. Tapi, aku hanya mentransfer dua juta saja. Kemarin, ibu--"
"Apaa...?!! Kenapa hanya segitu? Kamu tahukan kalau bulan ini waktunya bayar uang kulah?!" bentak Aditya.Deg!
Baru kemarin sang ibu mertua minta uang untuk arisan sejumlah satu juta rupiah dan juga minta uang untuk cicilan mobil yang dipakai nadin. Sekarang, dia dimarahi karena harus membayar penuh biaya kuliah Nadin 3,5 juta rupiah?
"Aku tau mas, tapi kenapa semua urusan keluargamu harus dilimpahkan sama aku?" balas Carissa, menahan emosi, "Lagipula, biaya kuliah Nadin, seharusnya ditanggung ayah dan ibu serta kamu. Kenapa jadi aku, Mas?"
Sungguh, Carissa muak lama-lama. Gajinya memang mencapai dua digit. Tapi, mengapa sang suami malah memanfaatkan uang tersebut untuk membantu keluarganya.
Lupakah Aditya kalau dialah kepala keluarga yang seharusnya menafkahinya. Mengapa Carissa justru diperalat seperti ini.
Dulu, bahkan lebih parah. Ketika mereka tinggal bersama dengan kedua orang tua Aditya selama satu tahun, uang Carisa benar-benar dikuasai sang mertua.
Oleh karena itu, Carissa memutuskan untuk mengambil cicilan rumah dengan model minimalis modern. Dia berharap jika tinggal dirumah sendiri keluarga sang suami tidak akan meminta ini dan itu, tapi tetap saja meskipun mereka tak tinggal bersama, keluarga Aditya tetap meminta jatah pada Carissa.
Di sisi lain, muka Aditya tampak emosi. "Kamu tahu kan gajiku hanya berapa Ris..? Kamu yang gajinya banyak harusnya membantu keluargaku!" bentak pria itu lagi.
"Ingat mas aku ini istrimu! Bukan atm Keluargamu yang bisa hanya minta-minta saja!" ucap Carissa. Tangan wanita itu mengepal, lagi-lagi menahan emosi.
Namun, Aditya malah menjadi-jadi.
"Oooohh sudah berani membentak kamu sekarang Ris..? Lagi dekat sama laki-laki mana kamu hingga berani membentakku?" tanya Aditya dengan tatapan menyelidik.
Mendengar itu, Carissa menahan tawa.
Ditatapnya balik sang suami dengan menantang. "Aku..? Bukannya kamu yang selama ini menghabiskan uang gaji kamu untuk berkencan dengan banyak wanita dil uaran sana mas..?" "Ka-kamu jangan asal kalau ngomong Ris!"Suara pria itu masih tinggi, tetapi Carissa dapat merasakan keterkejutan dari suaminya.Ditahannya senyum sinis.
Jelas-jelas, Carissa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Weekend lalu, Aditya check-in di hotel yang kebetulan juga tempat Carissa sedang seminar.
Hanya saja, Aditya tak sadar, sehingga dia bisa merekam akdi bejat sang suami yang main serong di belakangnya.
"Hah..! Udahlah mas aku capek berdebat sama kamu gak ada habisnya. Aku mau pulang saja ke Semarang.." ucap Carissa, malas.
"Ngapain kamu pulang ke sana? Mau kasihkan semua uang kamu buat keluarga kamu yang miskin itu?" cibirnya.
Carissa hanya menggelengkan kepala.
Aditya tidak tahu saja bahwa orang tua Carissa jauh lebih mampu!
Mereka memiliki berbagai restoran dan cabangnya sudah di mana-mana. Bahkan, rencananya sang ayah akan membuka cabang di Jakarta agar Carissa bisa mengelola tanpa harus kerja ikut orang terus. Tapi, Carissa menolak usulan sang ayah karena dia ingin mandiri.
Memang sejak dulu, Carissa sangatlah tidak suka bergantung pada orang lain. Dia bahkan sampai merantau ke Jakarta, sampai suatu hari, sahabatnya mengajak untuk ikut acara family gathering di perusahaan Aditya saat ini bekerja.
Tak disengaja, benih-benih cinta itu mulai tumbuh saat itu. Namun, saat ke Semarang untuk melamar Carissa, orang tuanya yang memegang teguh prinsip rendah hati, hanya mengatakan bahwa mereka punya rumah makan di kota itu.
Siapa sangka, prinsip hidup orang tuanya dan keputusan Carissa di masa lalu itu menyelamatkannya.
Ternyata, sang suami dan keluarganya gila harta!Carissa ingin melihat sejauh mana mereka memanfaatkan dirinya.
"Apa salahnya aku berkunjung ke orang tuaku mas..?" tanya Carisa.
"Ya gak ada salahnya asal kamu gak memberikan semua uang kamu buat mereka," jawab Aditya dengan entengnya.
Dulu, ketika melihat rumah orang tua Carisa yang cukup bagus karena terletak di perumahan, Aditya yakin satu hal.
Meskipun Carisa bukan termasuk orang kaya, setidaknya mereka tak akan meminta jatah uang padanya dan Carissa.
Apalagi, biaya hidup di sana harusnya tidak tinggi, kan?
Baginya, ini rencana Yang Maha Kuasa untuk mempertemukannya dengan Carissa yang gajinya tiga kali lipat lebih banyak darinya.
Wanita itu harus membantu Aditya yang sejak dulu menjadi tulang punggung bagi keluarganya!
Kini, muka Carissa tampak kesal. "Ada urusan apa kamu sama aku kalau aku memberi ke orang tuaku atau tidak?"
"Kalau kamu mau memberi uang ke orang tua kamu, kamu harus melunasi biaya uang kuliah Nadin dan cicilan mobilnya bulan depan!" ucap Aditya.
Carissa memilih diam.
Segera, dia pergi meninggalkan sang suami yang terlihat tak tahu malu di ruang tamu itu.
Brak!Tak lupa, dia menutup pintu kamarnya dengan kencang agar Aditya sadar.Sayangnya, pria itu bebal.
"Dasar istri gak tau diri, masih mending ku nikahi kalau gak, kau kan jadi perawan tua," gerutunya.
Alih-alih membujuk sang istri, Aditya justru memilih keluar dari rumah serta mengemudi mobilnya kearah rumah orang tuanya.
***
Mendengar mobil sang suami keluar, Carisa menghela napas panjang.Dia harus bersabar agar segala sesuatu yang dia rencanakan berhasil sebelum dia menggugat Aditya ke pengadilan.
Dulu, Aditya bersikeras membayar DP rumah ini menggunakan uangnya, sehingga sertifikat atas nama pria itu. Hanya saja, angsuran setiap bulannya Carisa yang membayarkannya, hingga lunas.Bayangkan 18.7 juta Rupiah/bulan karena rumah ini memang di komplek yang cukup elit!
Tapi, Aditya seolah-olah berkuasa hanya dengan DP yang tak seberapa itu.
Bahkan, pria itu hanya memberinya uang sebesar satu juta rupiah pada Carissa untuk kehidupan sehari-hari, listrik, hingga air!Gaji Aditya yang 7.9 juta itu, dia habiskan bersama dengan wanita-wanita di luaran sana.Sungguh, Carissa sudah muak!
"Aku harus segera membalikkan sertifikat rumah ini menjadi milikku secepatnya, karena kalau sampai aku menggugat tapi masih atas nama Mas Aditya bisa-bisa aku tekor banyak," gumam Carisa sembari mencari sertifikat rumah yang entah di mana disembunyikan pria itu."Assalammualaikum..." ucap Carisa saat masuk ke kediaman orang tuanya. "Waalaikumsalam..., eh non Risa kok datang mendadak non..?" tanya bi Ijah art di kediaman orang tua Carisa. "Iya bi, lagi kangen sama mama papa. Mereka ada dirumahkan..?" tanya Carisa. "Mereka lagi keluar non sejak pagi, lebih baik non Risa telfon saja," jawab bi Ijah. "Yaah... padahal tadi Risa mau bikin kejutan bi," ucap Carisa. "Kurang cepat sih non datangnya hhehe..., mau dibuatin minuman apa non?" tanya bi Ijah. "hmm.. nanti saya ambil sendiri saja dikulkas bi," jawab Carisa. "Ya sudah non sini kopernya bibi bawakan ke kamar non," ucap bi Ijah dan mengambil koper miliknya dan membawa ke kamar miliknya yang berada dilantai dua. Carisa lantas berjalan ke kulkas untuk mengambil minuman dingin. "Andai keluarga mas Aditya tau kondisi ekonomi papa mama mungkin mereka malah memanfaatkan diriku," gumam Carisa. "Untung saja dulu aku tak menceritakan dengan detail usaha papa.." lanjut Carisa dan meneguk jus y
"Ris.." panggil pak Abi saat dia tengah duduk diruang tengah sambil nonton tv."Iya pa.." jawab Risa dan menoleh kearah sang papa."Apa kamu ada yang ingin di ceritakan sama papa?" tanya sang papa, sebenarnya ingin menunggu Carisa bercerita tapi terlihat dari raut wajah yang ditunjukan sang putri sepertinya masalahnya sangat pelik."hmm... Tidak ada pa." jawab Carisa."Kamu yakin tidak ada yang ingin kamu ceritakan sama papa nak?" Tanya sang papa lagi."Iyaa pa.. aku pulang ke mari karena aku sangat rindu pada kalian," jawab Carisa."Terus kenapa suami kamu tidak menelfon sama sekali? dulu saja jika kamu kesini dia bolak balik menelfon terus nak," sahut sang mama.Deg!"M--mas Aditya lagi sibuk," jawab Carisa berbohong."Sibuk apa Ris? sampai-sampai gak ada waktu untuk keluarga? ini juga sudah malam dan besok hari sabtu, bukankah hari sabtu dikantor Aditya free ya? dan itupun hanya diisi kegiatan silaturahmi sesama karyawan saja bagi yang bisa ikut, ya ikut , kalau tidak ya juga gak a
"Kamu kerja dimana nak Jesika?" tanya ibu Sabrina sembari dudu dikursi ruang tamu."Hmm.. saya bekerja sebagai spg di sebuah brand kecantikan tante," jawab Jesika."Waah.. pantas saja kamu cantik yaa," ucap ibu sabrina dengan melihat penampilan Jesika mulai dari atas hingga ujung kaki seperti tengah menilai wanita selingkuhan anaknya itu."Terimakasih tante.. oh ya ini ada sedikit buah dari saya," ucap Jesika seraya memberikan kantong berisi buah serta beberapa cemilan yang dibeli saat dalam perjalanan tadi."Waah... terimakasih banyak ya nak Jesika, tapi ngomong-ngomong apa kamu belum tahu jika Aditya sudah memiliki istri?" tanya ibu sabrina."Sudah tahu tante, bahkan kami menjalin hubungan ini sudah hampir delapan bulan lamanya." jawab Jesika.Pak Gilang yang mendengarnya hanya bisa kesal, dia tak suka dengan Jesika. Bagaimana bisa seorang wanita single mau berhubungan dengan laki-laki yang masih berstatus suami orang."Hmm... sudah lumanyan lama juga ya," gumam ibu sandra yang masi
Tanpa mereka sadari Jesika melakukan ini semua agar menarik simpati mereka dan mengira jika Jesika beneran orang kaya dan sangat loyal.Di sisi lain, Carisa dan keluarganya sedang jalan-jalan keliling kota semarang, dia sudah hampir lima bulanan ini tidak berkunjung karena tak mendapatkan izin dari Aditya tapi kali ini dia memberontak meskipun dia tau kalau ini dosa, tapi kalau dia tak langsung berangkat pasti Aditya tak akan memberikan izin seperti sebelumnya.Apalagi Carisa juga tahu jika Aditya diluaran sana sering pergi bersama wanita lain, hanya saja Carisa belum mempunyai bukti yang akurat. Nanti jika sudah mendapatkan bukti yang akurat barulah Carisa menggugat dan membawa bukti-bukti itu ke pengadilan, selain perselingkuhan dia juga sudah capek selama ini selalu disayang-sayang jika uangnya mengalir, tapi jika Carisa menolak memberikan uang pasti Aditya akan marah-marah dan juga ibu serta adiknya yang juga ikut-ikutan merongrong minta ini itu. Hanya ayahnya saja yang tidak memi
Sejujurnya dia sangat suka dengan beberpa baju milik Carisa, bahkan dia berencana ingin mengambil beberapa yang dia suka tanpa sepengetahuan Aditya."Iyalah.. siapa lagi coba yang beliin kalau bukan mas," jawab Aditya santai.Jesika pun sudah mengumpulkan baju yang dia suka dipojokan lemari agar nanti tinggal dimasukkan saja dalam tas."Kamu ngapain sih kok lama disana? udah sana buruan ganti bajunya," ucap Aditya yang sudah berada diatas kasur dan sedang memainkan ponsel."Bentar iih mas, aku cuma mau lihat koleksinya Carisa aja kok," jawab Jesika.Aditya tidak menggubris jawaban jesika dan hanya menghendikkan bahunya lalu lanjut lagi dengan ponsel dirinya.*****"Alhamdulillah akhirnya sampai rumah juga.." gumam Carisa yang baru sampai didepan rumahnya dan segera turun dari taksi.Hari ini sebenarnya Carisa mau pulang dengan pesawat terakhir tapi dia masih ada kerjaan yang harus dia selesaikan malam ini, jadi dia naik pesawat jam tiga sore dan sampai dirumah setengah lima karena jal
Dia baru teringat jika ibu mertua memang sering menguras isi kulkasnya, apalagi ibu sabrina ada disana sudah bisa dipastikan jika yang mengambil bahan-bahan masakan dikulkas adalah ibu mertua."Mau masak apa istriku sayang?" Tanya Aditya yang tiba-tiba ada di belakangnya.Aditya pasti ada maunya jika mencoba merayu Carisa seperti ini, karena beberapa bulan ini memang hubungan mereka banyak cekcoknyaa dari pada harmonisnya."Gak jadi masak!!" jawab Carisa kesal."Loh kenapa sayang? Mas udah lapar ini dan ibu juga kayaknya udah lapar," ucap Aditya."Ibu belum pulang?" Tanya Carisa karena saat dia datang tadi setelah minta oleh-oleh ibu mertua bilang mau pulang."Belum.. katanya mau nginap sini. kamu segera pesan makanan apa gitu," titah Aditya."Kamu ajalah mas kalau mau delevery! aku mau keluar cari makan," jawab Carisa."Enggak deh.. kalau kamu makan diluar mas sama ibu akan ikut," ucap Aditya."ya udah ayoklah.. aku mau makan nasi goreng didepan komplek sana," jawab Carisa.Aditya te
tok...tok...tok..."Bu.. ibu!! panggil Carisa dari balik pintu."Ya sebentar!! teriak ibu sabrina dari dalam kamar lalu meletakkan ponselnya diatas meja. ibu sabrina bergegas menuju pintu untuk menemui menantunya."Ada apa?" tanya ibu sabrina setelah membuka pintu kamar."Kenapa bekas makannya dibiarkan begitu saja di atas meja? kan Risa udah bilang kalau abis makan beresin bu. Ibu ini selalu saja begitu setelah makan dibiarkan saja begitu," gerutu Carisa."Terus mau kamu gimana? Biasanya kan kamu juga yang beresin, kenapa sekarang protes?" tanya ibu sabrina dengan wajah galak."ya ibu beresin dong, masa' iya Risa terus yang harus membereskannya, Risa berhak protes karena Risa juga udah capek." jawab Carisa."Tinggal beresin aja apa susahnya sih!! bentak ibu sabrina."Bukan masalah susah gak nya bu! tapi sekali-sekali ibu bantuin Risa kenapa bu!" ujar Carisa.Dia benar-benar sudah capek menghadapi keluarga suaminya yang selalu semena-mena pada dirinya jika tak mendapatkan apa yang m
Tadi malam bahkan dia pulang larut malam, beruntungnya Carisa sudah tidur dengan lelap jadi tidak ada cekcok diantara mereka tadi malam. Dan untuk menebus kesalahannya Aditya berinisiatif membeli sarapan tanpa harus menunggu Carisa menyuruh. Carisa segera beranjak ke dapur untuk mengambil piring dan sendok."Ini bu nasinya," Carisa meletakkan nasi bungkus dipiring dan memberikannya pada ibu mertua."Hmm.. " bu Sabrina hanya berdehem lalu duduk di kursi meja makan.Aditya dan Carisa pun melakukan aktivitas yang sama dan mereka sarapan bersama dipagi hari ini, setelahnya baru mereka bersiap-siap untuk pergi ke kantor masing-masing.Dikarenakan hari ini hari senin mereka berangkat selalu lebih awal dari hari biasanya, karena hari senin pagi kemacetan bertambah parah dari hari biasanya. Setelah dikira makanan sudah hampir setengah dimakan, bu Sabrina ingin membicarakan tentang uang liburannya pada sang menantu."Ris.. " panggil bu Sabrina memulai membuka bicara."Iya bu.. kenapa?" Tanya C