Share

IBU KAMI

"Pinternya anak ibu."

Pujian menggema dalam rumah beralas tanah saat bocah lelaki yang giginya belum tumbuh sempurna membuka mulut. Menerima suapan dari sang ibu yang meski mulutnya tersenyum, matanya tak menyimpan tawa.

Seolah langit gelap, mendungnya ikut merasuk dalam sorot mata wanita yang sekali lagi menyuapkan makanan pada sang putra.

Sesekali, ia bahkan menciumi bocah lelaki yang tatapan polosnya menusukkan rasa perih yang mampu membuat matanya berair.

"Makan lagi ya?"

Tapi, tangannya terus saja menyuapkan makanan pada bocah lelaki yang terus dipandangi buah hatinya yang lain. Bocah perempuan yang entah kenapa selalu menolak setiap tangan sang ibu menjulurkan makanan.

Bocah perempuan itu bahkan menangis!

Bukan tak mau makan, tapi cairan merah yang terus mengalir dari pergelangan sang ibu-lah yang membuat bocah perempuan itu takut.

Bukan takut untuk dirinya sendiri!

Tapi, bocah perempuan itu takut untuk sesuatu yang tidak ia pahami.

Sampai sang adik yang juga penasaran, menyentu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status